Rekomendasi Ulama Calonkan UAS-SSA Sebagai Cawapres Prabowo Keliru dan Keluar dari Logika

UAS dan Salim Segaf Al Jufri adalah dua ulama islam, jadi mari kita letakkan mereka berdua sesuai porsi dan posisi nya.

UAS sudah menolak di cawapreskan, dan ini adalah baik, semoga Salim Segaf juga melakukan hal yang sama dengan UAS, biar mereka berdua fokus di ke ummatan.

Secara politik memang UAS belum terbukti dalam kerja kerja politik nya, sedangkan Salim Segaf sudah terbukti “gagal” dalam kerja kerja politik nya.

Indikator utama gagalnya SSA adalah saat ini PKS posisinya masih dibwah 4% dan konflik internal PKS juga tidak mampu diselesaikan, padahal dengan posisi beliau yang sangat sentral yang bahkan bisa dibilang beliau punya hak “veto” di PKS akan bisa selesai jika mau mengembalikan PKS dalam sebuah shaf kesolidan kembali.

UAS pun sudah pernah terbukti salah dalam ijtihad politik nya saat pernah ingin mengajukan TGB sebagai capres, UAS bahkan tidak paham bahwa dalam DNA politik TGB ada kromosom Jokowi disana, mungkin ini karena keterbatasan UAS dalam analisa politiknya terutama tentang mazhab kiri dan kanan dalam politik.

Rekomendasi ulama untuk mencalonkan UAS dan SSA sebagai cawapres prabowo Jelas keliru dan keluar dari logika pertarungan pilpres di negara ketiga tipikal indonesia yang belum berdaulat dalam banyak aspek, dan memang masih butuh tokoh kuat dengan jangkaun pemilih yang lebih luas agar mampu mengalahkan petahana yang jelas haluan politik dan ceruk nya yang sangat besar.

Rekomendasi ulama tentang hal ini patut untuk ditolak, karena jika hal ini dipakasakan, maka akan menimbulkan kerugian bagi umat islam secara menyeluruh, saya haqqul yakin rekomendasi ulama ini akan ditolak oleh Prabowo.

Rekomendasi ulama ini patut ditolak bukan karena UAS dan SSA kurang sholeh, atau kurang baik, tapi kita sedang butuh orang yang tepat ditempat dan disaat yang tepat dan dengan misi yang tepat (the right man on the right place in the right time and right mission).

Rekomendasi ulama ini patut disayangkan karena dengan nama yang muncul ini maka musuh umat jadi tau kualitas analisa politik umat, mereka jadi tau, bahwa dalam politik, kita masih emosional dan modal semangat tanpa mampu melakukan analisa mendalam dengan data yang lebih akurat bahwa Prabowo-Salim atau Prabowo-UAS bukanlah pasangan yang selevel dengan lawan politik umat yaitu blok Jokowi.

Di indonesia, cara pandang politik masyarakat masih sederhana, ulama untuk urus agama dan mayoritas masih berpikir bahwa ahli agama gak akan mampu mengurus negara, juga masih ada pandangan umum bahwa agama dan politik jangan digabung.

Jadi timing nya belum tepat saat ini untuk UAS dan SSA, inilah yang dimaksud dengan kalimat “likulli marhalatin rijaluha wa qodhoyaha”. Kita masih butuh proses panjang agar indonesia suatu saat bisa dipimpin oleh megarawan muslim, mungkin bukan sekarang, ini soal timing.

Logika diatas juga didukung dengan data bahwa walaupun mayoritas rakyat indonesia adalah muslim, tapi hanya minoritas muslim di indonesia yang memilih partai islam tempat dimana banyak ulama didalamnya, PKS saat ini(3,7%) PAN ( 2,8%) PKB (5,9%) PBB (1,5%) dan PPP (2,2%). Kalau mengacu ke PT 4% saja, maka logika mencalonkan UAS dan SSA akan tertolak otomatis dengan sendirinya.

Negara dengan tipikal indonesia saat ini belum bisa berdiri sendiri dengan logika kemandirian umat islam nasional untuk menghadapi momentum politik besar sekelas pilpres, umat masih butuh semua kekuatan dan bekerjasama dengan semua pihak bahkan dengan kalangan politik yang haluam nya kanan jauh dan kiri tengah model Gerindra dan Demokrat untuk melawan Jokowi yang haluan politiknya jelas jelas kiri.

Untuk menghadapi pilpres, umat juga dituntut punya tokoh yang kuat yang levelnya mendekati level jokowi dan level cerug pemilih yang sangat luas sesuai dengan identitas mayoritas id-politik rakyat seluruh indonesia, dan kriteria tokoh itu ada pada Anies Baswedan, AHY dan jika kita mau ada keterwakilan “ulama” politik haluan kanan tengah, maka ada Anis Matta dan Muhaimin disana.

Di Indonesia, ceruk pemilih kanan dimana UAS dan SSA ada disana angkanya sangat kecil, ceruk pemilih kiri angkanya juga kecil, yang besar adalah ceruk pemilih tengah, baik itu kanan tengah maupun kiri tengah, fakta ini agar dipahami dengan baik oleh umat.

Tanpa kedaulatan politik, ekonomi, jaringan dalam dan luar negeri yang kuat, maka umat islam masih harus berkompromi dengan pihak lain dan belum bisa pede dengan dirinya sendiri, faktanya politik di indonesia saat ini sangat liberal dan sangat sekuler.

Kadaulatan inilah yang sedang diperjuangkan oleh Prabowo dkk, dengan salah satu “underlined political mission” nya adalah Rebut Kembali Kedaulatan rakyat.

Bantu prabowo dengan misi nya tersebut, kasih cawapres yang lebih tepat, lalu berjuanglah lebih keras buat ganti presiden, secara pribadi, saya mendukung Prabowo dan Demokrat untuk menolak nama UAS dan SSA demi kebaikan strategi politik umat.

Semangat boleh, realistis wajib, semangat boleh, rasional wajib, semangat boleh, Irrasional jangan, semangat boleh, polos dan lugu jangan.

Kalau bahasa agama nya sangat jelas. Kalau suatu urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah kehancurannya.

Oleh Tengku Zulkifli Usman.
Analis Politik

Baca Juga

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker