Dakwah Menyenangkan Lewat Film Lorong Waktu Ala Deddy Mizwar

Abadikini.com, JAKARTA – Film hasil karya artis senior Deddy Mizwar Lorong Waktu, film ini pernah menjadi primadona tontonan di bulan Ramadhan. Kisah jenaka bermoral tersebut selama 6 musim tayang di televisi swasta nasional jelang waktu berbuka puasa.

Tiga peran sentral dalam sinetron tersebut adalah Zidan (Jourast Jordy), Ustaz Addin (Adjie Pangestu, Dicky Chandra, dan Hefri Olifian), serta Pak Haji Husin (Deddy Mizwar).

Selain berakting sebagai Pak Haji, Deddy Mizwar juga merupakan orang di balik produksi dan konsep kreatif Lorong Waktu. Di sana, ia berperan sebagai produser dan terkadang sutradara.

Jumat 9 April lalu, CNNInonesia.com berkesempatan berbincang kembali tentang sinetron Lorong Waktu bersama Deddy Mizwar. Banyak yang ia sampaikan, termasuk asal muasal inspirasi Lorong Waktu.

Dari mana inspirasi Lorong Waktu?

Isra Mi’raj diyakini orang tetapi sangat sulit dicerna, bahkan beberapa sahabat kala itu tidak percaya Nabi melakukan Isra Mi’raj.

Sekarang sudah terbukti, enggak usah pakai bismillah dari Mekkah ke Masjidil Aqsa naik supersonic cuma lima menit tidak sampai. Itu enggak ada yang aneh. Kalau berbicara ke Sidratul Muntaha kita enggak bisa.

Terinspirasi dari sana, kami buat cerita itu bisa bercerita tentang berbagai hal. Kita bisa bercerita tentang Malin Kundang dan Pangeran Diponegoro dari perspektif kita. Apa yang ingin kita sampaikan pada masyarakat.

Kenapa konsep perjalanan waktu?

Kalau berpikir pada waktu itu kita sulit bicara teknolog, kita enggak mampu, makanya saya ambil basis peristiwa tadi di masjid. Jadi dalam perspektif Islam kita itu menciptakan peradaban baru.

Kan bisa saja di rumah seorang profesor misalnya, tetapi ini seorang ustad ‘gila’ yang mengulik. Kemudian ada juga anak kecil, ada tiga generasi. Pak Haji yang ngomel mulu ingetin, Ustad Addin yang meneliti, dan anak kecil yang berpetualang.

Apakah Lorong Waktu jadi sarana dakwah?

(Dakwah) harus disampaikan dengan gembira dan menyenangkan, bukan menakutkan. Bagaimana ceritanya kalau agama disampaikan dengan menakutkan, apalagi ditonton anak-anak kecil. Kalau gembira semua kalangan suka.

Oleh karena itu ada tiga generasi dalam sinetron itu, dari yang tua sampai yang kecil. Tayangan itu betul-betul untuk keluarga, jadi harus disampaikan dengan cara yang ringan dan menyenangkan.

Bagaimana cara membangun cerita Lorong Waktu selama 6 musim?

Setiap proses kreatif harus ada yang baru dan unik, kalau enggak ya tidak ada daya tarik sebagai unsur tontonan. (Komputer upgrade lebih canggih) Itu artinya ada peradaban teknologi yang terus tumbuh dan berkembang dan itu harus diantisipasi oleh umat islam, jangan tertinggal.

Pernah kehabisan ide?

Enggak pernah sama sekali, karena kami selalu duduk bareng dan diskusi. Kalau ada yang bagus kita dukung, kalau lagu mentok saling kasih ide, dan siapa pun bisa. Beberapa orang yang paham agama seperti ustaz juga kami undang untuk diskusi.

Yang berkesan saat syuting Lorong Waktu?

Kalau soal Jordy sebagai pemain, kita harus liat kondisi. Kalau sudah malam ngantuk ya sudah jangan dipaksa. Dia datang siang setelah sekolah, jam 8-9 mulai ngantuk tapi kadang enggak juga.

Bertemu Jordy (pemeran ‘Zidan’) di ajang Abang None Cilik. Bagaimana Anda melihat dia?

Dia kan tampil di sana ada tanya jawab, jawabannya bagus celetak celetuk, berani dan percaya diri. Ini bakat, salah satu keunggulan dibandingkan anak-anak lain.

Setelah itu kami panggil ke kantor, kami tes ternyata haflannya luas biasa bagus. Dia belum bisa baca, jadi kami bacakan naskah lalu meminta dia untuk mengulang, dia bisa dan cepat.

Dia kan juga gemes, susah untuk dapet yang seperti itu. Kadang ada yang gemes juga tapi susah (akting dan dialog), nah anak ini komplit.

Sulit kah mengarahkan Jordy berakting?

Enggak sulit, karena punya kecerdasan dan memang menurut saya cukup langka. Dia bercanda dengan kru kalau di lokasi, hiperaktif anaknya. Saya sampai lupa namanya, kadang suka lupa nama asli, manggilnya Zidan.

Lorong Waktu sangat laku pada masa-nya. Apa yang Anda rasa?

Saya ada keyakinan bahwa keluarga Muslim Indonesia butuh tayangan yang bagus, saya sangat yakin. Bikin yang bagus, itu saja.

Ada yang mualaf karena nonton Lorong Waktu. Bagaimana rasanya?

Saya senang, artinya sekarang saya harus menangis, hidup saya bermanfaat. Karena kalau mereka berbuat baik kita dapat pahala yang mengalir terus. Kan itu sudah, beres itu, mati, semua kita tinggalin. Selesai kan kalau sudah habis waktunya.

Lorong Waktu selesai karena ‘Zidan’ sudah besar?

Susah memang, kami pernah coba ada karakter cilik tambahan tapi tetap enggak dapet, enggak lucu. Zidan juga udah terlalu gede, kalau dia protes ke Haji Husin jadinya malah kurang ajar sama orang tua.

 

Sumber: CNNIndonesia

Baca Juga

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker