Ini Tiga Modal Kuat Jokowi Awali Langkah di Periode Kedua

Abadikini.com, JAKARTA – Lembaga Survei Indonesia (LSI) menyebutkan tiga modal kuat Presiden Joko Widodo dalam menjalankan pemerintahan 5 tahun mendatang. Tiga modal kuat ini terungkap dari hasil survei LSI yang diselenggarakan pada 8-17 September 2019.

Modal pertama, menurut Direktur Eksekutif LSI Djayadi Hanan adalah tingkat kepuasan publik terhadap kinerja Jokowi masih tinggi. Sejak dilantik 20 Oktober 2019, sebanyak 71,8 persen responden puas dengan kinerja Jokowi. “Jadi, secara umum, tingkat kepuasan Jokowi sangat tinggi, di angka 71,6 persen dan yang tidak puas sebanyak 26,5 persen,” ujar Djayadi dalam acara rilis hasil survei LSI bertajuk “Tantangan Intoleransi dan Kebebasan Sipil serta Modal Kerja pada Periode Kedua Pemerintahan Jokowi”, di Erian Hotel, Jalan Wahid Hasyim, Menteng, Jakarta Pusat, Minggu (3/11/2019).

Dari hasil survei, sebanyak 10,6 persen responden sangat puas dengan kinerja Jokowi, cukup puas sebanyak 61,2 persen, kurang puas sebanyak 23,6 persen, tidak puas sama sekali 2,9 persen dan sebanyak 1,8 persen yang tidak tahu atau tidak menjawab. “Kepercayaan masyarakat terhadap kinerja Jokowi tampak menguat di pada masa awal pemerintahan, meskipun tingkat kepuasan tersebut stagnan di tiga tahun terakhir, yakni tahun 2017, 2018 dan 2019,” tandas Djayadi Hanan.

Modal kedua, kata Djayadi, mayoritas masyarakat setuju bahwa demokrasi adalah bentuk pemerintahan yang terbaik. Sekitar 84,8 persen masyarakat Indonesia setuju dengan sistem demokrasi dan hanya 2,5 persen yang tidak sepakat dengan sistem demokrasi.

Jika dirinci, hasil survei menunjukkan, sebanyak 12,3 persen sangat setuju dengan sistem demokrasi, sebanyak 72,5 persen setuju dengan sistem demokrasi, yang tidak punya sikap 6,1 persen, yang tidak setuju 2,4 persen, yang sangat tidak setuju dengan demokrasi sebanyak 0,1 persen dan yang tidak tahu atau tidak menjawab sebanyak 6,6 persen. “Dukungan terhadap demokrasi memang tampak mengalami penguatan dari tahun-tahun sebelumnya. Ini menjadi modal bagi Jokowi untuk melangkah di periode kedua,” ungkap Djayadi Hanan.

Modal ketiga, lanjut Djayadi, adalah identitas nasional masyarakat Indonesia semakin menguat. Masyarakat Indonesia, kata dia, lebih suka mengidentikan dirinya sebagai bagian dari bangsa Indonesia, dibandingkan sebagai bagian dari penganut agama atau suku tertentu.

Berdasar hasil survei, 66,4 persen warga lebih senang menyebut diri mereka sebagai bagian dari bangsa Indonesia. Sementara itu, 19,1 persen warga lebih senang menamakan dironya sebagai kelompok penganut agama tertentu. Sisanya, 11,9 persen warga lebih senang diidentifikasi berdasar suku mereka.

“Identitas nasional atau nasionalisme warga Indonesia jauh lebih kuat dibandingkan identitas keagamaan dan kesukuan dan
Selama tiga tahun terakhir (2017, 2018 dan 2019) telah terjadi tren penguatan identitas kebangsaan yang dibarengi dengan pelemahan identitas keagamaan dan kesukuan,” jelas Djayadi Hanan.

Selain tiga modal tersebut, kata Djayadi, terdapat satu kekuatan Jokowi juga dalam menjalankan pemerintahan ke depannya. Kekuatan tersebut adalah tren penguatan keyakinan masyarakat Indonesia bahwa Pancasila dan UUD 1945 adalah landasan berbangsa dan bernegara yang paling baik.

Meskipun demikian, kata Djayadi, Jokowi menghadapi dua tantangan besar, yakni meningkatnya intoleransi dan memburuknya kebebasan sipil. Menurut dia, intoleransi ini terkait intoleransi politik dan religius-kultural. Sementara indikator memburuknya kebebasan sipil adalah masyarakat cenderung takut berbicara dan berorganisasi.

“Jadi, tantangan Jokowi 5 tahun mendatang adalah bagaimana dengan tiga modal tadi, bisa menjaga dan memperbaiki kecenderungan menurunnya kebebasan sipil, dan mengatasi peningkatan gejala intoleransi di masyarakat baik politik maupun relijius-kultural,” pungkas Djayadi Hanan.

Survei ini dilakukan dengan metode random (multistage random sampling) terhadap 1550 responden. Responden terpilih diwawancarai lewat tatap muka oleh pewawancara yang telah dilatih. Margin of error dari survei kurang lebih 2.5 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.

Sumber Berita
beritasatu

Baca Juga

Berita Terkait
Close
Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker