Dana Segar untuk Industri Film

Lippo Group yang membangun Cinemaxx cukup masif dalam berekspansi. Data dari situs web filmindonesia.or.id , baru tiga tahun, mereka sudah memiliki 142 layar yang tersebar di 28 bioskop di 21 kota.

Target mereka ambisius, yaitu membangun 2.000 layar di 85 kota dalam waktu 10 tahun ke depan. Sementara Agung Sedayu Group membangun bioskop di bawah nama Flix Cinema sejak Mei 2017. 

Seperti Cinemaxx yang membangun jaringan bioskopnya di gedung-gedung milik Lippo, Flix Cinema pun mendirikan bioskopnya di properti milik Agung Sedayu Group. Sementara, pemain terbaru yaitu Kota Cinema Mall yang baru dibuka pada Juni lalu di Jatiasih, Bekasi.

Pemainnya adalah Yoenka dan Sudiadi yang lama berkecimpung di rumah produksi Maxima Pictures. Bagi perusahaan properti seperti Lippo Group dan Agung Sedayu Group, ekspansi lebih mudah karena bisa memanfaatkan properti milik sendiri yang tersebar di banyak kota besar di seluruh Indonesia. 

Sementara Cinema 21 yang berada di bawah naungan PT Nusantara Sejahtera Raya pun tak mau kalah. Demi mengimbangi para pesaingnya yang semakin membesar, tahun lalu jaringan bioskop terbesar di Indonesia ini menerima suntikan dana dari lembaga pengelola dana investasi milik pemerintah Singapura, GIC, senilai USD265 juta (Rp3,5 triliun).

Sementara, bagi jaringan bioskop lainnya, dengan cerdik memilih second city atau kota kedua yang belum banyak disentuh pemain besar. Contohnya Platinum Cineplex yang membangun bioskopnya di Batu Raja Kabupaten Ogan Komering Ulu dan Lahat (Sumatera Selatan), Palopo (Sulawesi Selatan), Bitung (Sulawesi Utara), Magelang dan Sukoharjo (Jawa Tengah), Sidoarjo (Jawa Timur), dan Cibinong (Jawa Barat). New Star Cineplex juga konsisten menyasar pasar di kota kedua di Jawa Timur, di antaranya Bojonegoro, Banyuwangi, dan Jember.

“Dulu orang harus jalan delapan jam terlebih dahulu untuk menonton, karena bioskop hanya di kota besar. Sekarang tidak lagi,” ujar Raam Punjabi. Diakui Raam, nilai investasi di kota kedua bisa lebih besar hingga 25% dibanding di kota besar. 

“Tapi di sini kesempatannya masih luas,” kata Raam yang juga memelopori konsep sinepleks (kompleks sinema) di Indonesia, dengan membangun bioskop Kartika Chandra yang kini menjadi bioskop Hollywood XXI. Konsentrasi menyasar kota kedua untuk kelas menengah ke bawah juga dilakukan Kota Cinema Mall. 

Menurut COO Kota Cinema Mall Sudiadi, pihaknya segera merencanakan membangun bioskop di Madura, Jember, Banjarnegara, Malang, Pontianak, Batam, dan Makassar.

“Kota Cinema Mall hanya sebagai operator bioskop, sementara investasinya terbuka dengan konsep waralaba. Nilai investasinya tergantung lokasi, tapi kurang lebih 16-20 miliar rupiah untuk tiga studio,” urainya. 

Laman sebelumnya 1 2
Sumber Berita
Seputar Indonesia

Baca Juga

Berita Terkait
Close
Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker