Upaya Solutif Mengatasi Masalah Kesehatan Reproduksi Ibu, Bayi Baru Lahir, Anak dan Remaja

Abadikini.com, BANTAENG – Pencapaian berbagai indikator pelayanan kesehatan telah menunjukkan peningkatan dalam dekade terakhir, terlihat dari tingginya cakupan Nasional untuk beberapa indikator program pelayanan kesehatan, seperti pelayanan antenatal minimal enam kali sebesar 100%, persalinan oleh tenaga kesehatan sebesar 100% dan persalinan di fasilitas kesehatan sebesar 100% di tahun 2024.

Lalu bagaimana dengan isu kesehatan reproduksi, ibu, bayi baru lahir, anak dan remaja. Untuk mengulik lebih dalam isu kesehatan tersebut, tim Deteks Info telah melakukan wawancara ekslusif bersama, Iwan Setiawan, mahasiswa Program Doktoral Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin Makassar.

Menurut Iwan Setiawan, ada 5 permasalahan utama yang butuh telaahan penting untuk ditemukan solusinya ketika kita berbicara tentang kesehatan reproduksi, ibu, bayi baru lahir, anak dan remaja.

Pertama, belum optimalnya kinerja kesehatan. Hal ini terkait sistem pelayanan kesehatan yang belum sepenuhnya berkesinambungan yang berkontribusi pada rendahnya kesehatan ibu, bayi baru lahir, anak dan remaja di Indonesia. Kehabisan stok obat juga masih menjadi tantangan dan kebanyakan disebabkan oleh pengadaan obat di tingkat kabupaten yang belum optimal.

Kedua, kebutuhan untuk mengatasi hambatan finansial.  Berbagai kendala masih ditemui dalam hal pemanfaatan skema yang ada karena ketidaktahuan peserta maupun petugas kesehatan mengenai hak peserta maupun dalam hal regulasi terkait BPJS. Secara teori paket manfaat yang diberikan oleh JKN cukup komprehensif, namun belum seluruh masyarakat terdaftar sebagai peserta JKN, sehingga pelaksanaan JKN memberikan peluang untuk mengatasi hambatan finansial dalam akses ke pelayanan kesehatan.

Ketiga, adanya disparitas permasalahan kesehatan menurut wilayah, faktor sosio-demografis maupun kebutuhan kelompok masyarakat yang terabaikan. Kebutuhan yang tidak terpenuhi di antara kelompok masyarakat, misalnya terbatasnya akses ke pelayanan kesehatan reproduksi bagi remaja.

Keempat, tidak terintegrasinya indikator gizi dan KB dalam Standar Pelayanan Minimal bidang kesehatan, sementara peran sektor kesehatan dalam penyediaan pelayanan serta promosi gizi dan KB sangat besar. Pada saat ini berbagai masalah gizi dan KB masih terus menjadi masalah besar yang belum tertangani secara memadai.

Kelima, faktor sosio-budaya dan lingkungan terhadap akses ke pelayanan kesehatan. Pengaruh budaya dimana perempuan cenderung menyembunyikan kehamilannya karena berbagai alasan, akibatnya  mereka terlambat mencari pelayanan antenatal. Selain itu, masih ada pandangan bahwa kehamilan merupakan hal yang normal, sehingga tidak perlu memeriksakan diri secara khusus dan rutin.

Selain itu, kita juga membutuhkan rekomendasi yang lebih startegis sebagai solusi yang efektif untuk mengatasi masalah tersebut.

Satu, Cakupan universal kesehatan ibu, bayi dan balita. Melakukan upaya mengurangi disparitas cakupan melalui pemetaan untuk perencanaan pelayanan, penghitungan logistik; pengaturan tenaga kesehatan; dan pemantauan dalam rangka peningkatan cakupan universal pelayanan kesehatan ibu, bayi dan balita yang berkualitas.

Dua, Pelayanan terintegrasi dan berkesinambungan. Menjamin dan memastikan terjadinya kesinambungan dan integrasi pelayanan kesehatan reproduksi, ibu, bayi dan anak dengan program lainnya seperti pelayanan KB, pencegahan penyakit menular (IMS/HIV, malaria, hepatitis B) serta penyakit tidak menular, yang disertai dengan upaya meningkatkan kualitas pelayanan.

Tiga. Penguatan regulasi, kelembagaan dan tata kelola. Memastikan adanya dukungan perundangan yang efektif dalam penyelenggaraan program termasuk melakukan identifikasi dan revisi atas regulasi dan kebijakan yang  menghambat pelaksanaan program dalam rangka menguatkan regulasi, kelembagaan dan tata kelola dalam program kesehatan ibu, bayi, anak, remaja, KB dan kesehatan reproduksi dengan.

Empat, Kerjasama lintas-sektor dan semua stakeholder termasuk masyarakat. Meningkatkan kolaborasi lintas-sektor dan para pihak terkait sebagai upaya peningkatan status kesehatan ibu, bayi, anak melalui pelibatan dalam proses perencanaan program. Mengupayakan partisipasi pihak terkait lainnya untuk peningkatan sumber daya dan dukungan program sebagai upaya kegiatan advokasi yang sistematis dan efektif untuk  mengupayakan partisipasi pihak.

Lima, Peningkatan sistem informasi. Upaya peningkatan surveilans pencatatan kematian atau memperluas sistem pencatatan sipil dan statistik vital untuk memantau kemajuan program dalam rangka meningkatkan penyediaan data yang akurat dan tepat waktu untuk program kesehatan ibu, bayi, anak  dan remaja serta memperkuat pemanfaatan data untuk program. Hal lainnya, melakukan peningkatan kualitas, kelengkapan dan validitas data rutin serta meningkatkan sinergitas data dengan sektor terkait lain untuk optimalisasi pemanfaatan data.

Enam, Program komprehensif kesehatan remaja melibatkan sektor terkait. Upaya pengembangan program komprehensif untuk mengatasi kebutuhan kesehatan remaja dan isu kesehatan reproduksi yang masih terabaikan lainnya dengan berbagai sektor terkait. Revisi  kebijakan yang berdampak merugikan kesehatan serta mengembangkan strategi pelayanan kesehatan reproduksi remaja yang efektif yang dilaksanakan secara bertahap dari wilayah dengan angka fertilitas remaja tinggi yang disertai dengan segmentasi sasaran intervensi berdasarkan profil remaja penting dipastikan.

Di akhir wawancara Iwan Setiawan mengingatkan agar berperan aktif melakukan edukasi. Dia mengatakan yang paling penting adalah bagaimana kita berperan aktif dalam menyampaikan pesan edukatif terkait pentingnya kesehatan reproduksi, ibu, bayi baru lahir, anak dan remaja kepada orang-orang disekeliling kita.

Baca Juga

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker