Laut China Selatan Punya Siapa?

Abadikini.com, JAKARTA – “Laut China Selatan Punya Siapa?” Itulah Tema Seminar Online hari ini Senin (20/7) yang diselenggarakan Program Studi Magister Kajian Asia Tenggara, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Indonesia.

Seminar Online ini menghadiri narasumber diantaranya, Prof Dr Agus Aris Munandar, Prof Dr Djoko Marihandono, Dr. Rahadjeng Pulungsari Hadi serta dipandu oleh Moderator Manneke Budiman Ph.D

Sesi Pertama diawali pemaparan oleh Prof Dr Agus terkait Sejarah Armada Cina dalam jumlah besar mengarungi Laut Cina Selatan ke Pulau Jawa pada abad 4-8 hingga abad 15 interaksi Cina dan Kebudayaan Dongson (Vietnam modern sekarang) serta selanjutnya pelaut tingkok hijrah melakukan hubungan perdagangan dengan kerajaan Majapahit di pulau Jawa melintasi Laut China Selatan (LCS) ini.

“ Berbicara Laut Cina Selatan kita harus kembali ke era keemasan kebudayaan Dongson, Dataran (Indocina), dimana kebudayaan ini sebagai penghubung bangsa – bangsa di Asia Tenggara, Utusan – utusan orang orang cina sejak abad 4- 8 hingga abad 15 telah bolak balik hingga menjalin hubungan dengan kerajaan nusantara seperti Sriwijaya, Majapahit di laut LCS ini. Seharusnya laut ini dinamakan Laut Asia Tenggara “ Jelasnya Prof Dr Agus.

Selanjutnya Prof Dr Djoko Marihandono menambahkan, tentang sejarah wilayah perbatasan Laut China Selatan (LCS), di Indonesia kita ada Batasan “ Nine Dash Line” Garis Putus – Putus. Di Pulau Natuna Provinsi Kepulauan Riau yang berbatasan langsung dengan Laut China Selatan terangnya.

“ Untuk perbatasan wilayah perairan pada masa kolonial Hindia-Belanda telah diatur pada Staatblad Nomor 442 tahun 1939 tentang “Terrioriale Zee en Maritime Kringen Ordonantie” atau Undang-undang tentang Laut Teritorial dan Lingkaran Maritim. Dalam Staatblaad ini ditentukan lebar laut territorial Indonesia atau Hindia Belanda selebar 3 mil “.

Selanjutnya Terkait awal penamaan Laut China Selatan, Dr. Rahadjeng Pulung Sari yang membidangi program studi Cina menuturkan, maka saya mengambil dari perspektif yang berbeda yaitu Laut China Selatan (LCS) dari Jalur Sutra, “ pertama kali atau mendengar Laut Cina Selatan adalah sebuah tempat dimana Sutra itu mereka menyebut tempat ini tanah untuk mengadakan pelayaran pada masa dahulu di laut saat ini dikenal pula dengan One Belt One Road (OBOR), merupakan sebuah kebijakan inovatif pemerintahan Tiongkok untuk membangun jalur perdagangan dan ekonomi baru yang menghubungkan Asia hingga Eropa. One Belt mengacu pada revitalisasi Silk Economic Road Economic “. Jelasnya.

Belt atau rute perdagangan yang melalui jalur sutra. Jalur tersebut mencakup daratan dari Tiongkok, Asia Tengah, Asia Timur, Asia Selatan, Timur Tengah hingga Eropa yang juga akan didukung dengan jalur rel, jalan raya, dan jaringan pipa baru. Sedangkan, One Road mengacu pada 21st Century Maritime Silk Road atau sebuah jalur sutra berbasis laut yang menghubungkan Tiongkok dengan Asia Tenggara, Asia Selatan, Afrika, Timur Tengah dan Eropa.

Menurut catatan sejarah kuno, orang Tiongkok pertama yang menemukan kepulauan ini sekitar tahun 200SM dan dinamai kepulauan Nansha yang berarti kepulauan diujung selatan. Kep. Nansha terdiri dari empat pulau besar, sebagian besar terdiri dari terumbu karang tersebar luas. Enam terumbu utama terdiri dari : Terumbu Yongshu (永暑礁), Mishief Reef(美济礁), Subi Reef(渚碧礁), Pulau Taiping(太平岛), P. Zhongye(中业岛), P. Nanwei (南威岛), Xijiao(西礁), Dongjiao(东礁), Danwan Jiao(弹丸礁), Wan’an Tan (万安滩), yang paling selatan Lidi Ansha(立地暗沙).

Pada zaman Dinasti Han (157 SM-87SM) sudah mulai banyak menggunakan Laut Tiongkok Selatan, dan pada Dinasti Song kelautan dikembangkan dengan skala besar dan memasukan Kep. Nansaha ke dalam wilayah Tiongkok kuno. Pada Dinasti Qing dan Ming kepulauan ini telah dimanfaatkan sebagai tempat dagang dan industri nelayan Tiongkok kuno, bahkan didirikan kantor negara. Pada P.D II, P. Taiping, P. Zhongye, dan Parung Pasir Dun Qian (敦谦沙洲) menjadi pusat patroli militer Tiongkok secara luas, terdiri dari 9 garis putus yang diakui internasional. Gugus Kepulauan Nansha (Spratley) sejak dulu telah dikenal luas di daratan Cina, Pulau yang saat ini yang sengketan dengan beberapa negara di Asia Tenggara.

“ Mengapa Laut China Selatan itu menjadi penting karena merupakan akses utama pada masa lalu untuk suatu hubungan antaranegara dan juga membawa komoditi barang barang, ini adalah tempat strategis untuk melakukan kontak kebudayaan dan diplomasi politik “ tutupnya. (**)

Baca Juga

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker