Siapa Sangka, Quran Tertua di Asia Tenggara Tersimpan di Salah Satu Pulau di NTT

Kerukukan umat beragama di Indonesia, telah menjadi bagian tak terpisahkan dari sejarah panjang negeri ini, bahkan telah menjadi DNA yang turut serta menenun kehidupan sosial budaya masyarakat Indonesia sejak dulu kala.

Datanglah ke Alor. Inilah satu dari sekitar 560-an pulau-pulau yang membentuk propinsi Nusa Tenggara Timur, yang menjadi pulau terbesar dari gugusan Kepulauan Alor yang membentang di sebelah utara pulau Timor. Batas alam Alor di sebelah utara adalah dengan Laut Flores, sebelah selatan dengan Selat Ombay, sebelah timur dengan Selat Wetar dan perairan Republik Demokratik Timor Leste dan sebelah barat dengan Selat Alor (Kabupaten Lembata).

Pulau Alor menjadi salah satu wajah nyata kerukunan umat beragama di Indonesia. Pulau yang luasnya tak lebih dari luas Kota Palangkaraya ini dihuni oleh mayoritas pemeluk agama Protestan dan Katolik. Meski begitu, terdapat kampus STKIP Muhammadiyah di Kalabahi, ibukota Kabupaten Alor yang menjadi salah satu dari sedikit perguruan tinggi di Kabupaten Alor. Kampus ini tentu saja menjadi tempat belajar bagi mahasiswa lintas agama, dan sebagian besar adalah mahasiswa non-muslim.

Al-Quran Tertua di Asia Tenggara via Akhyari Hananto

Bukan itu saja. Di Pulau Alor, juga terdapat manuskrip Al-Quran tertua di Asia Tenggara (beberapa bahkan menyebutkan sebagai yang tertua di Asia) yang diperkirakan berusia hampir 1000 tahun.  Terbuat dari bahan kulit kayu tipis dan tinta serta pewarna alami, Al-Quran ini masih 98% utuh kelengkapan ayat dan suratnya. Tahun 1982, sempat terjadi kebakaran di perkampungan Muslim ini termasuk rumah tempat disimpannya Al-Quran tua tersebut. Untungnya Al-Quran itu selamat dan tidak rusak padahal disimpan dalam kotak kayu yang mudah terbakar.

Nurdin Gogo, keturunan ke-14 dan Al Quran Tertua di Indonesia/via Akhyari Hananto

Menurut sejarah, Al-Quran kuno ini dibawa ke Pulau Alor pada 1523 M oleh Iang Gogo dari Kesultanan Ternate (pada masa Sultan Baabullah) yang terletak 1000-an km di utara, yang merantau bersama keempat saudaranya dengan misi penyebaran Agama Islam hingga ke Alor.  Pada saat dibawa ke Alor, Al-Quran tersebut dikatakan sudah berumur tua. Kini Quran tersebut disimpan di Desa LeraBaing, Alor, di sebuah rumah milik keturunan ke-14 dari Iang Gogo, yakni Nurdin Gogo, yang terletak di sebelah masjid yang dibangun pertama kali di pulau Alor, yakni Masjid Baabussholah yang tak jauh dari pesisir pantai. Masjid ini dibangun sekitar tahun 1633 Masehi dan telah beberapa kali mengalami renovasi, sehingga tak terlihat lagi sebagai masjid tua yang bersejarah.

Masjid tertua di Alor via Rengge Detiktravel

Quran tertua dan masjid Baabusholah adalah saksi sejarah masuknya agama Islam di Pulau Alor melalui perdagangan, dan pengaruhnya menyebabkan mayoritas penduduk di pesisir pulau tersebut beragama Islam. Sementara agama Protestan dan Katolik mulai masuk ke pulau ini pada awal 1900-an dan penyebarannya lebih banyak di kawasan pedalaman. Olehnya itu populasi penduduk yang beragama Kristen lebih banyak di daerah pedalaman, meskipun antara penduduk pesisir dan pedalaman masih terikat oleh hubungan darah dan adat. Namun sekali lagi, tak pernah ada gesekan antar umat beragama di sini, dan inilah keindahan sesungguhnya.

Sumber: goodnewsfromindonesia

Baca Juga

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker