Piala Dunia 2018: Fernando Hierro dan Mimpi Lamanya di Spanyol

Abadikini.com – Setelah sepekan menerima tugas dadakan sebagai pelatih Spanyol, Fernando Hierro akhirnya meraih kemenangan pertama pada Piala Dunia 2018 di fase Grup B

Hierro, 50, gelandang bertahan Spanyol yang terakhir tampil di Piala Dunia 2002, menyaksikan ujung tombaknya, Diego Costa, mencetak gol tunggal dalam pertandingan melawan Iran di Kazan Arena, Kamis 21 Juni, pada menit ke-54.

Kemenangan tipis 1-0 itu melegakan Hierro. Maklum, mereka sempat tertekan setelah Portugal lebih dulu menang juga dengan skor 1-0 melalui sundulan Cristiano Ronaldo.

Datang dua hari sebelum Piala Dunia 2018 dimulai untuk menggantikan pelatih Julen Lopetegui yang dipecat Federasi Sepak Bola Spanyol, Hierro menerima tugas yang tidak mudah.

Sampai sehari sebelum laga di Kazan, beredar kabar  di sejumlah media bahwa pemain senior Andres Iniesta mengatakan pemecatan Lopetegui secara mendadak itu menimbulkan situasi yang tidak kondusif di antara mereka.

Lopetegui dipecat setelah Presiden Real Madrid, Florentino Perez, mengumumkan kesepakatan mereka untuk menunjuk Lopetegui sebagai pelatih Madrid setelah Piala Dunia 2018. Padahal, belum lama, Lopetegui menerima keputusan Federasi Sepak Bola Spanyol untuk melatih tim nasionalnya sampai Euro 2020.

Spanyol kemudian mendatangkan mantan pemain ikon Madrid dan Spanyol, Hierro, yang sampai tahun lalu melatih Real Oviedo di divisi kedua Liga Spanyol.

Hierro belum begitu mencuat sebagai pelatih. Tapi, sepak terjangnya sebagai bek tengah atau gelandang bertahan tim nasional Spanyol sepanjang 13 tahun (1989-2002) menimbulkan rasa hormat mendalam di kalangan tokoh dan pemain di Spanyol.

Pada pertandingan pertama Grup B, tiga gol yang dicetak Ronaldo menggagalkan kemenangan yang sudah di depan mata tim asuhan Hierro. Skor akhir Spanyol melawan Portugal 3-3.

Hierro berharap kombinasi ilmu kepelatihan yang dipelajari dan pengalaman panjangnya sebagai pemain membuat kehadirannya semakin diterima di kalangan pemain Spanyol kini yang bertabur bintang.

Hierro dihormati di dua kubu besar, yaitu Real Madrid dan Barcelona, serta pemain tim Matador ini dari klub lainnya.

“Saya pelatih baru. Saya pelatih tim nasional. Anda harus terbiasa dengan itu,” ketika ditanya tentang masuknya Lucas Vazquez dan posisi Isco saat mereka menang di Kazan.

Hierro memuji penyerangnya asal Brasil, Diego Costa. Pemain Atletico Madrid itu mencetak gol ketiganya dalam tuarnamen ini.

“Diego benar-benar berkomitmen. Ia telah mencetak tiga gol dalam dua pertandingan, tapi ia bisa melakukan lebih baik. Ia bekerja keras.  Ia bertarung di depan dan di belakang,” kata Hierro kepada wartawan setelah pertandingan.

Etos kerja Costa itu mengingatkan pada hal yang sama dilakukan Hierro ketika menjadi pemain jangkar Spanyol selama 89 kali penampilan. Tapi, dedikasi Hierro itu belum membuahkan trofi Piala Dunia.

Pada era Hierro di lapangan, Spanyol berkali-kali tersingkir sebelum babak final. Itu sebabnya sempat ada julukan bahwa mereka adalah tim spesialis papan tengah dalam putaran final Piala Dunia. Bahkan, juga sempat ada mitos bahwa itulah kutukan buat tim Matador ini di turnamen besar.

Mitos itu runtuh setelah era Hierro berlalu. Andres Iniesta, Xavi Hernandez, dan kawan-kawan membawa Spanyol memenangi Piala Dunia 2010, setelah memenangi Euro 2008 dan kemudian 2012.

Kini Hierro kembali ke pusat pusaran Spanyol bersama Diego Costa yang sudah merasakan kegagalan Spanyol empat tahun lalu di Brasil.

Hierro punya peluang merasakan trofi Piala Dunia bersama Costa. Tapi, jalan untuk itu tidak, mudah. Masih ada Maroko dan Iran yang bisa menjegal langkah mereka untuk lolos ke 16 besar Piala Dunia 2018. (ak/tempo)

Baca Juga

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker