Santri di Kulon Progo Diminta Jauhi Google agar Terhindar Hoaks

Abadikini.com, KULON PROGO – Beberapa Pesantren di Kulon Progo, berusaha untuk menghindari paparan berita hoaks. Seperti di Pondok Pesantren Nurul Haromain, Taruban Kulon, Tuksono, Sentolo, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, yang para santrinya diupayakan untuk tidak ketergantungan pada laman pencarian Google.

Oleh kiai mereka, para santri di Pondok Pesantren itu dianjurkan jika ingin belajar maka harus belajar langsung dari guru. Artinya antara guru dengan santri harus bertemu langsung secara fisik. Para santri tidak diperkenankan belajar dari internet.

Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Haromain, KH. M. Sirodjan Muniro AR, mengatakan sebenarnya para santri di pondok pesantren tersebut dilarang belajar dari Google. Hal ini  bertujuan untuk menjaga kebenaran dari ilmu yang mereka pelajari tersebut.

“Jika bila ingin belajar maka harus belajar dari guru, dari gurunya guru sampai ke Rasulullah. Hal ini untuk menjaga kebenaran dari ilmu yang mereka pelajari tersebut. Jadi kecil kemungkinan percaya hoaks, kecuali santri mogol yakni belajarnya tidak selesai, atau setengah setengah,” tutur KH. M. Sirodjan Muniro AR, Jumat (5/4/2019).

Sirodjan takut apabila ada santri-santri mogol yang akan menyebarkan hoaks di masyarakat. Ia juga selalu menekankan kepada para santri agar belajar sampai selesai, sehingga para santri tersebut akan menguasai ilmu yang mereka pelajari.

Dalam ajang silaturahmi dan sosialisasi anti berita hoaks dan hate speech menuju pemilu 2019 yang aman dan kondusif, usai tausiah dari pengasuh pondok pesantren, ratusan santri yang hadir menggelar deklarasi mendukung terselenggaranya pemilu 2019 yang aman, damai, dan bebas dari hoaks dan ujaran kebencian.

“Para santri bisa menjadi duta anti berita hoaks,” tambahnya.

Setelah melaksanakan sosialisasi dan deklarasi, ia meminta para santri menjadi duta anti hoaks dengan memberikan contoh sesuai budaya pesantren. Sang kiai meminta budaya  untuk selalu konfirmasi dan tabayun kepada sumbernya yang benar.

“Guru-guru, ulama yang benar-benar ahlu sunnah (pewaris ilmu nabi, atau secara sanad (urutan menerima ajaran langsung dari Nabi menjadi sumber yang benar,” ujar Sirodjan.

Sirodjan mengharapkan ketika para santri pulang dari pondok lalu kembali ke pondok pesantren harus membawa teman ikut nyantri. Ia menyebut jika tidak membawa teman nyantri, maka ia belum berhasil nyantri. Dan jika sudah menjadi santri dan berhasil nyantri dia tidak akan percaya hoaks apalagi menyebar hoaks.

Terkait Pemilu, Sirodjan mengimbau masyarakat untuk tidak timbul perpecahana meskipun berbeda pilihan politik dalam pemilu.

“Tidak ada yang sempurna di antara kita. Jaga kerukunan tugas kita selalu mengingatkan betapa penting menjaga kerukunan,” ujar Sirodjan.

Salah satu santri, Agus Kurniawan, mengatakan setelah sosialisasi dan mengikuti deklarasi, ia mengaku mendapatkan pencerahan baru. Ia siap menjadi duta anti hoaks dan menyebarkan pesan Pemilu damai kepada masyarakat.

“Kami akan lebih hati-hati menerima informasi apapun dari sosial media. Lalu kami akan melakukan pendekatan dengan ajaran agama dan budaya santri kepada masyarakat,” kata Agus.

Editor
Muhammad Saleh
Sumber Berita
kumparan

Baca Juga

Berita Terkait
Close
Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker