Ilmuwan Ini Mencoba Membongkar asal Muasal Covid-19 antara Senjata Biologis atau dari Kelelawar

Abadikini.com, JAKARTA – Semenjak menyebarnya pandemi COVID-19 di hampir seluruh penjuru dunia yang disebabkan oleh virus Sars-CoV-2, berbagai teori tentang bagaimana munculnya pandemi ini pertama kali juga terus berkembang. Beberapa di antaranya adalah dugaan saintifik dengan basis data genetik yang lengkap. Namun, tidak sedikit pula berkembang teori konspirasi dengan sedikit landasan data bahkan tidak sama sekali.

Dilansir dari South China Morning Post, peneliti laboratorium telah menyusun hubungan genetik yang solid antara virus Sars-CoV-2 dengan yang ditemukan di kelewar jenis tapal kuda (horseshoe) di sebelah tenggara China. Patogen atau virus tersebut menyebar di spesies binatang terlebih dahulu baru kemudian bermutasi atau bergabung dengan virus yang lain sebelum akhirnya menginfeksi tubuh manusia, dengan menempel pada sel dan terus menyebar.

Teori lain yang diungkapkan oleh ilmuwan epidemologis dunia menyebutkan bahwa virus tersebut diciptakan dari sebuah laboratorium di Wuhan, episentrum pandemi pertama kali ada.

Teori lain dari The Washington Post menyebutkan bahwa virus tersebut berasal dari infeksi kelelawar atau kecerobohan dalam proses pembuangan material berbahaya di Pusat Kontrol Penyakit Wuhan sebagaimana kasus awal telah terjadi.

Ilmuwan dunia mengatakan bahwa ketika pengetahuan yang dimiliki terkait evolusi dari sebuah virus baru sangat terbatas, maka kemungkinan penjelasan akan kemunculannya menjadi tidak terbatas.

“Jika seseorang memiliki virus tersebut di sebuah laboratorium, maka ketika virus tersebut menghilang atau berpindah, butuh puluhan tahun untuk virus tersebut berkembang, berevolusi, dan bermutasi agar bisa menginfeksi manusia,” jelas Vincent Racaniello, seorang profesor mikrobiologi dan imunologi dari Universitas Columbia, New York, Amerika Serikat, dilansir dari SCMP (11/4/2020).

Temuan akan virus kelelawar yang disebutkan di atas dikemukakan oleh sekelompok peneliti dan ilmuwan di Institut Virologi Wuhan. Temuan itu juga menyebutkan bahwa ada 96 persen kesamaan antara virus kelelawar dengan genom atau perangkat kromosom dari Sars-CoV-2.

Selain itu, jurnal Nature Medicine juga telah melakukan penelitian tentang kemunculan virus Sars-CoV-2. Penelitian tersebut menemukan bahwa Sars-CoV-2 memiliki adaptasi yang cepat di lonjakan proteinnya yang belum pernah ditemukan di berbagai Virus Corona kelelawar di manapun. Lonjakan protein itulah yang membuat virus dapat menyusup ke sel tubuh manusia.

Dalam jurnal tersebut, para peneliti juga memberikan berbagai alasan mengapa penelitian tersebut tetap memiliki kemungkinan untuk salah.

Sementara itu, beberapa ilmuwan juga menyatakan bahwa meningkatnya perdagangan hewan liar di berbagai pasar tidak hanya meningkatkan interaksi antara manusia dan hewan, melainkan juga meningkatkan peluang bagi virus untuk berpindah dan kemudian bermutasi di antara populasi hewan itu sendiri. Hal ini juga yang menjadi penyebab menyebarnya penyakit SARS pada tahun 2003 di mana virus kelelawar menginfeksi seekor musang dan kemudian menginfeksi manusia di sebuah pasar.

“Pada akhirnya, itu (penyebaran virus) adalah permainan angka. Semakin banyak inang yang terinfeksi, maka semakin besar pula kemungkinan untuk terus melakukan perubahan dengan terus menyebar. Ide tersebut memang memiliki kemungkinan yang sangat kecil tetapi bukanlah tidak mungkin,” jelas Gavin Smith, profesor di program penyakit menular di Sekolah Medis Duke-NUS, Singapura.

Sementara itu, sebuah penelitian yang dimuat di The Lancet yang dilakukan oleh berbagai dokter di Beijing dan Wuhan menyebutkan bahwa beberapa pasien awal dari pandemi COVID-19 tidak memiliki koneksi apapun dengan pasar di Wuhan. Ini juga menyebabkan munculnya teori baru bahwa virus Sars-CoV-2 bersirkulasi di antara manusia dan terinfeski dari berbagai lokasi yang lain.

“Sebuah virus yang memiliki hubungan dengan Sars-CoV-2 bisa saja menginfeksi orang di luar kota (Wuhan); ada berbagai rantai infeksi yang terjadi sebelum akhirnya virus tersebut mencapai Wuhan. Salah satu skenarionya adalah seorang petani yang memanen kelelawar Guano untuk pupuk bisa saja telah terinfeksi,” tambah Vincent Racaniello.

Sebagian besar peneliti dan ilmuwan mengungkapkan bahwa masih terlalu dini untuk mengambil berbagai kesimpulan tentang bagaimana Virus Corona jenis baru ini muncul. Roy Hall, profesor di Virologi dari Universitas Queensland, Australia, menyebutkan bahwa pengujian retrospektif yang luas dari berbagai sampel darah yang telah dikumpulkan selama bertahun-tahun dapat memberikan petunjuk yang lebih banyak mengenai apakah virus yang sama atau terkait telah bersirkulasi atau bermutasi di manusia tanpa diketahui.

“Spekulasi tidak akan pernah membantu jika tidak memiliki semua bukti. Segalanya sangat mungkin terjadi tetapi kamu harus melihat berbagai kemungkinan,” jelas Hall.

Baca Juga

Berita Terkait
Close
Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker