Pondok Karakter, Platform LDII yang Jadi Solusi Membangun Karakter Berkemajuan

Abadikini.com, SURABAYA – Saat pendidikan kian mengedepankan komersialisasi dan mementingkan kecerdasan intelektual, LDII juga memandang pentingnya pembangunan karakter.

LDII meyakini bahwa, tanpa karakter yang baik maka pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki seseorang, berpotensi memiliki daya rusak yang besar terhadap suatu peradaban. Karakter yang baiklah yang akan menjadi navigasi bagi pengetahuan dan keterampilan menuju kemajuan peradaban.

Menurut Ketua Umum DPP LDII, Chriswanto Santoso menyampaikan, untuk menyiapkan SDM adalah sesuatu yang harus, tidak mungkin tidak, karena salah satu diantara modal dasar yang sangat kuat harus di miliki oleh indonesia

“Untuk menuju Indonesia Maju, ya SDM harus kuat,” terangnya usai Konferensi Pers DPP LDII dengan tema ‘Pendidikan Karakter untuk Indonesia Maju’ dalam rangka peluncuran pondokkarakter.com di Kantor DPW LDII Provinsi Jawa Timur, Surabaya. Kamis, (19/11/2020).

Dalam nilai SDM ini, menurutnya, pertama terkait dengan karakter dalam rangka menyongsong bonus demografi tahun 2050, maka LDII mencoba untuk berkontribusi pada pembangunan karakter.

“Selama ini pembangunan karakter lebih banyak ditekankan kepada obyek anak didik, lah kita mencoba mencari sisi lain yang selama ini menjadi kelemahan justru pada subyek yaitu pada stakeholder yang mendidik anak-anak,” imbuh Chriswanto.

Maka dari itu, dibutuhkan membuat platform pondok karakter yang intinya adalah memberikan pemahaman pemahaman bagaimana cara stakeholder dalam membuat atau menciptakan anak didik yang memiiki karakter yang kuat yaitu enam kategori.

Sementara, Ketua Tim pondokkarakter.com Basseng Muin mengatakan, untuk mendukung pembangunan karakter yang dicanangkan pemerintah, LDII menciptakan platform e-learning, pondokkarakter.com.

“Pondok Karakter berfokus terhadap pembangunan karakter profesional religius. Karakter tersebut merupakan program DPP LDII sejak Munas VII pada 2011. Aplikasi tersebut akan dilansir pada 24 November 2020,” ungkapnya.

Pondok Karakter bakal menjadi e-learning_ perdana yang fokus pada pembentukan karakter. Menurut Basseng, LDII menaungi 236 satuan pendidikan, baik pada tingkat pendidikan dasar hingga perguruan tinggi. Di sekolah-sekolah itu selain mendapatkan pendidikan formal, para peserta didik memperoleh pendidikan karakter.

“Sejak Munas LDII pada 2011 itu, LDII menggelar beragam workshop, diskusi kelompok terpumpun (FGD) dan beragam seminar. Bahkan pakar pendidikan LDII dikirim ke satuan-satuan pendidikan untuk memberikan pelatihan kepada ketua yayasan, kepala sekolah, guru, hingga pamong.

“Namun sejak Rakernas LDII 2018, kami mulai memikirkan internet dan teknologi informasi sebagai media membangun karakter,” tutur Basseng.

Menurut Basseng, profesional religius adalah individu yang memiliki sifat alim-faqih, ber-akhlakul karimah, dan mandiri atau yang dikenal sebagai Tri Sukses.

“SDM religius adalah generasi yang memiliki keterampilan sekaligus memiliki pemahaman agama yang kuat, yang kami harapkan menjadi generasi unggul pada masa depan,” tambahnya.

Basseng yang juga koordinator Education Clearinghouse (ECH) mengatakan, momentum untuk membuat aplikasi Pondok Karakter, dimulai pada 2018.

Saat itu LDII mendorong literasi digital atau internet sebagai program kerja dalam Rakernas LDII. Penggunaan internet, menurut Basseng, memungkinkan materi ajar bisa diakses secara luas dan dalam waktu singkat.

“Hal ini memungkinkan percepatan dalam proses pembangunan karakter pada satuan-satuan pendidikan,” ucapnya.

ECH menyusun materi-materi dalam pondokkarakter.com secara berkesinambungan, “Saat seorang peserta didik memasuki usia sekolah dasar, para pendidik membutuhkan materi-materi sesuai usia anak.

Ketika anak memasuki pendidikan lanjutan, tentu materi untuk sekolah dasar tak relevan. Maka, disediakan pula materi untuk remaja dan seterusnya,” lanjut Basseng.

Beragam materi dalam bentuk modul, paper, hingga video dapat diakses dalam Pondok Karakter. Seluruhnya disusun oleh anggota ECH sesuai dengan bidang mereka masing-masing.

Terdapat pula materi untuk para orangtua, karena merekalah yang membentuk karakter anak sejak dalam kandungan,” papar dia.

Menurut Basseng, bila orangtua, penyelenggara pendidikan, kepala sekolah, guru, dan pamong memiliki referensi yang sama, maka pendidikan karakter bisa berhasil.

“Bila semua orang memiliki materi pendidikan karakter dan menerapkannya, maka sang anak makin banyak terekspos dengan nilai-nilai moral,” tutup Basseng Muin.

Pada kesempatan yang sama, Pakar Pendidikan Karakter, Siti Nurannisa mengatakan, pendidikan karakter bukanlah seperti materi ajar biasa.

“Pendidikan karakter tidak bisa diajarkan hanya dalam konsep, teori, prosedur, ataupun fakta seperti dalam mata pelajaran. Namun, harus dipelajari, digunakan, dipraktekkan, dicontohkan, diperlihatkan, dalam tindakan dan perilaku yang bisa dirasakan oleh seluruh stakeholders pendidikan,” tegasnya.

Menurut Nisa, sapaan akrabnya, penyelenggaraan pendidikan karakter perlu dilakukan secara sistematis dan terintegrasi. Tidak hanya difokuskan pada aspek kognitif yang bersifat teknis, tetapi mampu mentransformasi pendidikan karakter melalui kegiatan mempelajari, mengamalkan, mempraktekkan dalam lingkungan, sehingga menjadi ciri khas dalam berperilaku.

Ia berpendapat, dalam era digital ini, teknologi informasi diharapkan mampu menjadi salah satu bentuk percepatan pendidikan karakter. Menurutnya, pendidikan karakter seperti menanam tanaman, ada proses dan tahapan yang harus dilakukan secara terus menerus, sampai akhirnya buah dan bunganya muncul.

“Targetnya bukan hanya pada hasil akhir perubahan watak atau perilaku, karena sejatinya manusia adalah mahluk yang bertumbuh, maka pendidikan karakter targetnya ada pada sejauh mana konsistensi proses penanaman dan pembiasaan karakter dilakukan di seluruh kehidupan,” terang Siti Nurannisa.

Baca Juga

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker