Percaya Teori Konspirasi Pertanda Masalah Kesehatan Mental

Percaya Konspirasi Pertanda Tak Siap Terima Kenyataan

Van Prooijen & Jostmann (2013) menyatakan bahwa kepercayaan konspirasi lebih kuat ketika orang mengalami kesusahan sebagai akibat dari perasaan tidak pasti.

Michael A Peters (2020) bahkan menegaskan bahwa dukungan terhadap nalar konspirasi akan subur di mana situasi pemerintahan bersifat korup, otoriter dan tidak transparan. Tak lupa, kelompok dengan status, pendidikan dan ekonomi rendah juga dianggap lebih mudah terhasut oleh nalar konspirasi.

Fakta-fakta inilah yang kemudian tidak dipisahkan dalam memandang penyebab suburnya penganut teori konspirasi.

Mengapa Pemikiran Pengagung Konspirasi Layak Diabaikan

Setidaknya, ada tiga alasan utama mengapa kita perlu mendiamkan ajakan berdebat para pengagung teori konspirasi. Pertama adalah dari cara mereka berpikir, kedua adalah dari cara perolehan-pengolahan informasi (akses-proses data) dan ketiga adalah psikologi penganut Konspirasi.

Pertama, soal cara berpikir (nalar). Hampir seperti pemikiran mistik, nalar konspirasi termasuk dalam cara berpikir prediktif, yakni menerka sesuatu yang sedang dan akan terjadi di luar fakta empiris yang tersedia.

Meskipun nalar konspiratif menihilkan peran magis dan lebih pada menyambung benang-benang terpisah dari berbagai kejadian, nalar konspiratif telah memastikan hal yang belum diketahui dan belum tentu terjadi (bersifat potential, possibility) sebagai suatu hal yang sebenar-benarnya terjadi atau nyata-ada (fact or exist).

Dalam pengertian itu, nalar konspirasi lebih mirip kepada suatu keyakinan (iman) daripada ilmu. Karenanya diskusi se-ilmiah apapun tidak akan berfungsi sebab mereka mengunci pintu bagi kemungkinan kebenaran lain sedari awal. Sebagaimana konsep iman, hanya pengalaman eksistensial saja yang mampu membatalkan dan mengubah keyakinan mereka.

Kedua, soal cara perolehan-pengolahan informasi (akses-proses data). Penganut nalar konspirasi dikenal menyangkal semua informasi umum terkait data-data sains (data terbuka) yang lazim kita temui. Dengan meyakini data mereka sebagai kebenaran tunggal, mereka lupa bahwa kesimpulan sains bersifat dinamis, yakni kebenaran lama otomatis batal dengan ditemukannya kebenaran baru.

Di sinilah kerumitannya. Penganut nalar konspirasi selalu mengajak berdebat, namun meyakini bahwa data tandingan dari lawan mereka adalah data rekayasa. Jika data dari lawan secara masuk akal membantah teori konspirasi, mereka meyakini bahwa hal itu sudah direncanakan. Semua elemen lain seperti saksi ataupun bukti yang tidak menguntungkan juga diyakini adalah hasil sekongkol dan suap.

Uniknya, jika data yang dibawa oleh lawan mereka dianggap bersesuaian dengan teori konspirasi, maka mereka menerima dan menggunakannya untuk menguatkan teori mereka.

Di sisi lain, mereka meyakini bahwa semua ilmuwan di dunia terhimpun dalam satu kekuatan dogmatis bernama ‘elit global’ yang bersekongkol menghadirkan fakta palsu dengan tujuan jahat. Oleh karena itu, satu dua orang ilmuwan yang tidak representatif namun tampil keluar jalur dan vokal menyuarakan nalar konspirasi akan dianggap sebagai pahlawan.

Ketiga, soal psikologi penganut Konspirasi. Selain defensif dan denial, penganut konspirasi kerap disebut terjangkit perasaan narsisme kolektif. Peneliti seperti Cicchocka, Marchlewska, & Golec de Zavala (2016) menyimpulkan bahwa penganut konpirasi meyakini dirinya sebagai kelompok hebat namun orang lain tidak cukup menghargainya.
Cicchocka dkk lalu menjelaskan bahwa pandangan berlebihan tentang diri sendiri mereka itu membutuhkan validasi eksternal. Sebab, mereka meyakini bahwa kompetensi mereka dianggap sepele karena hasil sabotase oleh pemiliki kekuasaan.

Oleh karena itu, bagi kita pengabaian argumen mereka sebenarnya adalah tindakan yang cukup beralasan. Sebab kecilnya spotlight terhadap argumen mereka berbanding lurus dengan semangat mereka menyebarkan propaganda.

Laman sebelumnya 1 2 3 4Laman berikutnya
Sumber Berita
muhammadiyah.or.id

Baca Juga

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker