Peran Konselor Harus Mengajarkan Nilai-nilai Kemanusiaan pada Anak Didik

Abadikini.com – Anak merupakan salah satu anugerah yang diberikan tuhan. Anak juga merupakan aset negara yang perlu dijaga karena anak akan menjadi modal utama di masa depan nanti. Dengan begitu anak harus memiiki sikap dan karakter baik, jujur, bertanggung jawab, dan bermoral. Pemupukan karakter dan sikap anak dapat dilakukan sejak dini, baik oleh orang tua secara langsung maupun oleh lembaga pendidikan anak usia dini.

Menurut Abdul Aziz karakter mengacu pada serangkaian sikap, perilaku, motivasi, dan keterampilan. Karakter meliputi sikap seperti keinginan untuk melakukan hal yang terbaik, kapasitas intelektual serta berfikir kritis dan alasan moral dalam situasi penuh ketidakadilan, kecakapan interpersonal dan emosional yang memungkinkan seseorang berinteraksi secara efektif dalam berbagai keadaan ataupun komitmen untuk berkontribusi dengan masyarakat. (Laila Maharani: 2014).

Pendidikan anak usia dini menjadi penting karena usia dini merupakan waktu emas dalam perkembangan anak untuk memperoleh proses pendidikan. Proses pendidikan ini juga sangat penting karena masa usia dari kelahiran hingga enam tahun merupakan usia kritis bagi perkembangan anak, tanpa memandang suku, budaya, dan agama sang anak. Stimulasi yang diberikan pada anak usia dini dapat meningkatkan dan mempengaruhi laju perkembangan dan pertumbuhan anak serta sikap dan perilaku sepanjang kehidupannya. (Juhana: 2011).

Bimbingan dan konseling merupakan salah satu cara untuk mendapatkan solusi, saran, maupun yang lainnya dengan cara interaksi antara konselor dengan seorang yang berkonseling. Bimbingan dan konseling menjadi penting dalam dunia pendidikan baik pendidikan usia dini maupun mendidikan lanjutan seperti sekolah dasar, sekolah menengah pertama, dan sekolah menengah atas. Kepentingan guru bimbingan dan konseling dalam pendidikan anak usia dini dapat membantu proses pembentukkan sikap dan karakter dengan berbagai cara.

Ibnu Qayyim berkata ( dalam Abdurrahman 2016:113) “diantara hal-hal yang dibutuhkan oleh anak adalah perhatian terhadap masalah akhlaknya. Karena anak akan tumbuh dengan pembiasaan pendidikannya sejak kecil dan jika sudah dewasa akan sulit mengubahnya. Seperti perbuatan suka menentang, marah, keras kepala, tergesa-gesa, terperngaruh hawa nafsu, bodoh, rakus, dan sebagainya perilaku tersebut akan menjadi sifat dan karakter anak kelak yang akan mempermalukan orang tuanya.” (Wulandari Retnaningrum:2018).

PEMBAHASAN

Pada dasarnya sikap dan karakter anak dipengaruhi oleh lingkungan sekitar, seperti lingkungan keluarga, likungan sekolah, lingkungan rumah. Usia 5-12 tahun adalah usia-usia krusial dalam memupuk karakter dan sikap pada anak. Karena pada usia tersebut anak-anak masih mempunyai pola pikir yang mengikuti keinginannya, masih belum mengerti baik dan buruknya sikap yang ditunjukkan.

Pendidikan karakter adalah upaya menanamkan kecerdasan dalam berpikir, penghayatan dalam bentuk sikap dan pengalaman dalam bentuk yang sesuai dengan nilai nilai kejujuran, kemandirian, sopan santun, kemuliaan sosial, kecerdasan berpikir. Pendidikan karakter tidak hanya mentransfer ilmu pengetahuan atau melatih keterampilan tertentu tetapi dimulai dalam proses pembelajaran dengan memberikan keteladanan dan melakukan pembiasaan kepada anak. (Rosikum:2018).

Adapun beberapa cara untuk memberikan pendidikan karakter kepada anak oleh orang tua yaitu :

  1. Mengajarkan nilai-nilai kemanusiaan

Dengan mengajarkan anak pada nilai-nilai kemanusiaan seperti, membantu sesama, bersedekah dan lain-lain secara langsung melibatkan anak, akan menumbuhkan karakter kemanusiaan. Dengan begitu anak akan dengan sendirinya mengikuti apa yang dilakukan oleh orang tuanya.

  1. Menceritakan kisah-kisah para nabi dan suri tauladannya

Dengan menceritakan kisah-kisah para nabi dan suri tauladan, anak akan mengerti dan berpikiran bahwa hal-hal yang seperti itu yang harus dicontoh dan dilakukan.

  1. Menanamkan sikap tanggung jawab

Dengan menanamkan sikap tanggung jawab pada anak akan membawa karakter baik pada anak. anak akan mudah meminta maaf, menghargai sesama.

  1. Tidak memanjakan anak.

Apabila orang tua menanamkan sikap manja, anak akan memiliki karakter buruk seperti sombong, apa yang diinginkan harus terpernuhi, malas, dan yang lainnya. Dengan begitu memanjakan anak adalah hal yang buruk yang harus dihindari oleh orang tua.

Pembentukkan karakter dan sikap bisa dipengaruhi oleh keluarga, teman, dan orang-orang disekitar anak. Jika anak berasal dari kelurga dan lingkungan sehat dalam artian sehat perbuatan dan perkataan, mungkin karakter dan sikap baik akan melekat pada diri anak. Begitupun sebaliknya jika anak berada pada keluarga dan lingkungan yang kurang baik, bisa jadi karakter dan sikap yang kurang baik akan melekat pada diri anak.

Adapun beberapa faktor yang dapat mempengaruhi karater dan sikap buruk yang terjadi pada anak dilingkungan keluarga.

  1. Broken Home

Keluarga yang broken home bisa dikatakan menjadi penyebab munculnya sikap dan karakter yang tidak baik. Karena ketidaklengkapannya orang tua, kurangnya perhatian, dan guncangan menta yang dihadapi dapat mempengaruhi karakter dan sikap pada anak. Misalnya, anak akan menjadi pendiam, tempramental, ataupun pemarah.

  1. Keluarga karir

Anak yang lahir dari keluarga karir atau bisa disebut ibu dan ayah yang sibuk bekerja dapat menimbulkan sikap dan karakter tidak baik. Misalnya, karena kurangnya perhatian yang harusnya ditunjukkan oleh orang tua, anak berubah menjadi nakal untuk mencari perhatian.

  1. Didikan kekerasan

Keluarga yang mendidik anak dengan cara kekerasan dapat mempengaruhi sikap dan karakter anak. Misalnya karena sering dididik dengan cara kekerasan anak melakukan hal-hal yang berbau kekerasan pada teman-temanya.

Ki Hajar dewantara (2004:71) mengatakan bahwa pusat pendidikan pertama dan utama adalah keluarga yang paling berpengaruh terhadap budi pekerti seorang anak hingga kelak menjadi dewasa untuk kelangsungan hidupnya dimasyarakat.

Sebenarnya masih banyak faktor lain yang mempengaruhi karakter dan sikap buruk anak. Faktanya karakter dan sikap seorang anak dibentuk oleh anak tersebut dan dibantu oleh orang tua. Namun, ada juga anak yang memiliki sikap dan karakter buruk yang ingin diubah oleh orang tuanya tetapi kesulitan karena beberapa alasan.

Peran bimbingan dan konseling dalam membangun karakter anak di lembaga pendidikan

Bimbingan dan konseling menjadi jembatan bagi pembangunan karakter anak selain orang tua, dan lingkungan. Disini seorang pembimbing dan konseling mempunyai peran membantu orang tua dalam membantu membangun karakter anak yang baik, membantu mengubah karakter anak yang buruk menjadi lebih baik.

Pada lembaga pendidikan anak usia dini bimbingan dan konseling berperan aktif sebagai pemberi edukasi dan penerima konseling. Seorang bimbingan dan konseling dapat membantu mengubah karakter pada anak di lembaga pendidikan. Seorang konselor dapat memahami secara langsung apa yang terjadi pada anak dengan melalui interaksi secara langsung atau dengan pendekatan secara langsung.

Menurut Muro dan Kotman: 1995, ada empat pendekatan yang dapat dirumuskan sebagai pendekatan dalam bimbingan dan konseling yaitu :

  1. Krisis

Dalam pendekatam krisis konselor menunggu munculnya krisis dan dia bertindak. Dalam pendekatan ini adalah teknik teknik yang secara pasti dapat mengatasi krisis tersebut.

  1. Remedial

Di dalam pendekatan remedial konselor akan memfokuskan tujuannya kepada upaya menyembuhkan atau memperbaiki kelemahan-kelemahan yang tampak. Tujuan bantuan dan pendekatan ini adalah menghindari krisis yang mungkin akan terjadi.

  1. Preventif

Pendekatan preventif mencoba mengantisipasi masalah-masalah genetik dan mencegah terjadinya masalah.

  1. Perkembangan

Konselor yang menggunakan pendekatan perkembangan beranjak dari pemahaman tentang keterampilan dan pengalaman khusus yang dibutuhkan individu untuk mencapai suatu keberhasilan didalam kehidupannya. Pendekatan perkembangan ini dipandang sebagai pendekatan yang tepat digunakan dalam tatanan pendidikan sekolah karena memberikan perhatian kepada tahap-tahap individu, kebutuhan dan minat serta membantu mempelajari keterampilan hidup.

Melihat dari pendekatan diatas, konselor berperan aktif dalam membantu mengembangkan karakter anak di lembaga pendidikan. Konselor membantu anak menganalisis kekuatan dan kelemahan dirinya berdasarkan data atau informasi yang diperoleh, yaitu yang menyangkut pencapaian tugas-tugas perkembangan atau aspek aspek pribadi, sosial, dan belajar.

PENUTUP

Pelaksanaan pengembangan karakter pada lembaga pendidikan yang dilakukan oleh seorang konselor pada dasarnya hanya menjadi jembatan. Karakter itu sendiri dibentuk oleh diri sendiri dan dibantu oleh keluarga. Pada lembaga pendidikan anak usia dini pasti ditemukan berbagai macam karakter dan sikap pada anak, mulai dari pendiam, hiperaktif, pemalu, dan lain sebagainya. Dengan begitu peran guru bimbingan dan konseling dibutuhkan dalam kegiatan pada lembaga pendidikan.

Pendidikan tidak hanya membentuk insan yang cerdas, namun juga berkarakter dan berkepribadian yang unggul dengan harapan generasi bangsa kelak dapat tumbuh dan berkembang dengan karakter yang berdasarkan nilai-nilai luhur agama. Dalam hal ini tidak hanya lingkungan sekolah yang menjadi pusat pembelajaran dari pendidikan karakter namun keluarga, lingkungan, masyarakat, dan pemerintah pula ikut berperan aktif dalam mendukung hal tersebut. (Margi Wahono:2018).

REFERENSI

Rosikum. (2018). Peran Keluarga dalam Implementasi Pendidikan Karakter Religius AnakSit, M. (2017). Psikologi Perkembangan Anak Usia Dini.Depok: PT Kharisma Putra Utama.Sugiharto. (2016). Bimbingan Dan Konseling Perkembangan Di Sekolah Teori dan Praktik.Sleman : Penerbit Deeepublish.Syahniar. (2010). Tingkah Laku Sosial Anak TK Serta Implikasinya Bagi Bimbingan Dan Konseling.Wahyono, M. (2018). Pendidikan Karakter: Suatu Kebutuhan Bagi Mahasiswa Di Era Milenial. http://garuda.ristekdikti.go.id

Oleh : Nurul Kamilatussadiah – Mahasiswa Prodi Bimbingan dan Konseling Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Ummul Quro Al-Islami (IUQI) Bogor

Editor
Muhammad Saleh

Baca Juga

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker