NASA Potret Awan Badai di Atas Sumatera dari ISS

Abadikini.com, JAKARTA – Astronaut NASA memotret pemandangan awan di atas Sumatera dari Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS).

Foto atau gambar tersebut diambil oleh seorang astronaut kru ekspedisi 65 pada Minggu (18/7) menggunakan kamera digital Nikon D5 dengan panjang lensa fokus 35 milimeter. Pada saat pengambilan foto tersebut, terlihat angin bertiup dari Timur Laut.

Earth Observatory NASA menginformasikan bahwa bidikan astronaut tersebut juga menampilkan gambar Pulau Bangka dan Belitung yang lebih kecil berdekatan dengan Laut Jawa dan Pantai Barat Kalimantan.

Hasil foto menunjukkan adanya awan panjang dan cerah yang dihasilkan oleh badai petir yang membuat bayangan gelap di dataran dan laut di bawahnya.

Foto juga menunjukkan zona paling terang dari paparan sinar Matahari di atas lautan menyorot selat antara Sumatera dan pulau-pulau lain, termasuk Singapura yang terlihat tersembunyi di bawah badai petir.

Setelah melintasi Laut Jawa, udara lembab akan naik karena dipanaskan. Pemanasan ini yang kemungkinan besar akan menyebabkan munculnya badai petir di setiap pulau yang terkena awan panas tersebut.

Puncak dari beberapa badai yang terpotong oleh angin akan membentuk awan dengan permukaan atas yang rata yang disebut awan landasan.

Dari foto tersebut diketahui bahwa awan landasan dimulai di atas Pulau Bangka membentang sekitar 200 kilometer melintasi Sumatera ke Samudera Hindia.

Awan landasan lain bergerak menuju Pegunungan Barisan dan awan kumulus kecil juga terbentuk di atas garis Kepulauan Mentawai.

Zona bebas awan muncul di atas Laut Jawa dan Samudra Hindia. Kedua zona terletak melawan arah angin daratan Kalimantan dan Sumatera dengan udara yang tampaknya turun ke permukaan laut yang biasanya menekan pembentukan awan.

NASA menjelaskan awan cumulonimbus atau tumpukan awan hujan terbentuk karena konveksi yang kuar dari panas, lembab, dan udara yang tidak stabil.
Jika ada kelembaban atmosfer yang cukup, tetesan air akan mengembun saat massa udara bertemu dengan udara yang lebih dingin di ketinggian yang lebih tinggi.

Massa udara itu juga mengembang dan mendingin saat naik karena penurunan tekanan atmosfer, sebuah proses yang dikenal sebagai pendinginan adiabatik.

Jenis konveksi ini umum di garis lintang tropis sepanjang tahun dan selama musim panas di garis lintang yang lebih tinggi.

Lewat foto tersebut, astronaut kru ekspedisi 65 telah memberikan contoh yang sangat baik bagaimana karakteristik terkait awan cumulonimbus

Baca Juga

Berita Terkait
Close
Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker