Cara Peserta Didik Merekontruksi Masalah dengan Bimbingan Guru BK

Cara Peserta Didik Merekontruksi Masalah dengan Bimbingan Guru BK

Abadikini.com,- Telah diketahui, diantara berbagai disiplin ilmu yang memiliki kedekatan hubungan dengan konseling adalah psikologi, bahkan secara khusus dapat dikatakan bahwa konseling merupakan aplikasi dari psikologi, terutama jika dilihat dari tujuan, teori yang digunakan, dan proses penyelenggaraannya.

Oleh karena itu telaah mengenai konseling dapat disebut dengan psikologi konseling (counseling psycology). Mengenai kedudukan dan hubungan antara bimbingan dan konseling terdapat banyak pendapat, salah satunya memandang konseling sebagai teknik bimbingan.

Dengan kata lain, konseling berada dalam bimbingan. Pendapat lain mengatakan bahwa bimbingan terutama memusatkan diri pada pencegahan masalah yang dihadapi individu.

Adapun bimbingan islami yang artinya proses pemberian bantuan terhadap individu agar mampu hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup didunia maupun diakhirat.

Dalam proses pendidikan, peserta didik merupakan salah satu komponen manusiawi yang menempati posisi sentral. Peserta didik menjadi pokok persoalan dan tumpuan perhatian dalam semua proses transformasi yang disebut pendidikan. Pemahaman tentang karakteristik individu peserta didik ini memiliki arti penting dalam interaksi belajar-mengajar.

Bagi seorang guru khususnya, informasi mengenai karakteristik individu peserta didik ini akan sangat berguna dalam memilih dan menentukan pola-pola pengajaran yang lebih baik atau yang lebih tepat, yang dapat menjamin kemudahan belajar bagi setiap peserta didik.

Dengan pemahaman atas karakteristik individu peserta didik ini, guru dapat merekonstruksi dan mengorganisasikan materi pelajaran sedemikian rupa, memilih dan menentukan metode yang lebih tepat, sehingga terjadi proses interaksi dari masing-masing komponen belajar mengajar secara optimal.

Menurut Hawadi (2001), “perkembangan secara luas menunjuk pada keseluruhan proses perubahan dari potensi yang dimiliki individu dan tampil dalam kualitas kemampuan, sifat dan ciri-ciri yang baru.

Di dalam istilah perkembangan juga tercakup konsep usia, yang diawali dari saat pembuahan dan berakhir dengan kematian.” Peran guru bk sangat penting bagi perkembangan peserta didik, untuk membantu proses perkembangan dan pembentukan karakter peserta didik tersebut.

Perkembangan menghasilkan bentuk-bentuk dan ciri-ciri kemampuan baru yang berlangsung dari tahap aktivitas yang sederhana ke tahap yang lebih tinggi, perkembangan itu bergerak secara berangsur-angsur tetapi pasti. Oleh karena itu, bimbingan konseling sangat dibutuhkan di setiap sekolah terutama bagi perkembangan peserta didik.

PEMBAHASAN

Istilah guru BK (Bimbingan Konseling) dapat kita temui diberbagai sekolah, dari SMP/MTs atau SMA/MA. Bahkan ada pula tingkat SD/MI yang memiliki guru BK atau guru bimbingan konseling yang justru lebih penting berada pada awal pendidikan yaitu SD/MI selain TK/PAUD.

Bimbingan konseling memberikan arahan kepada klien yang sedang bermasalah, tindakan bimbingan dan konseling merupakan salah satu proses pendekatan dan terapi psikolog peserta didik tersebut.

Ini sangat bagus untuk proses perkembangan peserta didik, bimbingan konseling tidak hanya memberikan arahan kepada anak yang sedang bermasalah saja atau bukan semata-mata karena ada undang-undang yang mewajibkan setiap sekolah/madrasah harus memiliki guru BK didalam lembaganya.

Namun, dengan adanya guru BK pihak sekolah atau konselor pun berharap agar dengan diadakannya guru BK bisa membantu dan meringankan masalah yang sedang dihadapi klien.

Diharapkan para peserta didik dapat mengembangkan potensinya lebih optimal dan dapat melakukan tugas-tugas perkembangan yang harus mereka selesaikan.

Adapun tugas dari guru BK itu sendiri dapat diketahui arti yang terkandung dalam istilah bimbingan dan konseling tersebut. Adapun konseling islam yaitu proses pemberian bantuan terhadap klien atau individu agar mampu hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah SWT, sehingga seseorang dapat menjalani tujuan hidupnya.

Dengan demikian bimbingan konseling islami merupakan proses pemberian bantuan sebagaimana kegiatan bimbingan lainnya, tetapi dalam isi kegiatannya berlandaskan ajaran islam, yaitu Alquran dan sunnah Rasul.

Bimbingan islami hanya sekedar membantu individu, individu dibantu, dibimbing agar mampu hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah. Maksud selaras di sini adalah individu dapat menyesuaikan dengan kodrat yang ditentukan oleh Allah SWT sesuai dengan hakikatnya sebagai mahluk hidup.

Perkembangan Peserta Didik

Dari sedikit pembahasan diatas, telah kita ketahui bahwa perkembangan tidaklah terbatas pada pengertian pertumbuhan yang semakin membesar.

Melainkan di dalamnya juga terkandung serangkaian perubahan yang berlangsung secara terus-menerus yang bersifat tetap dari fungsi-fingsi jasmaniah dan rohaniah.

Pertumbuhan jasmani dan perkembangan rohani sebenarnya merupakan satu sama lain. Perkembangan rohani dipengaruhi oleh pertumbuhan jasmani.

Dalam konsep perkembangan juga terkandung pertumbuhan atau biasa disebut (growth) sendiri sebenarnya merupakan sebuah istilah yang lazim digunakan dalam biologi, Sehingga pengertiannya lebih bersifat biologis.

C.P. Chaplin (2002), mengartikan pertumbuhan sebagai satu pertambahan atau kenaikan dalam ukuran dari bagian-bagian tubuh atau dari organisme sebagai suatu keseluruhan.

 

Pertumbuhan lebih cenderung menunjuk pada kemajuan fisik, sedangkan perkembangan lebih menunjuk pada kemajuan mental atau perkembangan rohani yang melaju terus sampai akhir hayat.

Menurut A.E. Sinolungan, (1997),pertumbuhan menunjuk pada perubahan kuantitatif, yaitu yang dapat dihitung atau diukur, seperti panjang atau berat tubuh.

Sedangkan Ahmad Thonthowi(1993), mengartikan pertumbuhan sebagai perubahan jasad yang meningkat dalam ukuran (size) sebagai akibat dari perbanyakan (multiplication) sel-sel.

Perkembangan Kognitif Peserta Didik

Kognitif merupakan salah satu aspek penting dari perkembangan peserta didik yang berkaitan langsung dengan proses pembelajaran dan sangat menentukan keberhasilan mereka di sekolah.

Guru atau guru bimbingan konseling sebagai tenaga kependidikan yang bertanggung jawab melaksanakan interaksi edukatif di dalam kelas, perlu memiliki pemahaman yang mendalam tentang perkembangan kognitif peserta didiknya.

Dengan bekal pemahaman tersebut, guru bimbingan konseling akan dapat memberikan layanan pendidikan atau melaksanakan proses konseling yang sesuai dengan kemampuan kognitif peserta didik yang dihadapinya.

Menurut Mayers (1996), “cognition refers to all the mental activities associated with thinking, knowing, and remembering.”

Adapun pendapat lain yang hampir senada juga diberikan oleh Margaret W. Matlin (1994), yaitu: “cognition, or mental activity, involves the acquisition, storage, retrieval, and use of knowlodge.”

Sama halnya dengan sejumlah aspek perkembangan lainnya, kemampuan kognitif anak juga mengalami perkembangan tahap demi tahap menuju kesempurnaannya.

Secara sederhana, kemampuan kognitif dapat dipahami sebagai kemampuan anak untuk berpikir lebih kompleks serta kemampuan melakukan penalaran dan pemecahan masalah.

Dengan berkembangnya kemampuan kognitif ini akan memudahkan anak menguasai pengetahuan umum yang lebih luas, sehingga anak mampu menjalankan fungsinya dengan wajar dalam interaksinya dengan masyarakat dan lingkungan sehari-hari.

Dengan demikian dapat dipahami bahwa perkembangan kognitif adalah salah satu aspek perkembangan peserta didik yang berkaitan dengan pengertian (pengetahuan), yaitu semua proses psikologis yang berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari dan memikirkan lingkungannya.

Sebagai guru bimbingan konseling atau konselor harus mengetahui dan peka terhadap peserta didik kita bahwa selain perkembangan apakah ada bentuk-bentuk gangguan kesehatan mental di sekolah yang mempengaruhi perkembangan peserta didik tersebut.

Disinilah peran guru bimbingan konseling yang seharusnya bisa mengatasi permasalahan perkembangan terhadap peserta didik. Para siswa di sekolah tidak semuanya terbebas dari berbagai bentuk gangguan kesehatan mental. Berikut ini merupakan bentuk kesehatan mental yang di maksud.

  1. Gangguan Depresi

Seorang anak atau peserta didik akan mengalami depresi ketika mereka dihadapi masalah yang membuat diri mereka merasa terbebani akan masalah tersebut.

Depresi pada anak atau peserta didik akan menimbulkan beberapa pengaruh terhadap proses pendidikan maupun proses perkembangan diri mereka.

Dan akan menimbulkan gejala-gejala seperti perasaan sedih yang berkempanjangan, suka menyendiri, murung, banyak melamun, putus asa, susah dalam bersosialisasi dan masih banyak gejala lainnya.

  1. Gangguan Kecemasan

Anak-anak atau peserta didik dengan gangguan kecemasan biasanya menanggapi segala masalah atau hal-hal tertentu dengan rasa ketakutan, kekhawatiran serta tanda-tanda fisik kecemasan lainnya yang mengganggu pada proses perkembangan peserta didik tersebut.

  1. Gangguan Perilaku yang Mengganggu.

Peserta didik yang mengalami gangguan perilaku cenderung akan lebih banyak menentang aturan dan seringkali mengganggu lingkungan sekitar mereka.

  1. Gangguan Perkembangan Pervasif

Peserta didik dengan gangguan ini bingung dalam pemikiran mereka dan umumnya memiliki masalah dalam memahai dunia di sekitar mereka.

  1. Gangguan Makan

Gangguan makan yang intens melibatkan emosi dan sikap, serta perilaku yang berhubungan dengan berat badan atau makanan.

  1. Gangguan Belajar dan Komunikasi

Peserta didik yang mengalami gangguan belajar dan komunikasi biasanya susah dalam berkinsentrasi dan susah dalam bersosialisasi terhadap guru atau lingkungan sekitar nya terutama di sekolah.

  1. Gangguan Afektif (suasana hati)

Gangguan ini melibatkan perasaan sedih persisten atau suasana hati yang cepat berubah, serta termasuk depresi dan gangguan interkasi sosial peserta didik.

Dalam beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan peserta didik diatas beberapa gangguan kesehatan mental pada peserta didik.

Penyebab gangguan mental secara pasti memang belum diketahui, tetapi penelitian menunjukan bahwa kombinasi faktor, termasuk keturunan, biologi, trauma psikologis, dan stres lingkungan.

Dengan ini guru bimbingan konseling atau konselor harus bisa menangani masalah tersebut dengan ilmu dan cara yang baik, penyakit mental yang mempengaruhi perkembangan peserta didik sama halnya dengan gangguan medis seperti diabetes atau penyakit jantung yang memerlukan perawatan terus menerus.

Guru bimbingan konseling atau konselor harus bisa memberi arahan atau motivasi kepada peserta didiknya, motivasi adalah faktor yang memengaruhi keefektifan kegiatan belajar siswa. Motivasi yang mendorong siswa ingin melakukan kegiatan belajar.

Para ahli psikologi mendefinisikan motivasi sebagai proses di dalam diri individu yang aktif, mendorong, memebrikan arahan, dan menjaga perilaku setiap saat (Slavin, 1994).

Motivasi juga diartikan sebagai pengaruh kebutuhan-kebutuhan dan keinginan terhadap intensitas dan arah perilaku seseorang. Sebagai konselor memberikan motivasi yang baik sangatlah memberi pengaruh positif bagi perkembangan peserta didik dan mental mereka.

Mengubah pikiran negatif mereka dengan hal-hal yang positif sehingga bisa membuat peserta didik lebih semangat dalam belajar maupun dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

Pada PP nomor 74 tahun 2008 tentang Guru, disebutkan bahwa guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

Kompetensi yang dimaksud merupakan seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai, dan diaktualisasikan oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.

Karena pada dasarnya guru bk adalah guru yang seharusnya bisa membimbing dan mengarahkan peserta didik nya dalam pendidikan dan di lingkungan sekolah.

Sesekali guru BK atau konselor harus bisa mengajak peserta didik melakukan pendekatan terhadap peserta dengan cara bermain.

Karena bermain telah lama dianggap sebagai tanda resmi masa kanak-kanak dan banyak teoris telah melihat arti penting bermain dalam perkembangan keterampilan-keterampilan dan kemampuan-kemampuan bagi masa dewasa kelak.

Bermain sebagaimana anggapan yang mengemuka, membantu mengembangkan fungsi-fungsi sosial, kognitif, dan psikologis. Bermain paling sering dikaitkan dengan perkembangan hubungan dalam teks-teks kontemporer, dengan penekanan pada komponen-komponen interaktif perilaku bermain.

Karena itu, bermain kerap dikatakan membantu pembentukan hubungan. Bermain juga meningkatkan afiliasi dengan teman-teman sebaya dengan meningkatkan kemungkinan anak-anak untuk berinteraksi dan berkomunikasi, sehingga mendorong terbentuknya pertemanan.

Hubungan dengan teman-teman sebaya dan afiliasi kelompok juga penting bagi perkembangan identitas diri. Dalam perkembangan fisik bermain juga bermanfaat dalam pengendalian tubuh yang lebih baik.

Perkembangan peserta didik dalam berbahasa yang baik dan benar, tentunya banyak sekali pelajar di zaman sekarang yang rendah akan berbahasa indonesia yang baik dan benar. Maka disinilah tugas seorang guru, guru bk, atau konselor dalam membimbing mereka dengan berbahasa indonesia yang baik dan benar.

Tentunya faktor pertama yang paling menonjol dalam bahasa anak yaitu keluarga atau lingkungan rumah dan didikan orangtua masing-masing, yang kedua yaitu faktor lingkungan sekolah yang kurang perhatian dari guru sekitar. Maka banyak sekali hal yang perlu kita perhatikan dalam perkembangan peserta didik, lingkungan, ataupun di sekolah.

Perkembangan Kemandirian Peserta Didik dan Implikasinya Bagi Pendidikan

Kemandirian adalah kecakapan yang berkembang sepanjang rentang kehidupan individu, yang sangat di pengaruhi oleh faktor-faktor pengalaman dan pendidikan.

Oleh sebab itu, pendidikan disekolah perlu melakukan upaya-upaya pengembangan kemandirian peserta didik, khususnya guru BK harus bisa mengajarkan kedisiplinan dan kemandirian.

  1. Mengembangkan proses belajar mengajar yang demokratis, yang memungkinkan anak merasa dihargai.
  2. Mendorong anak untuk berpartisipasi aktif dalam pengambilan keputusan dan dalam berbagai kegiatan sekolah.
  3. Memberi kebebasan kepada anak untuk mengeksplorasi lingkungan, mendorong rasa ingin tahu mereka.
  4. Penerimaan posotif tanpa syarat kelebihan dan kekurangan anak, tidak membeda-bedakan yang satu dengan yang lain.
  5. Menjalin hubungan yang harmonis dan akrab dengan anak.

Pentingnya Kemandirian Bagi Peserta Didik

Pentingnya kemandirian bagi peserta didik, dapat dilihat dari situasi kompleksitas kehidupan dewasa ini, yang secara langsung atau tidak langsung memengaruhi kehidupan peserta didik.

Oleh sebab itu, perkembangan kemandirian peserta didik menuju ke arah kesempurnaan menjadi sangat penting untuk dilakukan secara serius, sistematis dan terprogram.

Hal ini sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (2003:3) pasal 1 yang berbunyi : Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran.

Agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahklak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara.

Pelayanan bimbingan dan konseling (BK) merupakan salah satu komponen penting pendidikan di sekolah. Tujuannya adalah untuk membantu perkembangan potensi diri siswa seoptimal mungkin.

Kegiatan belajar berorientasi pada peningkatan kecerdasan siswa, maka kegiatan BK di sekolah secara spesifik berorientasi membantu seluruh aspek-aspek perkembangan diri siswa (Jamal Ma’mur Asmani, 2010:50)

Menurut Wardati (2011:54) menyatakan bahwa tujuan bimbingan di sekolah adalah membantu siswa :

  1. Mengatasi kesulitan dalam belajar yang tinggi.
  2. Mengatasi terjadinya kebiasaan-kebiasaan yang tidak baik yang dilakukannya pada saat proses belajar mengajar berlangsung dan dalam hubungan sosial.
  3. Mengatasi kesulitan-kesulitan yang berkaitan dengan kesehatan jasmani.
  4. Mengatasi kesulitan-kesulitan yang berkaitan dengan kelanjutan studi.
  5. Mengatasi kesulitan-kesulitan yang berhubungan dengan perencanaan dan pemilihan jenis pekerjaan setelah mereka tamat.

Menurut Maman Rachman (dalam Tulus Tu’u, 2004:35) mengemukakan pentingnya disiplin bagi siswa adalah sebagai berikut :

  1. Memberi dukungan bagi terciptanya perilaku yang tidak menyimpang.
  2. Membantu siswa memahami dan menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungan.
  3. Cara menyelesaikan tuntutan yang ingin ditunjukkan peserta didik terhadap lingkungannya.
  4. Untuk mengatur keseimbangan keinginan individu satu dengan individu lainnya.
  5. Menjauhi siswa melakukan hal-hal yang dilarang oleh sekolah.
  6. Mendorong siswa melakukan hal-hal yang tidak dilarang sekolah.
  7. Peserta didik belajar hidup dengan kebiasaan-kebiasaan baik, positif dan bermanfaat baginya dan lingkungannya.
  8. Kebiasaan baik itu menyebabkan ketenangan jiwanya dan lingkungannya.

Ada beberapa anggapan yang perlu dibenarkan mengenai Bimbingan Konseling di sekolah, baik dari siswa maupun dari para guru. Berikut beberapa penjelasannya :

  1. Siswa yang bermasalah saja yang didatangkan kepada guru BK. Seringkali hanya anak yang bermasalah saja yang didatangkan oleh guru BK.

Karena di sebagian sekolah guru BK diadakan karena permasalahan terbesar sekolah adalah karena sering kali banyak anak yang bermasalah dan melanggar pelanggaran sekolah.

 

Sebenarnya bukan hanya siswa yang bermasalah saja yang datang atau didatangkan kepada BK. Bimbingan konseling ini bukan bengkel bagi para siswa yang ‘rusak’.

Konseling juga membantu menyelesaikan masalah-masalah lain pada siswa seperti masalah hubungan dengan teman, dengan guru, hingga masalah pribadi yang menghambat lancarnya proses pembelajaran di sekolah.

  1. Guru BK adalah momok bagi siswa. Guru BK yang selama ini dianggap sebagai orang yang galak, suka memberikan hukuman, poin pelanggaran hingga hukuman yang pantas bagi siswa yang bermasalah.

Yang membuat para peserta didik takut terhadap guru BK, anggapan bahwa guru BK adalah momok, tukang hukum, musuhnya siswa nakal, dan sebagainya merupakan anggapan yang kurang benar.

Para siswa perlu memahami bahwa seorang guru BK itu adalah orang yang membantu siswa untuk mengatasi masalah-masalah para siswa, dari yang sederhana hingga yang serius.

  1. Para siswa tidak mau mengerti dan memahami tentang apa sebenarnya BK dan seberapa perlu BK di sekolah. Para siswa ketika diberikan Bimbingan Konseling kurang memahami tentang BK di sekolah.

Mereka mendapat informasi-informasi negatif yang telah lalu dan membudaya di kalangan siswa. Pemahaman yang tepat mengenai makna Bimbingan Konseling di sekolah.

Seperti yang telah disampaikan pada poin sebelumnya bahwa guru BK harus siap untuk menangani masalah psikologis yang dihadapi para siswa. Proses konseling di sekolah pada intinya membantu menangani masalah psikologis para siswa.

  1. Tampilan yang kurang familiar, tampilan guru BK mungkin selama ini monoton, seperti itu-itu saja. Bahkan, beberapa guru BK di sekolah tampilannya memang menakutkan bagi para siswa.

Tampilan disini maksudnya ialah tampilan secara fidik maupun psikis. Namun sebenarnya, memberikan penampilan yang menarik, sesuai dan sebisa mungkin untuk familiar dengan para siswa dan guru.

Seorang guru BK adalah guru yang selayaknya bisa berinteraksi dengan siswa maupun guru dan karyawan di sekolah, lebih baik jika seorang guru BK itu komunikatif dan interaktif, aktif berinteraktif dengan para siswa.

  1. Publikasi yang komunikatif dan menarik. Kebanyakan sekarang di setiap sekolah hanya melaksanakan sosialisasi setahun sekali bahkan hanya satu kali pada awal masuk sekolah di jenjang yang bersangkutan. Publikasi tentang Bimbingan Konseling harusnya bisa rutin dilaksanakan untuk tetap menyampaikan program-program BK.

Jika beberapa hal telah dijelaskan dapat dilaksanakan dengan maksimal, maka anggapan negatif atau anggapan salah yang perlu dibenarkan bisa terealisasi dan bimbingan konseling di sekolah bisa maksimal, efektif, dan merata terhadap semua kalangan siswa dan bagi perkembangan peserta didik tersebut.

PENUTUP 

Dalam Bimbingan Konseling untuk bekerja efektif sebagai guru BK atau konselor, diperlukan pendidikan khusus dalam bidang pengembangan manusia dan konseling.

Dan beberapa penjelasan dari manfaat, hambatan, dan faktor-faktor lainnya diatas bisa disimpulkan bahwa profesi guru BK atau konselor terutama di sekolah memiliki peranan untuk mendorong perkembangan individu, membantu memecahkan masalah, dan mendorong tercapainya kesejahteraan (well being) individu secara fisik, psikologis, intelektual, emosional ataupun spiritual.

Ternyata memang benar peran guru BK terhadap perkembangan peserta didik itu banyak sekali manfaatnya, dan memang sangat perlu sekali diadakannya guru BK atau konselor di dalam ruang lingkup sekolah.

Konselor pun tidak hanya duduk dan datang ke sekolah sesekali saja namun, perlu mempunyai sifat yang peka terhadap peserta didik, tidak hanya di sekolah namun di ruang lingkup lainnya.

Supaya eksistensi sebagai seorang konsel (Chaplin, 2005) (Soedarmadji, 2012) (Tu’u, 2004) (Wardati, 2011) atau guru BK pun bisa lebih bermanfaat bagi masyarakat dan lingkungan sekitarnya.

Yang justru lebih banyak dibutuhkan oleh orang banyak untuk bisa menangani, membimbing, dan memecahkan permasalahan yang ada.

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka peran guru BK sangat amat dibutuhkan dan bermanfaat sekali bagi proses perkembangan peserta didik, karena guru BK bisa mengatasi permasalahan atau hambatan-hambatan pada peserta didik tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Catling, J. L. (2012). Psikologi Kognitif.Erlangga.
Chaplin, J. (2005). Kamus Lengkap Psikologi.jakarta: Dr. Kartini Kartono.
Dr. Dede Rahmat Hidayat, M. d. (2014). Bimbingan Konseling Kesehatan Mental di Sekolah.Bandung: PT. REMAJA ROSDAKARYA.
Dra. Desmita, M. (2017). Psikologi Perkembangan Peserta Didik.Bandung: PT. REMAJA ROSDAKARYA.
Soedarmadji, H. &. (2012). Psikologi Konseling.jakarta: Kencana.

Thonthowi Ahmad (1993) Tu’u, T. (2004). Peran Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi Siswa.Jakarta: Grasindo.
UU No.20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (2003: 3) Pasal 1. Is
Upton, P. (2012). Psikologi Perkembangan.Erlangga.
Wardati, d. (2011). Implementasi Bimbingan dan Konseling Sekolah.Jakarta: Prestasi Pustakarya.

Oleh : Yulianti – Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Ummul Quro Al-islami (IUQI) Bogor

Editor
Muahammad Saleh

Baca Juga

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker