Sistem PPDB 2020 Dapat Merusak Mental Anak Bangsa

RAMAI di timeline FB tentang curhatan para orang tua yang khususnya ibu-ibu yang merasa ketidakadilan dalam sistem penerimaan peserta didik baru (PPDB) yang berlaku sekarang.

Peryataan yang keluar paling banyak adalah untuk masuk dekolah lanjutan seperti SLTP (SMP) dan SLTA SMA negri “tidak penting prestasi tetapi usia”. “bodoh tak apa yang penting tua”

Dengan situasi pandemic Covid-19 yang terjadi pada saat ini para orang tua murid menyambut gembira kebijakan di hilangkannya ujian nasional (UN) yang semula menjadi tolak ukur masuk ke sekolah lanjutan di gantikan dengan hasil pembelajaran selama 1 tahun (raport) tetapi kenyataan nya timbul kebijakan baru melalui sistem dimana sekolah-sekolah negeri menerima peserta didik dengan mengutamakan usia.

Dimana peserta murid baru yang di terima dengan mudah disekolah tujuan bukan berdasarkan prestasi tetapi usia. Orang tua Murid yang merasa telah bekerja keras selama 1 tahun membimbing anak-anak mereka untuk masuk ke sekolah tujuan favorite harapannya kandas karena dipatahkan oleh kebijakan ini.

Yang menjadi pertayaan besar…
Apa yang membuat dan mendasari kebijakan ini di keluarkan?

Apakah pola pikir kedewasaan karena usia merupakan tolak ukur kemajuan dalam bepikir dan berpreatasi?

Apakah dengan usia yang cukup atau lebih dari rata2 dapat menjadikan seseorang lebih baik dalam menyerap informasi khususnya ilmu pengetahuan?

Yang terakhir… apakah sistem pendidikan di Indonesia harus berubah setiap ada pergantian Menteri?

Tidak ada informasi sebelumnya ke masyarakat. Kebijakan ini keluar dengan sendirinya di sistem online PPDB.

Sistem penerimaan murid baru yang terjadi pada saat ini menurut saya justru dapat merusak mental anak bangsa.

Terpatahkan semua harapan dan kerja keras dari seorang anak selama satu tahun yang memimpikan untuk masuk sekolah favorite/unggulan oleh kebijakan baru yang tiba-tiba mengutamakan usia di banding prestasi.

Oleh: Meridian Ramadir
Wasekjen Partai Bulan Bintang (PBB)

Baca Juga

Berita Terkait
Close
Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker