Pancasila Harus Diaplikasikan di Setiap Kebijakan

Abadikini.com, JAKARTA – Pakar komunikasi politik Antonius Benny Susetyo memandang perlu mengaplikasikan nilai-nilai luhur Pancasila di setiap kebijakan guna kemajuan bangsa dan negara.

“Kalau pemimpin memiliki roh Pancasila, dia akan mencintai rakyat dan memperhatikan kebijakan-kebijakan untuk rakyatnya,” ujar Benny dalam keterangan, Selasa (27/6/2023).

Menurut Benny, selain harus berjiwa Pancasila, seorang pemimpin harus memiliki jiwa kerahiman agar bertindak belas kasih, berkata dengan bijak, dan menjaga roh kesatuan bangsa.

“Kerahiman itu pula yang menuntun jiwa seorang yang kredibel dalam kasih dan yang bisa menunjukkan kasihnya kepada mereka yang miskin, tersisih, dan lemah,” ucapnya.

Benny menanggapi pantun seorang budayawan bernama Butet Kertaredjasa yang turut hadir dalam puncak perayaan Bulan Bung Karno di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, Sabtu (24/6).

Catatan Butet ini, menurut dia, mungkin menarik untuk dikaji secara mendasar karena apa yang dikatakan budayawan itu adalah keinginannya dalam demokrasi kepemimpinan ke depan itu jangan cari pemimpin yang transaksional, jangan cari pemimpin yang ada beban masa lalu, tetapi carilah pemimpin yang berani untuk bekerja bersama rakyat.

Bagi Benny, pantun Butet itu menunjukkan bagaimana yang bersangkutan membaca realitas politik terhadap apa yang akan dipilih oleh Jokowi.

“Butet meyakini bahwa jagoannya yang berambut putih secara simbolik akan di-endorse oleh Presiden Jokowi. Meskipun secara simbolik, Pak Jokowi tidak secara benderang meng-endorse salah satu calon presiden itu,” ujarnya.

Menurut Benny, pertarungan ruang publik antara panggung belakang dan panggung depan perpolitikan saat ini adalah pertarungan perebutan wacana simbol. Simbol dikatakan sangat penting dalam mempengaruhi keputusan politik yang akan diambil.

Benny mencontohkan simbol pertemuan para partai-partai yang hadir bersama memperingati ulang tahun PDI Perjuangan. Itu mengisyaratkan memang akan ada kejutan-kejutan di dalam politik karena dalam politik yang seperti sekarang ini tidak ada kekuatan politik yang dominan.

Ia berpandangan kualitas politik Indonesia saat ini tidak bisa dominasi satu partai, tetapi membutuhkan kerja sama antarpartai untuk berbagi kekuasaan.

Sharing kekuasaan itulah yang sebenarnya saat ini terjadi sehingga dalam berbulan-bulan ini akan ada perebutan simbol-simbol. Yang direbutkan adalah simbolnya Pak Jokowi,” ujarnya.

Baca Juga

Berita Terkait
Close
Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker