Kesaksian dari Gaza: Masjid dan Gereja Dihancurkan, Lebih Parah dari Perang Vietnam

Abdullah Onim tubuhnya memang sedang di Indonesia. Namun, hati dan pikirannya masih sepenuhnya tertambat di Gaza, Palestina.

Kantor berita yang juga mempekerjakan jurnalis-jurnalis lokal itu menyajikan beragam platform berita.

Baik berupa video untuk tayangan televisi, artikel untuk media cetak dan online, maupun voice untuk radio. Banyak media nasional di Indonesia yang lantas menyerap hasil kerja mereka.

Onim memang berkomitmen meminimalkan berita abu-abu tentang Palestina.

”Kadang kan Palestina hanya diberitakan yang berdarah-darahnya. Padahal, masih banyak hal lain yang bisa menjadi berita juga,” tutur dia. 

Salah satu berita abu-abu tentang Palestina yang masih mengganjal hatinya berkaitan dengan konflik yang terjadi.

Publik dunia, termasuk Indonesia, masih sering menganggap hanya muslim yang jadi korban kebiadaban Israel.

”Padahal, banyak juga umat Kristen di Palestina yang jadi korban. Gereja mereka dihancurkan Israel,” ungkap Bang Onim.

Onim bercerita pernah berbincang dengan pastor dan pendeta di salah satu gereja tertua di Gaza.

Pastor dan pendeta itu sepakat mengatakan bahwa permasalahan di Palestina merupakan permasalahan bersama Islam dan Kristen yang sama-sama berhadapan dengan Yahudi (Israel).

Di Palestina, lanjut Onim, kerukunan umat Islam dan Kristen dapat menjadi contoh. Saat Israel menutup Masjidilaqsa dan melarang umat muslim beribadah di sana, umat Kristen Palestina ikut turun tangan.

”Mereka mengeluarkan statement bahwa bila Masjidilaqsa tetap ditutup, mereka akan mengalihfungsikan gereja menjadi masjid agar orang Islam dapat salat di sana,” tuturnya.

Motivasi Onim untuk berkiprah bagi Gaza semakin tersulut setelah dia menikahi gadis setempat, Rajaa El Hertani, pada 2011. Dari pernikahan tersebut, Onim dikaruniai seorang putri dan dua putra. 

Tapi, proses hingga bisa bertemu jodoh tak bisa dibilang mudah. Dia melakukan taaruf dengan perempuan Gaza tak hanya satu atau dua kali. Tapi, sampai enam kali.

”Ada yang sayanya tidak cocok, ada juga yang keluarganya tidak cocok. Maklumlah, saya kan orang asing,” kenangnya.

Setelah enam kali taaruf, dia mengaku hampir putus asa. Sampai kemudian dia bertemu Rajaa.

Hanya dalam hitungan hari setelah berkenalan dengan keluarga, Onim dan Rajaa melangsungkan pernikahan. Setelah menikah, keduanya baru memulai proses perkenalan pribadi masing-masing.

Menurut Onim, banyak kejadian tidak biasa yang dialaminya bersama sang istri. Di awal pernikahan, saat keduanya sedang jalan berdua, sering sekali petugas menghentikan mereka.

Laman sebelumnya 1 2 3 4 5 6Laman berikutnya

Baca Juga

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker