Review Film: ‘Yesterday’

Abadikini.com – Sejak 1963 dengan rilis album debut Please Please Me, The Beatles selalu menjadi bagian dari dunia ini. Mereka adalah agen perubahan, menetapkan standar baru untuk musik dan meninggalkan warisan tak terbilang melalui keindahan ratusan lagu yang kelak juga mempengaruhi musisi dari generasi turunan.

Jack Malik (diperankan oleh Himesh Patel), seorang pegawai toko grosir sekaligus musisi yang sedang berjuang membuka jalan, juga merasakan pengaruh The Beatles. Hidup di Inggris, meski bukan Liverpool, Malik memang bukan penggemar sejati band itu.

Malik selalu ditemani oleh Ellie Appleton (Lily James), seorang pendukung nomer satu yang juga merangkap manajer, roadie, sopir dan jadi sosok yang dibutuhkan Malik — kecuali sebagai kekasih, karena Malik tak pernah memberi kesempatan padanya. Dan sebenarnya, inilah inti kisah Yesterday, cerita cinta klise dibalut humor, diiringi oleh lagu-lagu populer The Beatles.

Usai tampil di Latitude Festival, Malik yang ingin berhenti bermusik dan Appleton terlibat cekcok kecil. Malam itu juga, listrik mendadak padam selama 12 detik. Malik tertabrak bus.

Tersadar di ranjang rumah sakit dan kehilangan dua gigi depan, Malik belum menyadari ada yang salah sampai ia berkumpul bersama Appleton dan teman-temannya. Ternyata Appleton tidak pernah mengenal The Beatles. Juga para sahabat yang jumlahnya memang tak banyak. Demikian pula ayah-ibu Malik. Semua orang tak tahu siapa The Beatles, kecuali Malik.

Malik lantas menyanyikan lebih banyak lagu The Beatles. Popularitas menghampirinya dalam sekejap, sampai Ed Sheeran menawarkan ia menjadi aksi pembuka di Moskow. Kesempatan di depan mata, jalan terbentang lebar. Artinya, ia harus meninggalkan Appleton.

Saat inilah, Jack Malik (Himesh Patel) menyadari bahwa teman-temannya tak pernah tahu siapa The Beatles. (dok Universal Pictures UK)

Dalam film digambarkan pula bagaimana cara label rekaman memperlakukan Malik yang dianggap bagai batu mulia. Ia dipuja-puji, diberi berbagai fasilitas premium, dijanjikan ketenaran dan gemilang duniawi lainnya. Hubungan Malik dan Appleton diceritakan ‘putus-sambung’.

Appleton yang tak pernah ragu menunjukkan isi hati, terluka melihat Malik ‘menulis’ lagu tentang wanita-wanita yang tak dikenalnya, seperti Dear Prudence ataupun Eleanor Rigby, namun tak pernah tentangnya.

Ketika seluruh dunia memberikan Malik popularitas seperti selayaknya The Beatles, masalah silih berganti datang menghampiri Malik. Malik kemudian harus memilih, tetap mempertahankan popularitasnya meski harus membohongi dunia, atau jujur namun akan dilupakan menjadi kisah kemarin sore.

Film ‘Yesterday’ mengisahkan ketika seluruh dunia memberikan Malik popularitas seperti selayaknya The Beatles, masalah silih berganti datang menghampiri Malik. (dok Universal Pictures UK)

Sejujurnya, Yesterday tak terasa lebih istimewa dari drama-drama percintaan remaja tahun 1990-an, misalnya 10 Things I Hate About You yang memiliki adegan ikonis Patrick Verona (Heath Ledger) menyanyikan Can’t Take My Eyes Off You untuk Kat Stratford (Julia Stiles) di halaman sekolah. Humor di dalamnya pun tak jauh berbeda dari yang standar. Tadinya saya berharap ada lebih banyak sarkasme gelap, karena lagu-lagu The Beatles tidak asal dibuat.

Selain itu, banyak hal lain yang terkesan canggung dan ‘nanggung‘. Film terasa membingungkan, seperti kehadiran kedua orang tua Malik. Mereka ada untuk sekadar ada, mengucapkan dialog-dialog polos khas orang tua, termasuk saat Malik melantunkan Let It Be untuk pertama kali dan kala Ed Sheeran berdiri di dapur keluarga Malik.

Juga, karena Malik mengaku lebih menyukai Oasis daripada The Beatles, agak tak dimengerti mengapa saat berkumpul dengan teman-temannya ia memetik gitar untuk Yesterday daripada Wonderwall, misalnya. Di kamar tidurnya, tidak ada poster Oasis, malah Radiohead. Apakah Malik seorang penggemar musik yang mendengar apapun yang diputar radio Inggris atau seorang musisi sungguhan? Cukup sukar menentukannya.

Tidak ada nilai edukasi apapun tentang The Beatles dalam Yesterday. Sepenuhnya film percintaan. Film ini seolah ditujukan untuk nostalgia penggemar The Beatles, sesuai ungkapan Sheeran bahwa zaman sekarang, tak ada lagi yang menggunakan istilah USSR untuk menyebut Rusia (lagu Back In The U.S.S.R), sebuah hal yang tak bakal dipahami oleh mereka yang lahir setelah era 1990-an.

Hal itu terlihat pula dari bagaimana Danny Boyle (sutradara) dan tim produksi memilih hanya lagu-lagu populer The Beatles untuk disematkan dalam film. Bisa jadi keputusan tersebut lahir karena Malik diceritakan bukan a die hard dari The Beatles. Tetapi kalau begitu, kenapa tidak membuat film tentang Oasis saja?

Kalau tak ingin bersusah memikirkan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan dan sanggup mengatasi rasa kecewa karena film ternyata begitu ringan, Yesterdaymasih tetap menyenangkan ditonton. Akting Patel pun tidak mengecewakan, seorang Inggris keturunan India memberi kesan ia benar-benar ‘orang biasa’ yang malah terlihat aneh jika terkenal nanti.

Sayang, adegan perbincangan Malik dan John Lennon terasa lewat tanpa kesan. Sekiranya ucapan Lennon tentang kebahagiaan itu dibuat lebih dramatis daripada duduk-duduk di pinggir pantai, Yesterday akan memiliki jejak lain di hati penonton, yang hampir pasti adalah penggemar The Beatles.

Editor
Irwansyah
Sumber Berita
CNN

Baca Juga

Berita Terkait
Close
Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker