Politik Jalanan Umbar Tuduhan

Mereka sebagian kader bergejolak tak bisa menerima keputusan kongres, karena dianggap tak demokratis. Mereka yang kecewa karena wadah aspirasi politik yang sejatinya jadi proverti publik telah menjalma menjadi kekuatan oligarkis, nepotis dan cenderung despotik.

Karena itu mereka kubu yang berontak mencari figur, mencari celah bagaimana melawan. Tak ingin membiarkan ruang publik politis ini mengerucut jadi tempat arisan keluarga untuk mencari pamor apalagi cuan.

Singkatnya, mereka berontak dengan segala cara, KLB Deli Serdang dihelat, meski lalu gagal setelah pemerintah yang mulanya dituduh sebagai dalang malah mengesahkan kubu AHY.

Meski kalah, rupanya mereka belum menyerah. Perjuangan belum usai. Bertemulah mereka dengan begawan hukum, dia adalah Yusril Ihza Mahendra. Singkat kata Yusril akhirnya mau jadi pembela mereka. Tapi seperti biasa, baru saja Yusril melemparkan sejumlah poin yang disoal ke Mahkamah Agung, mereka kubu AHY langsung kebakaran jenggot.

SBY mulai terlihat was-was, bawahannya panik, hingga serang pribadi pun dilancarkan bertubi-tubi. Sementara tuduhan muatan AD/ART yang tengah disoal karena sarat oligarki tak pernah mereka gubris.

Kumpulan label terus berseliweran, hingga akhirnya satu persatu tabir terkuak.

Tingkah jurus mabuk karena sikap paranoid itu kemudian membuat mereka kehilangan akal. Sehingga sang petinggi pun merasa perlu menggelar jumpa pers dengan naskah cerpen yang sudah disiapkan.

Dan celakanya, karena semua berbasis curhatan, ceritanya terus berulang. Tak ada yang baru, tak ada argumen baru yang kokoh untuk menukik lawan yang tengah menempuh jalur konstitusional. Lagi-lagi tuduhan pun menumpuk dengan segala label.

Pada akhirnya parade pernyataan politik tanpa landasan pikiran ini pun hanya jadi cerita akhir pekan yang tak terlalu berkesan. Menjadi bagian dari politik oligarkis memang hanya akan menawan kader sebagai bangsawan usul bukan melahirkan bangsawan pikiran.

Namanya juga bangsawan usul, paling bisa berseloroh di jalanan, kalau menempuh jalur resmi sesuai aturan pasti gelagapan.

Selamat makan siang.
Oleh: Semuel Mink, Penekun Budaya dan Politik

Laman sebelumnya 1 2

Baca Juga

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker