Prabowo, Zulkifli Hasan dan Sohibul Iman Mau Lawan Jokowi

abadikini.com, JAKARTA – Di malam Natal, Prabowo Subianto (Ketum Gerindra), Zulkifli Hasan (Ketum PAN) dan Sohibul Iman (Presiden PKS) ngumpul di Markas PKS. Mereka bersepakat membangun koalisi di lima Pilgub (Jabar, Jateng, Sumut, Kaltim dan Maluku Utara). Mereka berharap koalisi ini bisa berlanjut ke Pilpres 2019. Apakah mereka akan bersatu sejak dini untuk kembali melawan Jokowi? Kita lihat saja. 

Koalisi ketiga partai ini sebenarnya pernah terwujud di Pilpres 2014 saat mereka mengusung duet Prabowo-Hatta Radjasa sebagai capres-cawapres melawan duet Jokowi-JK. Ketiga partai ini ikut didukung Golkar. Namun, koalisi ini berantakan setelah jagoannya tumbang. Gerindra dan PKS masih setia bersama dan memilih menjauh dari pemerintahan. Sedangkan PAN “membelot” menjadi pendukung pemerintah. 

Isyarat ketiga partai ini kembali berkoalisi terungkap, Minggu (24/12) malam seusai Prabowo, Zul dan Sohibul menggelar silaturahmi politik di Markas PKS, Jalan Simatupang, Jakarta Selatan. Hadir juga Ketua Majelis Syuro PKS Salim Segaf Al-Jufri. 

Hal ini dikuatkan oleh pernyataan Sohibul. “Mudah-mudahan bisa terpelihara sampai (Pemilu) 2019. Ini satu hal yang kami harapkan,” ujar Sohibul di kantor DPP PKS Jalan TB Simatupang, Jakarta Selatan, Minggu (24/12) malam. Dia meyakini, Pilkada 2018 merupakan batu loncatan meraih sukses di Pemilu 2019. Dis beranggapan koalisi ini terbukti manjur meraih suara rakyat. Salah satunya, kemenangan Anies-Sandi atas Ahok-Djarot di Pilgub DKI lalu. 

Kendati punya harapan besar koalisi ini permanen sampai Pilpres 2019, dia menyatakan, karena Pemilu 2019 masih lama maka koalisi masih bisa berubah, tergantung konstelasi politik nasional. “Untuk perjalanannya tergantung konstelasi politik sampai 2019,” ucap Sohibul. 

PKS juga masih terbuka berkoalisi dengan partai politik lainnya pada Pemilu 2019. “Kami terus bangun (koalisi) dan tidak menutup diri. Dua hari lalu, saya bertemu dengan Pak Susilo Bambang Yudhoyono (Ketua Umum Partai Demokrat). Kami bicarakan banyak hal termasuk Pilkada,”  pungkasnya. 

Dalam kesempatan itu, Prabowo lebih banyak bicara Pilkada. Dia yakin koalisinya akan mengukir kemenangan. Acuannya, sama seperti Presiden PKS, kemenangan Anies-Sandi di Pilgub DKI. “Soal Anies dan Sandi banyak yang menertawakan. Ditertawakan tidak bakal menang. Tapi ini kan jadi menang. Berharap bahwa PKS, Gerindra dan PAN bekerjasama dengan baik,” kata Prabowo. 

Prabowo tidak takut dengan calon lain yang dianggap kuat karena diusung partai yang memiliki banyak kursi di DPRD. Prabowo percaya, menang atau tidak rakyatlah yang menentukan. Menurut Prabowo, kesepakatan berkoalisi dengan PKS dan PAN merupakan aspirasi dari pengurus di tiap lima daerah tersebut. 

Pun demikian dengan PAN. Sekjen PAN, Eddy Soeparno mengamini saat ini sedang membahas teknis koalisi tiga partai tersebut. Utamanya, koalisi Pilkada 2018, siapa yang akan dijagokan ketiga partai. “Ya nanti kita bahas lah, tetapi yang penting kita sudah memutuskan bersama-sama. Bersama-sama dengan Gerindra dan PKS untuk Jabar,” kata Eddy kepada wartawan, kemarin. 

Pakar komunikasi politik dari UIN Prof Andi Faisal Bakti menyatakan, koalisi PKS-PAN-Gerindra akan menjadi kekuatan ‘berbahaya’ di Pemilu 2019. Menurutnya, jika elite ketiganya Prabowo, Zulkifli Hasan, dan Sohibul Iman sepakat membangun koalisi di Pilpres, kemudian bisa memenangkan Pilkada 2018, Jokowi bisa kalah. 

“Koalisi memang untuk melawan Jokowi. Trennya, Islam modern bersatu dengan tradisonalis. Nah, untuk saat ini masih Prabowo (capres) bersama Gerindra yang mampu menyatukan kekuatan ini,”  ujar Andi 

Andi meyakini, Jokowi bisa dikalahkan. Asalkan, ada tokoh segar yang bisa mengambil peran menyatukan kekuatan modern dan tradisional Islam. Cara-cara gerakan massa, seperti 212 hingga 1712, jika dilakukan secara konsisten akan mendulang suara besar. 

Menurutnya, koalisi tiga partai ini merupakan langkah baik menuju Pemilu 2019. Jika ketiga partai ini konsisten dan meraih kemenangan di banyak Pilkada, maka tidak menutup kemungkinan partai pendukung Jokowi akan tergerus. 

Anggota DPR asal PDIP Eva Kusuma Sundari ogah pusing dengan koalisi tiga partai baik untuk Pilkada 2018 maupun Pilpres 2019. Menurutnya, PDIP belum bersikap. Khusus untuk Pilpres, pihaknya akan melihat hasil Pilkada lebih dahulu. 

“Soal Pemilu, terlalu pagi jika ditetapkan saat ini. PDIP mengutamakan strategi dialektika-aksi-refleksi, tanpa tersandera satu keputusan di awal. Nanti (Pemilu 2019), kita lihat hasil Pilkada, digenapi dengan riset-riset mutakhir dan soal Pilpres akan kita tentukan belakangan,” ujar Eva  (ak.rmol)

Baca Juga

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker