Korban Meninggal Akibat COVID-19 Melebihi 300 Ribu Jiwa di Dunia, AS Peringkat Pertama

Abadikini.com, JAKARTA – Korban meninggal dunia akibat wabah Pandemik virus corona (COVID-19) sejak kemunculan di Kota Wuhan, China Desember 2019 lalu kini kembali melewati tonggak kelabu setelah korban jiwa melewati angka 300.000 pada Kamis (14/5/2020), menurut data Johns Hopkins University, seperti dikutip dari CNN.

Sementara itu, lebih dari 4,4 juta penduduk dunia juga terpapar positif terinfeksi virus COVID-19. Pasalnya, hampir di setiap negara miliki cara yang berbeda dalam menghitung kasus positif dan korban jiwa, hampir bisa dipastikan angka yang sebenarnya jauh lebih tinggi lagi dari data yang dimiliki Johns Hopkins University.

Perekonomian dunia seperti berhenti akibat wabah COVID-19, dan banyak negara baru akan mulai melonggarkan pembatasan sosial yang telah melumpuhkan perekonomian mereka. Negara-negara adidaya seperti Amerika Serikat dan Inggris sampai kini masih sangat kewalahan menghadapi wabah COVID-19 ini.

Sementara negara-negara yang dinilai sudah lolos dari masa terburuk, seperti Korea Selatan dan Tiongkok, menyadari bahwa masih jauh jalan yang harus ditempuh sebelum kembali ke situasi normal seperti sedia kala.

Tiongkok mengisolasi kota Shulan di dekat perbatasan dengan Rusia, sementara Korsel melaporkan klaster penularan baru di Seoul.

Dikhawatirkan wabah gelombang kedua akan tiba di Korsel, sehingga Presiden Moon Jae-in mengeluarkan peringatan yang harus didengar seluruh dunia: “Ini belum berlalu, sampai benar-benar berlalu.”

Lebih dari seperempat jumlah korban jiwa global terjadi di Amerika Serikat, di mana wabah ini telah menewaskan sedikitnya 85.000 orang. Angka kematian di AS melesat sejak April dan setelah itu setiap hari terdapat sekitar 1.500 korban jiwa.

Namun demikian, banyak negara bagian di AS justru berencana untuk membuka kembali perekonomian dan melonggarkan pembatasan. Diperkirakan sampai Agustus nanti, korban jiwa di AS di perkirakan akan mencapai 147.000 orang.

Sedangkan, sejumlah negara di Amerika Latin juga melaporkan lonjakan kasus dan kematian beberapa hari belakangan ini.

Brasil contohnya, di mana Presiden Jair Bolsonaro berulangkali membuat pernyataan meremehkan wabah ini, sekarang mencatat lebih dari 13.000 korban jiwa. Di Meksiko, sudah lebih dari 4.000 orang meninggal karena penyakit ini.

Eropa yang menjadi benua terdampak paling parah sudah mulai melaporkan perkembangan positif. Angka kematian harian di Spanyol dan Italia sudah turun ke angka ratusan, jauh di bawah tingkat kematian pada Maret dan awal April lalu.

Namun prospek suram masih dihadapi Inggris, yang sekarang menjadi episentrum wabah di Eropa. Inggris menempati peringkat kedua jumlah kematian global akibat wabah COVID-19.

Lima besar kematian akibat COVID-19 sampai dengan 14 Mei 2020 menurut data Johns Hopkins University.
Amerika Serikat lebih dari 85.000,
Inggris 33.614, Italia 31.368,
Prancis 27.425, Spanyol lebih dari 27.300

Baca Juga

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker