Kisah Pelantikan Soekarno dan Huruf ‘T’ yang Dihilangkan

Abadikini.com, JAKARTA – Pemilihan dan pelantikan Presiden Soekarno berlangsung sangat sederhana dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. Bahkan Soekarno pun tak membayangkan kelak akan dilantik dengan cara sesederhana itu.

Sehari setelah kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) bersidang. Tidak ada debat sengit dalam sidang di Gedung bekas Road van Indie di Jalan Pejambon itu. Sederhana saja, PPKI memilih Soekarno sebagai presiden pertama dan Mohammad Hatta sebagai wakilnya.

Kisah ini diceritakan Soekarno dalam biografinya yang ditulis Cindy Adams “Bung Karno, Penyambung Lidah Rakyat Indonesia” yang diterbitkan Yayasan Bung Karno.

“Nah kita sudah bernegara sejak kemarin. Dan sebuah negara memerlukan seorang Presiden. Bagaimana kalau kita memilih Soekarno?”

Soekarno pun menjawab, “Baiklah.”

“Baiklah. Hanya itu, yang kuucapkan. Hanya sesederhana itu. Dapatkah kau bayangkan? ‘Baiklah’, itulah semua kuucapkan,” ulang Soekarno menyatakan betapa cepat dan sederhananya semua proses pemilihan presiden itu.

Istilah Presiden

Soal sebutan untuk kepala negara pun unik. President adalah kata dalam Bahasa Inggris. Maka kata yang dirasa cocok itu pun di-Indonesiakan. Caranya cukup dengan membuang huruf ‘t’ di belakangnya. Jadilah presiden.

“Karena orang-orang menganggap gelar ini cocok diberikan padaku. Kami lalu mengindonesiakannya. Huruf ‘t’-nya dihilangkan. Sejak hari itu aku dikenal sebagai presiden Soekarno.”

Perintah Pertama Presiden RI

Namanya negara yang baru seumur sehari, tidak ada mobil kepresidenan yang mengantar Soekarno. Maka Soekarno pun pulang berjalan kaki dari Pejambon ke Pegangsaan.

“Di jalanan aku bertemu dengan tukang sate yang berdagang di kaki lima. Paduka Yang Mulia Presiden Republik Indonesia memanggil pedagang yang bertelanjang kaki itu dan mengeluarkan perintah pelaksanaannya yang pertama. Sate ayam 50 tusuk!” ujar Soekarno.

Itulah perintah pertama presiden RI. “Sate ayam 50 tusuk!”

Soekarno kemudian jongkok di pinggir got dekat tempat sampah. Sambil berjongkok, Paduka Yang Mulia Presiden Republik Indonesia itu menghabiskan sate ayam 50 tusuk dengan lahap. Itulah pesta perayaan pelantikannya sebagai Presiden RI.

Firasat Ayah Mertua

Saat Soekarno pulang ke rumah, dia menyampaikan dirinya telah dipilih menjadi Presiden pada Fatmawati, istrinya. Dia menyampaikan berita sangat penting itu di dapur.

“Mereka mengangkatku jadi Presiden. Rakyat mengangkatku jadi presiden,” kata Soekarno.

Namun Fatmawati tidak melompat-lompat kegirangan. Fatmawati menceritakan wasiat ayahnya sebelum meninggal.

“Di malam sebelum bapak meninggal, hanya tinggal kami berdua yang belum tidur. Aku memijatnya untuk mengurangi rasa sakitnya, ketika tiba-tiba beliau berkata ‘Aku melihat pertanda secara kebatinan bahwa tidak lama lagi, dalam waktu dekat anakku akan tinggal di istana yang besar dan putih itu’. Jadi ini tidak mengagetkanku. Tiga bulan yang lalu, Bapak sudah meramalkannya,” ujar Fatmawati tenang.

Maka sejak hari itu Presiden Soekarno menjadi presiden pertama Republik Indonesia. Badai politik usai G30S PKI mengakhiri kepemimpinannya dan digantikan Jenderal Soeharto.

Sumber Berita
merdeka

Baca Juga

Berita Terkait
Close
Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker