LaNyalla Menilai Pandemi Momentum untuk Wujudkan Kemandirian Kesehatan

LaNyalla mencontohkan, bahan baku untuk obat paracetamol yang sampai saat ini masih impor. Menurutnya, Indonesia sebenarnya sudah memiliki bahan bakunya, yaitu zat fenol sisa produksi bahan bakar minyak yang dibuat oleh PT Bio Farma. Sayangnya pemerintah Indonesia belum menggarap potensi itu dengan baik.

“Selama ini kita terlalu asyik menggunakan obat-obat dan produk-produk sudah jadi. Kondisi pandemi membuat semuanya menjadi sadar bahwa banyak potensi dan sumber daya alam yang belum dikembangkan, yang sebenarnya bisa berperan besar dalam mendukung penanganan virus,” ujar dia.

Untuk itu, LaNyalla mendorong lembaga penelitian dan perguruan tinggi terus melakukan riset dan bekerja sama dengan perusahaan farmasi dalam produksi. Artinya hasil riset tidak hanya sebatas publikasi ilmiah namun juga ke proses hilirisasi.

“Memang budget penelitian dan pengembangan terkait obat masih rendah. Hanya sekitar 0,2 persen total GDP (Gross Domestic Product). Makanya kita minta anggaran penelitian kesehatan ini ditambah,” terang Senator asal Jawa Timur itu.

Ditambahkan LaNyalla, kolaborasi yang kompak antara kampus dan industri menjadi kekuatan untuk mencapai kesehatan yang mandiri. Minimal ketergantungan terhadap produk-produk asing berkurang.

“Pandemi merupakan momen tepat untuk melakukan transformasi kesehatan, reformasi sektor farmasi dan resiliensi sistem kesehatan. Pentingnya ketersediaan obat-obatan esensial untuk rakyat kecil, kemudian masalah sistemik yang harus diperbaiki dalam sistem kesehatan seperti kapasitas RS, juga target cakupan BPJS yang perlu ditambah,” jelasnya.

Laman sebelumnya 1 2

Baca Juga

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker