Kian Menguat, Rupiah Masuk Level Rp13 Ribu-an per Dolar AS

Abadikini.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah pada perdagangan Selasa (26/2) sore diperdagangkan di level  Rp13.992 per dolar AS. Posisi rupiah ini menguat 0,19 persen dibandingkan penutupan pada Senin (25/2) yang di level Rp14.018 per dolar AS.

Sementara itu, kurs referensi Bank Indonesia Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) menempatkan rupiah di posisi Rp13.990 per dolar AS atau menguat dibanding posisi Jumat yakni Rp14.007 per dolar AS. Adapun, hari ini rupiah diperdagangkan di kisaran Rp13.976 hingga Rp14.005 per dolar AS.

Sore hari ini, sebagian mata uang utama Asia menguat terhadap dolar AS. Won Korea Selatan tercatat menguat 0,21 persen, kemudian yen Jepang menguat 0,19 persen. Selanjutnya, dolar Singapura juga ikut menguat sebesar 0,01 persen.

Di sisi lain, mayoritas mata uang utama Asia menunjukkan pelemahan. Dolar Hong Kong, contohnya, melemah 0,01 persen. Sementara itu peso Filipina, rupee India, dan ringgit Malaysia mencatat pelemahan masing-masing 0,05 persen, 0,09 persen, dan 0,1 persen.

Terakhir, posisi buncit di Asia diduduki oleh baht Thailand dan yuan China dengan pelemahan 0,1 persen dan 0,11 persen.

Sementara itu, mata uang negara-negara maju bergerak bervariasi. Poundsterling Inggris menguat 0,39 persen. Namun, euro dan dolar Australia sama-sama melemah 0,01 persen dan 0,34 persen.

Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibahim mengatakan rupiah hari ini dipengaruhi oleh tiga faktor eksternal. “Pertama, pelaku pasar merasa lega setelah AS sepakat menunda kenaikan tarif barang-barang China yang sedianya dimulai 1 Maret mendatang,” katanya Selasa (26/2).

Sentimen tersebut cukup memberikan angin segar pada rupiah. Kedua, pernyataan Presiden AS Donald Trump bahwa ia dan Presiden China Xi Jinping akan mengadakan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) penandatanganan perdamaian perang dagang.

Ketiga, aksi tunggu investor terhadap pandangan terbaru bank sentral AS The Fed tentang ekonomi dan kebijakan moneter juga sedikit memberi angin segar pada rupiah. Powell dan pembuat kebijakan The Fed lainnya memberi indikasi mereka mendukung kesabaran sebelum menaikkan suku bunga acuan lagi karena ada tanda perlambatan pertumbuhan ekonomi.

“Kemudian, Perdana Menteri Inggris Theresa May sedang mempertimbangkan menunda batas waktu keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Brexit). May diperkirakan akan mengizinkan kabinetnya untuk membahas perpanjangan batas waktu melampaui 29 Maret pada pertemuan hari Selasa,” jelasnya.

Editor
Selly

Baca Juga

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker