Arab Saudi akan Mengurangi Produksi Minyak pada Juli 2023

Abadikini.com, JAKARTA – Arab Saudi berencana memangkas produksi minyak mentah sebesar satu juta barel per hari (bph) mulai Juli untuk mengatasi masalah ekonomi makro yang telah menekan pasar. Hal ini menjadikan harga minyak naik sebesar kurang lebih 1 dolar AS (Rp15.000) per barel.

Minyak mentah berjangka Brent LCOc1 naik sebesar 2,3 persen atau 1,72 dolar AS (Rp25.500) pada Senin, 5 Juni 2023 pukul 16.00 WIB menjadi 77,85 dolar AS (Rp1,15 juta) setelah mencapai level tertinggi 78,73 dolar AS (Rp1,16 juta).

Minyak mentah West Texas Intermediate A.S. berjenis CLc1 naik 2,4 persen atau 1,72 dolar AS (Rp25.500) menjadi 73,46 dolar AS (Rp1,09 juta) setelah mencapai level tertinggi 75,06 dolar AS (Rp1,11 juta).

Kedua kontrak tersebut memperpanjang kenaikan hingga lebih dari 2 persen pada Jumat setelah Kementerian Energi Arab Saudi mengatakan bahwa produksi akan diturunkan dari 10 juta barel per hari menjadi 9 juta barel per hari pada Juli.

Pemangkasan sukarela ini merupakan bagian dari kesepakatan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan para sekutunya, termasuk Rusia, untuk membatasi suplai sampai tahun 2024 dengan tujuan meningkatkan harga minyak yang menurun.

Pemangkasan produksi OPEC menyuplai sekitar 40 persen minyak mentah dunia dan telah memangkas target produksinya sebesar 3,66 juta barel per hari, atau sebesar 3,6 persen dari permintaan global.

“Arab Saudi lebih tegas daripada kebanyakan anggota lainnya dalam hal memastikan harga minyak di atas 80 dolar AS (Rp1,18 juta) per barel yang diperlukan untuk menyeimbangkan anggaran fiskalnya tahun ini,” kata Suvro Sarkar, pemimpin tim sektor energi di DBS Bank dikutip dari Al Jazeera, Ahad (11/6/2023).

“Arab Saudi mungkin akan terus melakukan upaya-upaya untuk menjaga harga minyak tetap tinggi dan memperhitungkan langkah pencegahan untuk memastikan hal-hal yang berpotensi mempengaruhi permintaan dapat ditiadakan,” ujarnya lagi.

Konsultan Rystad Energy mengatakan bahwa potongan tambahan Arab Saudi kemungkinan akan menambah defisit pasar menjadi lebih dari 3 juta bph pada Juli dan dapat memicu kenaikan harga beberapa minggu ke depan.

Analis Goldman Sachs mengatakan pertemuan tersebut cukup optimistis untuk pasar minyak dan dapat meningkatkan harga Brent antara 1-6 dolar AS per barel pada Desember 2023, tergantung pada berapa lama Arab Saudi mempertahankan jumlah produksinya selama enam bulan mendatang.

“Dampak pasar mungkin lebih rendah karena penarikan persediaan membutuhkan waktu, dan pasar kemungkinan telah mempersiapkan pemangkasan ini,” kata Sachs menambahkan.

Akan tetapi, beberapa negara dari rencana OPEC ini akan memiliki dampak yang kecil karena target yang lebih rendah untuk mereka (Rusia, Nigeria, dan Angola) dan membuat tingkat produksi aktual yang sesuai dengan sebelumnya.

Sebaliknya, Uni Emirat Arab diizinkan untuk menaikkan target produksi sebesar 200 ribu bph menjadi 3,22 juta bph untuk menyesuaikan dengan kapasitas produksinya.

Baca Juga

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker