Pentingnya Peran Dokter di Tengah Peningkatan Teknologi AI dalam Diagnostik Medis

Abadikini.com, JAKARTA – Teknologi Artificial Intelligence (AI) terus menunjukkan potensi besar dalam meningkatkan efisiensi diagnostik medis, dengan kemampuan mengidentifikasi penyakit secara cepat berdasarkan gejala yang ada. Meski demikian, Kementerian Kesehatan RI menegaskan bahwa AI harus digunakan sebagai alat bantu, bukan pengganti peran dokter dalam praktik kesehatan.
Chief of Technology Transformation Office (TTO) Kemenkes RI, Setiaji, S.T., M.Si., menjelaskan bahwa meskipun AI mampu memberikan rekomendasi berbasis data, keputusan akhir tetap harus berada di tangan dokter.
“Dokter memiliki peran sentral sebagai pengambil keputusan dalam praktik medis. AI sebaiknya digunakan untuk mendukung dokter dalam membuat diagnosis yang lebih cepat dan berdasarkan data yang tersedia, dengan tetap memprioritaskan etika dan keselamatan pasien,” ujar Setiaji, Selasa (31/12/2024).
Integrasi AI dalam Pelayanan Medis
Setiaji menekankan bahwa integrasi AI ke dalam layanan kesehatan harus dilakukan dengan hati-hati untuk memastikan bahwa teknologi ini meningkatkan kualitas pelayanan tanpa mengurangi pentingnya keahlian medis manusia.
Ia juga mengingatkan bahwa penelitian terkait AI sering dilakukan di lingkungan yang terkontrol, yang mungkin tidak mencerminkan kompleksitas kasus klinis sehari-hari, terutama di Indonesia. “Penilaian kritis terhadap akurasi dan metodologi AI dalam diagnostik medis sangat penting, termasuk memahami apakah data yang digunakan mewakili populasi secara umum,” tambahnya.
AI Sebagai Pendukung, Bukan Pengganti
Setiaji menegaskan bahwa AI, termasuk teknologi seperti Chat GPT, dapat menjadi sumber informasi awal yang bermanfaat, namun tidak dapat menggantikan evaluasi medis individual. “AI tidak dapat mempertimbangkan faktor-faktor unik seperti riwayat kesehatan, alergi, gaya hidup, dan lingkungan pasien yang hanya dapat dinilai melalui interaksi langsung dengan dokter,” jelasnya.
Diagnosis yang akurat sering kali membutuhkan pemeriksaan fisik, tes laboratorium, dan prosedur diagnostik lanjutan yang hanya dapat dilakukan oleh tenaga medis profesional.
Pesan untuk Masyarakat
Setiaji mengimbau masyarakat untuk menggunakan AI secara bijak sebagai alat informasi awal, bukan sebagai dasar diagnosis atau pengobatan. “Konsultasi langsung dengan dokter tetap diperlukan untuk memastikan penilaian kesehatan yang komprehensif serta pengobatan yang tepat,” pungkasnya.
Teknologi AI menawarkan peluang besar untuk mendukung sistem kesehatan, tetapi implementasinya harus tetap memprioritaskan keselamatan pasien dan melibatkan dokter sebagai pengambil keputusan utama dalam pelayanan kesehatan.