Jejak Keterlibatan AS dalam Pergantian Rezim di Amerika Latin

Abadikini.com, JAKARTA – Negara adikuasa, Amerika Serikat (AS) kerap mencampuri urusan dalam negeri negara lain. Kebijakan politik luar negeri AS seperti ini telah berlangsung sejak lama, bahkan dalam pergantian rezim atau proses Pemilu di negara tertentu, AS kerap ikut campur dengan berupaya memenangkan calon yang didukungnya.

Belakangan AS bersitegang dengan Venezuela. Pasalnya, Presiden Donald Trump menyatakan dukungannya terhadap pemimpin oposisi, Juan Guaido yang mendeklarasikan diri sebagai presiden sementara Venezuela di tengah krisis politik yang semakin memuncak. Presiden Venezuela, Nicolas Maduro kemudian memutuskan hubungan diplomatik dengan AS dan mengusir para diplomat AS dari negaranya. Maduro menyebut Guaido sebagai boneka AS.

Banyak bukti yang menunjukkan keterlibatan AS dalam pergantian rezim di negara-negara Amerika Latin, termasuk dokumen-dokumen rahasia CIA yang sudah diungkap ke publik. AS menginginkan pemimpin di Amerika Latin bisa dikendalikan oleh Washington. Simak sejumlah jejak keterlibatan AS dalam pergantian rezim di Amerika Latin berikut ini:

1. Venezuela

Presiden Venezuela Hugo Chvez menjadi duri bagi AS berkat retorika anti-globalisasi, persahabatannya dengan Fidel Castro, dan kritik terhadap “perang melawan teror”. Pada 2002, hubungan AS-Venezuela semakin membeku ketika Chavez memperbarui kontrol negara atas industri minyak. Pada saat itu Venezuela adalah negara penghasil minyak terbesar keempat dan pemasok minyak terbesar ketiga ke AS.

Saat itu, kepala federasi bisnis Venezuela, Pedro Carmona, dibawa ke Gedung Putih dan bertemu dengan Otto Reich, yang sebelumnya bertugas di pemerintahan Reagan di Kantor Diplomasi Publik. Reich dikabarkan kerap bertemu dengan Carmona dan rekan-rekannya, membahas secara eksplisit rencana menggulingkan Chavez. Pada April 2002 Chavez digulingkan dan Washington memberikan dukungan resminya untuk kudeta tersebut, mendukung pemerintahan inkonstitusional Carmona.

2. Haiti

Pada tahun 1994 dan 2004, AS disebut terlibat dalam penggulingan Presiden Jean-Bertrand Aristide. Aristide adalah presiden Haiti pertama yang dipilih dalam proses demokrasi. Pada 1991, Aristide terpilih sebagai presiden tapi dikudeta militer pada 1994. Dia kembali terpilih menjadi presiden pada 2004 namun kembali dikudeta.

Setelah Aristide digulingkan dari kekuasaan dalam kudeta militer pada 1994, AS memutuskan campur tangan dan mengembalikan presiden yang terpilih untuk berkuasa.

Pada 2004 pemerintah George W Bush disebut mewaspadai Aristide dan telah berkontribusi dalam upaya penggulingannya. Aristide yang juga seorang pendeta disebut seorang populis yang dekat dengan Kuba. Dia juga menolak tegas arahan ekonomi neoliberal dari Bank Dunia dan IMF. Gedung Putih menudingnya korup dan menyimpan USD 500 juta bantuan kemanusiaan dari Haiti.

3. Ekuador

Setelah Jos Maria Velasco Ibarra terpilih sebagai presiden Ekuador pada 1960, dia menolak tuntutan Amerika agar memutuskan hubungan dengan Kuba dan menindak komunis. AS menyusup ke kelompok politik Ekuador; baik kelompok kiri dan kanan, dan membuat organisasi palsu untuk mengacaukan perpolitikan Ekuador.

Seorang perwira CIA membentuk kelompok yang disebut Front Anti Komunis Ekuador. Namun, karena nama itu sudah diambil oleh kelompok yang sah, ia harus mengubahnya menjadi Aksi Anti-Komunis Ekuador. CIA juga merambah layanan pos dan departemen imigrasi untuk mengumpulkan intelijen. Semua gangguan ini memuncak dengan penggulingan Velasco, yang digantikan oleh Carlos Julio Arosemana, seorang anggota CIA yang dibayar. Arosemana kemudian melarang komunisme, menangguhkan kebebasan sipil, membatalkan pemilu 1964 dan membuat Daftar Pengawasan Kontrol Subversif CIA untuk mengumpulkan kaum kiri.

4. Guatemala

Presiden AS, Dwight D Eisenhower mendanai kudeta militer sayap kanan terhadap pemerintah Jacobo rbenz pada 1954. Arbenz mengambil alih 234.000 hektar tanah yang dikuasai United Fruit Company milik Rockefeller, meskipun perusahaan itu ditawari kompensasi (berdasarkan catatan pajak yang curang).

Pemberontak yang dilatih CIA yang dipimpin Carlos Castillo mengambil alih kekuasaan dan mengembalikan semua tanah yang disita dari United Fruit Company, menghapuskan pajak atas bunga dan dividen kepada investor asing, menghilangkan pemungutan suara rahasia dalam Pemilu dan memenjarakan ribuan kritikus politik. Menteri Luar Negeri AS, John Foster Dulles dan saudara lelakinya Direktur CIA Allen Dulles adalah investor di United Fruit Company.

5. Bolivia

Pada 1971, dengan dukungan Angkatan Udara AS, CIA menyokong kudeta militer kejam di Bolivia yang menewaskan 500 orang. Kudeta menjatuhkan presiden sayap kiri Juan Torres yang telah menasionalisasi berbagai industri negara, termasuk minyak. Penggantinya, Jenderal Hugo Banzer, dilatih di School of the Americas. Rezim Banzer dikenal karena menggunakan taktik brutal untuk memberantas elemen-elemen kiri di negara itu.

6. Chile

Presiden sosialis Chile Salvador Allende terbunuh dalam kudeta yang kemudian membuat Jenderal Augusto Pinochet berkuasa. Kudeta ini dikabarkan merupakan hasil dari tiga tahun operasi rahasia dan sabotase ekonomi yang dilakukan oleh CIA di Chile. Pinochet menerima dukungan Amerika sepanjang masa jabatannya kendati dituduh terlibat dalam penyiksaan, pembunuhan dan penghilangan ribuan warga Chile.

Editor
Novel Damapoli
Sumber Berita
Merdeka

Baca Juga

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker