Mahasiswa Solok Membanggakan disaat KNPI dan Karang Taruna Tidak Ada

TANGGAL 18 Agustus 2021 lalu, anggota DPRD Kabupaten Solok ricuh di gedung rakyat, Arosuka. Konon, kericuhan itu menyebabkan asbak terlempar kesana kemari, pecah, hampir mengenai kepala anggota DPRD yang lain. Selain itu, mikrofon nampak di banting, terdengar pula bunyi gelas pecah yang entah karena apa. Seperti anak TK yang sedang bergelut di taman kanak-kanak, ada pula oknum yang menaiki meja sembari membuang air mineral kearah kerumunan orang yang tengah ricuh itu, pemandangannya seru sekali.

Adegan demi adegan kericuhan itu Dimata publik seolah mempertontonkan kwalitas anggota legislatif di Kabupaten Solok yang tidak ubahnya dengan anak-anak, sebab di depan kerumunan itu ada pejabat daerah seperti Bupati, Wakil Bupati, Ketua dan Wakil Ketua DPRD Kabupaten Solok.

Kuat dugaan, insiden tersebut dipicu karena ada mosi tak percaya dari sejumlah anggota dewan terhadap Dodi Hendra, kebanyakan anggota legislatif juga enggan dipimpin oleh Dodi Hendra dalam sidang paripurna pengesahan Ranperda RPJMD Kabupaten Solok menjadi Perda. Mereka meminta agar pimpinan sidang diberikan Wakil Ketua DPRD, Ivoni Munir atau Lucki Effendi.

Beberapa hari berselang, datanglah Mahasiswa ke gedung rakyat itu, mereka menyampaikan suara rakyat. Mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Solok itu menuntut 6 poin penting untuk perubahan. Keprihatinan mahasiswa terhadap daerah sehingga sampai menemui wakilnya di Arosuka dapat dianggap sebagai bentuk kecintaan mereka terhadap wakil rakyat yang belakangan terdengar gaduh terus menerus. Mereka peduli, mereka menyayangi wakilnya.

Ini luar biasa, mahasiswa Solok menggembirakan, mereka tidak hanya duduk di meja perkuliahan tapi mengamati dan menilai jalannya roda pemerintahan, mereka agen perubahan yang mulai bergerak ke arah kepedulian.

Sementara itu, organisasi pemuda sekelas Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) tidak terdengar suaranya, sikap KNPI Kabupaten Solok yang diam begitu saja seolah menenggelamkan harapan pemuda dan rakyat yang ditumpangkan kepundak mereka. Begitu juga dengan Organisasi Pemuda yang lain seperti Karang Taruna, secara organisasi mereka tidak bersuara padahal segenap pengurus kedua organisasi itu masih ada. Anggotanya se Kabupaten Solok, tapi suaranya mungkin tertelan sunyinya bukit barisan, tak terdengar. Publik kemudian bertanya, masih adakah pemuda kita.

Mahasiswa Solok kemudian memberi jawaban spontan “kami masih ada”, subhanallah. Ditengah pertanyaan itu, tiba-tiba sekelompok mahasiswa memberi jawaban, harapan yang nyaris sirna itu nampak bergelora. Hidup Mahasiswa! Begitu rakyat berteriak didepan layar monitor saat menonton aksi mahasiswa yang oleh beberapa sahabat disiarkan secara live melalui akun sosial mereka.

Kedatangan Mahasiswa ke DPRD Kabupaten Solok beberapa hari lalu itu membuktikan pemuda kita yang kini tengah menimba ilmu di perguruan tinggi masih ada. Mereka tidak diam seperti KNPI dan Karang Taruna itu. Kabar kedatangan mahasiswa ke gedung rakyat membawa aspirasi mereka menunjukkan eksistensi mahasiswa lebih dominan di banding KNPI dan Karang Taruna kita. Karena itu, kepedulian kita kepada mahasiswa penting untuk ditingkatkan, berbeda dengan KNPI Kabupaten Solok maupun Karang Taruna yang cenderung diam-diam saja. Penulis khawatir, jajaran pengurus inti di tubuh organisasi itu akan mendapat mosi tak percaya dari anggotanya, serupa mosi tak percaya yang diberikan kepada Dodi Hendra oleh anggota DPRD Kabupaten Solok itu.

DPRD yang didatangi rombongan mahasiswa itu juga perlu di apresiasi. Sebab, kedatangan mahasiswa untuk audiensi disambut hangat oleh parlemen. Meskipun sebelum memasuki gedung rakyat ditemukan spanduk berisi kritikan yang dibawa mahasiswa, kedatangan adik-adik mahasiswa itu justru tidak disambut dengan kemarahan, sakit hati ataupun dengan kawat berduri dan gas air mata seperti yang terjadi didalam sejumlah aksi mahasiswa yang ada di daerah lain. Mereka disambut dengan gembira pula, atensi mahasiswa mendapat ruang yang lebar dari legislatif di Kabupaten Solok. Bahkan, Nota Kesepakatan ditandatangani oleh pimpinan dewan dan Ketua Aliansi Mahasiswa Solok yang di ikuti oleh hampir semua fraksi di parlemen. Tentu, kami berharap aksi mahasiswa ini benar-benar murni pergerakan rakyat yang peduli pada daerah.

Semoga, tidak ada pihak lain yang menjadi pahlawan kesiangan, mengatakan dirinya yang hadir kedalam aksi mahasiswa itu. Apalagi, mereka yang mengatasnamakan KNPI maupun Karang Taruna Kabupaten Solok. Sebab, sejak awal, suara keduanya nyaris tidak terdengar. Bahkan saat mahasiswa hadir ke parlemen, sikap organisasi kedua itu tidak tampak. Terakhir, mahasiswa Solok perlu dipedulikan dengan lebih serius.

Oleh Risko Mardianto
Penulis adalah Wartawan Abadikini di Solok

Baca Juga

Berita Terkait
Close
Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker