Kesaksian dari Gaza: Masjid dan Gereja Dihancurkan, Lebih Parah dari Perang Vietnam

Abdullah Onim tubuhnya memang sedang di Indonesia. Namun, hati dan pikirannya masih sepenuhnya tertambat di Gaza, Palestina.

Motivasi Onim untuk berkiprah bagi Gaza semakin tersulut setelah dia menikahi gadis setempat, Rajaa El Hertani, pada 2011. Dari pernikahan tersebut, Onim dikaruniai seorang putri dan dua putra. 

Tapi, proses hingga bisa bertemu jodoh tak bisa dibilang mudah. Dia melakukan taaruf dengan perempuan Gaza tak hanya satu atau dua kali. Tapi, sampai enam kali.

”Ada yang sayanya tidak cocok, ada juga yang keluarganya tidak cocok. Maklumlah, saya kan orang asing,” kenangnya.

Setelah enam kali taaruf, dia mengaku hampir putus asa. Sampai kemudian dia bertemu Rajaa.

Hanya dalam hitungan hari setelah berkenalan dengan keluarga, Onim dan Rajaa melangsungkan pernikahan. Setelah menikah, keduanya baru memulai proses perkenalan pribadi masing-masing.

Menurut Onim, banyak kejadian tidak biasa yang dialaminya bersama sang istri. Di awal pernikahan, saat keduanya sedang jalan berdua, sering sekali petugas menghentikan mereka.

Melihat pasangan warga negara asing dengan perempuan Palestina berdua-duaan membuat mereka curiga.

”Mereka selalu minta surat nikah. Jadilah awal pernikahan, kami selalu membawa surat nikah ke mana pun,” katanya, lantas tersenyum.

Tiga anaknya dia beri nama yang mempertautkan unsur Islami dan Indonesia. Si putri dinamai Marwiyah Filindo. Sedangkan dua putra bernama Ismael Nusantara dan Almaqdisy Bahari.

Setelah menikah, Onim pun bekerja keras untuk bisa membangun tempat tinggal sendiri. Sedikit demi sedikit menabung sampai akhirnya bisa membeli sebidang tanah di Gaza bagian utara.

Tanah tersebut menjadi hak milik dan atas nama Abdillah Onim serta bersertifikat dari Kementerian Pertanahan Palestina di Jalur Gaza. Onim pun jadi WNI yang pertama memiliki tanah di Gaza.

Tapi, persoalan lain datang: tidak ada dana untuk membangun rumah. Di tengah kebingungan itu, dia mendengar bahwa Program Pembibitan Penghafal Al-Qur’an (PPPA) Daarul Qur’an punya rencana untuk mendirikan Rumah Tahfidz di Gaza.

Onim lantas menawarkan tanahnya untuk pembangunan Rumah Tahfidz. Pembangunan mulai dilakukan pada 30 September 2013.

Bangunan tersebut terdiri atas tiga lantai. Lantai teratas dijadikan tempat tinggal Bang Onim dan keluarga.

Sementara itu, lantai bawahnya digunakan untuk tempat menghafal Alquran. Sejak 2014 sudah lebih dari 40 anak-anak Gaza yang berhasil hafal Alquran 30 juz.

Namun, pada 2014, bangunan tersebut sempat hancur setelah diserang 16 rudal Israel. Kondisinya 80 persen hancur. Sama sekali tidak bisa ditinggali.

Dia memang merasa Israel mengincarnya. ”Serangan 16 rudal Israel ke tempat tinggal saya itu bukan satu-satunya. Ada tiga serangan lain yang juga dilakukan Israel,” katanya. 

Namun, tidak ada satu pun serangan yang berhasil melumpuhkan Onim. Tinggal di wilayah konflik membuatnya jadi lebih cekatan. Dia tahu bagaimana harus menghindari serangan.

Selama mudik ke Indonesia sejak September lalu, Onim memanfaatkannya untuk silaturahmi sekaligus melakukan pertemuan dengan sejumlah pihak.

Misalnya, Ustad Yusuf Mansur dan Aa Gym, Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah, Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan dan istri, Wamenlu A.M. Fachir, serta Menlu Retno.

”Sebetulnya saya ingin bertemu dengan Presiden Jokowi sebelum kembali ke Gaza Maret nanti,” ungkap dia.

Laman sebelumnya 1 2 3 4 5 6Laman berikutnya

Baca Juga

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker