Jangan Pesimis sebelum Sampai Garis Finish

Abadikini.com – Catatan Samuel Mink –  Dramatis dan menegangkan! Barangkali itulah kesan atmosfer laga Timnas Indonesia kontra Singapura di leg kedua semifinal Piala AFF Suzuki 2020 yang digelar di Stadion Nasional, Singapura, Sabtu (25/12/2021) malam lalu.

Meski laga akhirnya dimenangkan Tim Garuda Indonesia dengan skor 4-2 lewat drama babak tambahan waktu, namun kemenangan itu sarat drama yang membuat jantung penonton Indonesia berdebar.

Laga mendebarkan itu dimulai ketika di menit 74 gol dari tendangan bebas Shahdan Sulaeman, meluncur manis di pojok kanan gawang Indonesia. Skor pun berubah 2-1 dengan kemenangan sementara Singapura. Sejak saat itu raut wajah pelatih Tim Garuda Shin Tae-Yong mulai tak berseri. Ia tak habis pikir, tim asuhannya yang bermain komplit 11 orang, malah harus kejebolan oleh manuver pemain depan tim lawan yang berbuah hadiah tendangan bebas.

Ya, kala itu Singapura memang dalam kondisi tertekan setelah drama kartu merah bertubi-tubi datang, memaksa pemainnya keluar lapangan. Singapura harus bermain dengan 10 pemain sejak akhir babak pertama setelah Safuwan Baharudin menerima kartu merah usai menyiku Rizky Ridho.

Kendati kalah jumlah pemain Singapura masih mampu mengimbangi permainan Timnas Garuda pada babak kedua. Memanfaatkan celah, Shin Thae Yong pun melakukan rotasi pemain dengan tiga pergantian pemain sekaligus pada menit ke-65, yaitu Egy Maulana Vikri, Irfan Jaya serta Elkan Baggot.

Saat Indonesia datang dengan tenaga baru, Singapura kembali harus bermain dengan sembilan pemain usai Irfan Fandi menerima kartu merah pada menit ke-67 setelah menjatuhkan Irfan Jaya.

Kembang Kempis Harapan
Ironisnya, Indonesia seperti kesulitan mencuri gol. Bukannya unggul, di menit ke-74 justru kecolongan poin setelah tendangan bebas Shahdan berbuah gol.

Di menit kritis itu, dalam sekejap keriuhan penonton setia Garuda di depan layar kaca terhenyak. Keputusasaan membuncah. Ada yang segera pergi dari depan layar kaca, meninggalkan laga dengan rasa pesimisme, ada yang setia bertahan sambil meraba harapan.

Kopi sudah dingin, cemilan tak lagi enak dikunyah. Kripik, krupuk, martabak manis dan makanan sejenis teman setia menonton tak lagi sempat digubris. Semua harap seperti runtuh, bayangan kemenangan seakan sirna.

Tapi belum genap 15 menit, ketika sebagian harapan punah, tepat di menit ke 87, atau tiga menit sebelum waktu normal usai, lewat kemelut lesakan tendangan Egi Maulana yang berhasil dimuntahkan penjaga gawang Singapura, berhasil disambar kaki Arhan Pranata. Bola pun melesak ke pojok kanan gawang Singapura, sekor akhirnya berubah 2-2. Dan pekik harapan pun akhirnya kembali hidup. Raut wajah Shin Thae Yong yang semula redup kembali ceria.

Mereka yang terlanjur bergegas pergi memang sudah pupus harapan, tapi bagi mereka yang masih setia duduk menyaksikan, mulai bisa menikmati nikmatnya seruput kopi sambil menjamah cemilan. Suara-suara tawa dan luapan gembira mulai kembali bergema. Di stadion National Stadium Singapura suporter Tim berjuluk The Lions terdiam sejenak. Sementara euforia mulai ramai dari tribun penonton suporter Garuda.

Ketika harapan mengejar kemenangan mulai bergema, tiba-tiba penonton kembali terhenyak diam, ketika Singapura mendapatkan hadiah penalti pada menit ke-88. Di luar dugaan The Lions mendapatkan hadiah penalti di injury time setelah Pratama Arhan dianggap melanggar Ikhsan Fandi.

Kembang kempis harapan kembali datang. Helaan nafas terasa begitu sesak. Wajah seketika muram durja, tangan kita tak henti meremas rambut dan wajah yang berkalang cemas. Indonesia kala itu benar-benar berada di ujung tanduk.

Harapan saat itu hanya bertumpu pada sang penjaga gawang. Di injury time itu detak jantung kita hanya terpaku pada harap, entah Nadeo Argawinata bisa atau tidak menghalau tendangan finalti. Sebagian malah sudah pupus harapan, menyerah tak tega manatap layar kaca. Sungguh situasi penuh dramatis.

Di luar dugaan, kemenangan yang sudah di depan mata publik negeri Singa, tiba-tiba berubah seyap berganti gema euforia di tribun penonton Indonesia, setelah sang penjaga gawang berhasil menghalau laju tendangan finalti yang dieksekusi Faris Ramli di menit 90. Nadeo tampil bak pahlawan yang membangkitkan keputus-asa-an pendukung di ujung laga.

Selaksa harapan tiba. Babak kedua berakhir dengan skor imbang, 2-2, para pemain rehat sementara, sambil mendengar petuah sang pelatih.

Meski harapan menang belum sepenuhnya di depan mata. Tapi keyakinan itu kuat bergema. Benar saja di menit awal babak tambahan Egy Maulana kembali menggebrak, sepakan bolanya ke pojok kanan gawang kiper Singapura membuat pemain belakang Singapura limbung, hingga bola tak terbendung melesak ke sarang gawang. Skor 3-2 pun menjadi pemutar harapan.

Setelah itu sisa kopi hitam makin terasa nikmat, teh hangat kembali tersaji. Dan tentu serangan demi serangan datang bertubi, hingga akhirnya pundi gol bertambah menjadi penutup skor 4-2.

Indonesia memang wajib menang, apalagi di mata penonton yang menghitung jumlah pemain. Jika tidak, barang pasti umpatan kalimat bermunculan di jagat maya, bahkan bisa diledek sebagai tim dengan kutukan serba payah, atau dilabeli stigma tim tak bisa menang laga. Apalagi stigma saling merendahkan bangsa sendiri sejak lama telah bercokol di alam bawah sadar, maklum masih ada sisa-sisa mental kolonial.

Di final piala AFF 2020 ini, Indonesia diprediksi akan bertemu Thailand, meski tentu saja Tim Vietnam tak bisa dipandang kacangan. Sebelum laga dihelat, hasilnya belum bisa dipastikan. Tapi siapapun lawan Tim garuda, tak ada kata pesimis sebelum laga finish.

Skuad Garuda tak perlu resah dengan semua vonis sinis. Percayalah dengan kemampuan dan dukungan yang masih menggema. Berusahalah dengan sekuat tenaga. Soal hasil di final nanti pasrahkan semua pada hasil. Tak perlu jumawa oleh sanjungan yang menggema, tak perlu merasa rendah oleh umpatan apalagi dari mereka yang sejak awal memandang sebelah mata. Berusahalah sampai ke titik finish, sebab sejatinya kita tak perlu pesimis sebelum sampai ke garis finish.

Wallahu’a’lam bishawab

Oleh: Samuel Mink

Baca Juga

Berita Terkait
Close
Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker