Intisari Kultwit Singkat Yusril Ihza Mahendra Tentang Hari Pahlawan

Kebanyakan orang tentu masih ingat bahwa tanggal 10 November adalah Hari Pahlawan. Tanggal itu kita jadikan sebagai Hari Pahlawan untuk mengenang perjuangan heroik pemuda Surabaya dan sekitarnya, melawan pendaratan tentara Sekutu di kota itu.

Dalam Tentara Sekutu itu turut pula tentara Belanda yang ingin mengambil kembali daerah jajahannya. Tentara Sekutu yang dipimpin Inggris bertugas untuk melucuti senjata tentara Jepang yang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu tanggal 15 Agustus 1945. Tentara Sekutu juga berkewajiban menjaga Hindia Belanda dalam keadaan status quo pasca penyerahan Jepang.

Situasi ini menguntungkan Belanda. Sementara 2 (dua) hari setelah Jepang menyerah kepada sekutu, Soekarno-Hatta telah memproklamirkan kemerdekaan Indonesia. Negara baru telah lahir. Situasi seperti itu memang menyulitkan pihak Sekutu, yang dengan mudah dituduh bangsa kita mendukung Belanda untuk kembali menjajah Indonesia.

Saya pernah berhari-hari membaca surat kabar yang terbit sekitar pertempuran Surabaya itu di Perpustakaan Nasional agar saya dapat menjiwai suasananya. Kesan saya, sejak akhir Oktober 1945 pertempuran memang sudah dimulai. Berita teriakan Takbir memanggil ke medan perang, setiap hari menjadi berita di tengah memanasnya situasi di Surabaya.

Ada berita politik cukup besar tentang Kongres Umat Islam di Yogyakarta mulai tanggal 3-7 November 1945, dan memutuskan berdirinya Partai Politik Islam Indonesia “Masjoemi” sebagai satu-satunya partai politik Islam.

Partai ini dipimpin oleh Ketua Majelis Syuro Hadratussyeikh KH Hasyim Asy’ari dan Ketua Pengurus Besar Dr Sukiman Wirjosandjojo. Selama kongres berlangsung, situasi Surabaya dan pertempuran di daerah lain dibahas secara serius.

Hadratusysyeikh KH Hasyim Asy’ari dalam kedudukannya sebagai Ketua PB NU dan Ketua Majelis Syura Masyumi mengeluarkan fatwa jihad. Masyumi memutuskan membentuk Barisan Sabilillah dan Lasykar Hizbullah untuk melaksanakan fatwa jihad mempertahankan kemerdekaan.

Menghadapi situasi Surabaya, Ketua Masyumi Dr Sukiman menyampaikan pesan melalui Radio Yogya kepada Muhammad Ali Jinnah di India. Sukiman meminta Jinnah agar menyerukan kepada tentara Inggris asal Punjab untuk tidak ikut bertempur melawan bangsa Indonesia yang ingin merdeka.

Pesan Sukiman didengar di India dan Jinnah berpidato via Radio Delhi menyerukan agar tentara Inggris Muslim asal India lakukan disersi. Tanggal 9 November 1945, Kapten Zia Ul Haq dan anak buahnya melakukan disersi di Surabaya. Mereka menolak bertempur dengan umat Islam. Jauh dikemudian hari, Kapten Muhammad Zia ul Haque ini menjadi Panglima Angkatan Darat dan menjadi Presiden Pakistan.

Saya membaca juga koran Berita Indonesia di bulan November itu, dimana 1 (satu) batalyon tentara Inggris asal Punjab lakukan disersi di Jakarta. Mereka mundur dari Sukabumi karena dihadang rakyat yang meneriakkan Takbir. Mereka juga mendengar seruan Ali Jinnah yang berulang-ulang di radio.

Tentara Muslim yang disersi itu digiring ke Lapangan Banteng atau Lapangan Weltevreden dan ditawan di Pulau Onrust di Teluk Jakarta. Yang tetap meneruskan pertempuran adalah Tentara Ghurka asal Nepal, yang kebanyakan beragama Sikh.

Sukiman juga berpidato melalui Radio Yogya berisi pesan kepada Raja Saud agar mengumumkan kepada jemaah haji yang akan wukuf bahwa Indonesia sudah merdeka, dan memohon Raja Saud menyerukan kepada jemaah haji agar mendoakan perjuangan bangsa Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan.

Bagi saya yg membaca koran-koran pada bulan Oktober dan November tahun 1945, suasana perjuangan membela kemerdekaan kala itu memang luar biasa. Berita insiden bendera di Hotel Yamamato Surabaya dimuat besar-besar. Peristiwa itu sangat heroik. Juga berita kematian Brigjen Mallaby. Saya lihat juga foto Bung Tomo sedang bertakbir memanggil Pemuda Surabaya agar turun ke medan jihad.

Bagi saya, 10 November memang layak dijadikan sebagai Hari Pahlawan. Di awal kemerdekaan, perjuangan mempertahankan kemerdekaan memang luar biasa. Bagi kita generasi sekarang, pengorbanan para pendahulu kita janganlah kita anggap tidak berarti. Tanpa mereka kita takkan seperti sekarang.

Banyak yg lupa kepada peristiwa masa lalu karena miskinnya minat terhadap sejarah. Padahal belajar sejarah bangsa itu sangat penting. Banyak orang suka menyepelekan masa lalu, karena miskinnya pemahaman terhadap sejarah bangsanya sendiri dan penjiwaan terhadapnya.

Menyepelekan perjuangan masa lalu hanya akan melahirkan manusia kerdil, sedikit arogan, karena tidak mengerti apa-apa tentang masa lalu bangsanya.

#Tweet10November2013
#SelamatHariPahlawan2018
#Jasmerah

 

Baca Juga

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker