Inilah Durian Si Gundul, Durian Misterius dari Lombok

Abadikini.com, MATARAM – Setelah 12 tahun menunggu, akhirnya pohon durian “Si gundul” berbuah. Dari puluhan pohon yang pernah ditanam, hanya satu yang berbuah. Ia ada di halaman belakang Kantor Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Pertanian (BPSBP) Dinas Pertanian Nusa Tenggara Barat (NTB).

“Alhamdulillah, saya lega. Tidak dibilang hoax lagi,’’ kata Maisin, Kasubag Tata Usaha BPSBP Dinas Pertanian NTB dilansir dari Mongabay, Minggu (15/12/19).

Saat Maisin mengajak Mongabay ke lokasi pohon berbuah, dia mewanti-wanti tak boleh memanjat dan tak boleh memegang buah durian. Hanya boleh melihat dan mengambil gambar.

Maisin tak ingin buah durian yang ditanam 2007 itu stres dan berakhir gagal panen. Maisin ingin melihat kembali daging durian yang terakhir kali dia lihat awal Februari 2007.

Maisin, adalah satu di antara tim oberservasi durian tak berduri itu. Awal 2007, warga di Dusun Trenggaluh, Desa Batu Mekar, Kecamatan Lingsar, Lombok Barat, melaporkan temuan aneh. Salah satu kebun warga ada durian gundul.

Awalnya, mengira sukun tetapi ada di pohon durian. Setelah dibuka ternyata benar durian. Saat itu berbagai pihak mendatangi kebun itu.

Maisin, satu di antara tim observasi awal 2007 yang mengidentifikasi durian Si Gundul. Layaknya seorang anak, pohon durian ini dirawat dengan baik. Maisin melarang memanjat pohon ini, termasuk juga menyentuh buah durian ini. Foto: Fathul Rakhman/Mongabay Indonesia

Ada Mashur dari Dinas Pertanian NTB, Abdullah A. Karim, Harapan Makbul, Sukimin, Wardi, Maisin, Soedjarwo, Haerudin (BPSBTPH NTB), Mohammad Reza Tirtawinata (PT. Unggul Mekarsari), Rahmat Agus Hidayat, I Nengah Sugiartha (Dinas Pertanian, Peternakan Kabupaten Lombok Barat). Juga, Kamarudin (Kepala Desa Batu Mekar), M. Taupik (tokoh Masyarakat), I Wayan Mukarsa (PBT Lombok Barat), dan Rumaat, tokoh Desa Batu Mekar.

Pohon itu tertimpa dadap (randu). Persis membelah pohon durian dengan ketinggian 12 meter lebih. Buah lebat. Sebagian ada yang berduri, sebagian besar gundul. Dengan kamera, Maisin mengambil gambar durian itu. Foto-foto itulah yang beredar.

Saat Mongabay menujukkan foto yang beredar di internet, Maisin memastikan itu fotonya. Saat mengambil foto itu, alas tempat menaruh durian itu adalah map. Maisin masih ingat, durian saat itu 20 buah.

Setelah pengamatan selama empat bulan, tim ini membuat deskripsi varietas. Pada 22 April 2018, secara resmi Kementerian Pertanian mengeluarkan surat keputusan 440/Kpts/SR.120/4/2008 tentang deskripsi durian varietas Si Gundul.

“Nama Si Gundul, akhirnya dipakai karena tidak ada duri,’’ kata Maisin.

Beberapa buah di pohon yang sama ada yang berduri. Hal ini masih menjadi misteri, karena beberapa buah lain, di dalam satu dahan gundul. Foto: Fathul Rakhman/Mongabay Indonesia

Pada 2007, Dinas Pertanian NTB dan Dinas Pertanian dan Peternakan Lombok Barat, memperbanyak durian gundul dengan teknik okulasi. Untuk batang bawah dipilih jenis durian kuat dan lebih tahan penyakit.

Saat itu, katanya, sekitar 50 batang okulasi. Dari PT Unggul Mekarsari juga membawa bahan untuk penyambungan. Mekarsari itu, katanya, adalah kebun penangkaran berbagai varietas dari seluruh Indonesia.

Dinas Pertanian NTB berharap, durian Si Gundul bisa berkembangbiak di tempat lain, termasuk menanam di pekarangan rumah dan kebun warga.

“Beberapa yang disebar dulu itu saya belum dapat laporan ada yang berbuah. Empat tahun lalu ada yang berbunga, tapi gugur semua saat kena hujan,’’ katanya.

Setiap tahun, saat musim durian, Maisin memantau pohon yang ditanam di belakang kantor itu. Ibarat anak kesayangan, tanaman itu dirawat baik. Sejak Si Gundul diperkenalkan, banyak yang bertanya.

Kalau ada kunjungan pejabat dari pusat, selalu menanyakan durian Si Gundul. Tak semua jawaban memuaskan. Mereka tidak pernah melihat buah durian itu. Maisin pun tidak memiliki banyak dokumentasi. Ketika kali pertama durian Si Gundul berbunga, Maisin senang luar biasa. Dia mengabarkan ke tim yang pernah observasi dulu.

Dia mengabarkan ke teman sejawat. Maisin khawatir, jangan sampai bunga itu rontok. Beberapa bunga tampak akan berhasil jadi buah.

Hati Maisin berbunga. Buah durian itu benar-benar gundul. Warna kulit kecoklatan, semua gundul. Kalau ada duri, hanya sedikit. Bisa dihitung dengan jari. Tidak sepanjang dan setajam duri durian lain.

Sayangnya ketika hujan, seluruh buah durian itu rontok. Harapan Maisin pupus. Hingga musim durian 2019, Maisin kembali melihat salah satu pohon berbunga. Ketika hujan turun, sebagian bunga rontok. Maisin cemas.

Kecemasan berkurang ketika sebagian bunga itu jadi buah dan membesar. Terlihat jelas, Si Gundul telah lahir kembali.

“Buah yang jadi sekarang ini sekitar 2% dari bunganya,’’ katanya.

Maisin menunjukkan buah yang rontok. Buah ini disimpan dan akan diberikan kepada peneliti yang mau meneliti penyebab durian ini tidak berduri. Foto: Fathul Rakhman/Mongabay Indonesia

 

Masih misteri

Satu-satunya pohon yang berbuah saat ini ketinggian sekitar 6,5 meter. Hasil pengamatan Maisin, kegagalan bunga jadi buah lantaran antara jantan dan betina bunga itu terlalu jauh kalau dibandingkan durian varietas lain. Kondisi ini mempersulit penyatuan. Bunga gagal jadi buah.

Maisin pernah mencoba pakai perantara lebah. Saat itu, di sekitar pohon durian dipelihara lebah trigona. Harapannya, lebah itu membantu proses penyerbukan. Lagi-lagi gagal. Ada keinginan mencoba cara lain, tetapi Maisin tidak ingin mengambil risiko.

“Mungkin nanti para ahli, para pemulia tanaman yang bisa menemukan cara agar penyatuan jantan dan betina ini bisa berhasil,’’ katanya.

Selain posisi jantan dan betina cukup jauh, kulit Si Gundul lebih tipis. Kulit makin besar makin tipis hingga .menyebabkan Si Gundul mudah pecah. Kondisi ini, katanya, memengaruhi kesehatan buah. Beberapa durian yang sudah jadi mulai rontok.

Maisin menyimpan semua buah yang rontok itu. Ibarat barang berharga, buah durian rontok itu disimpan khusus di dalam meja kerjanya.

Durian gundul ini masih menjadi misteri. Setelah pohon indukan pertama yang berbuah dulu, Maisin belum pernah mendengar lagi ada berbuah. Beberapa pengembangbiakan warga juga belum ada laporan berbuah. Kalau ada durian Si Gundul yang jadi dan beredar, Maisin memastikan pasti akan menjadi viral.

Setiap musim durian, Maisin selalu memasang kuping lebih tajam. Dia mencari informasi kalau ada laporan durian Gundul.

Saat observasi awal pohon indukan pertama, Si Gundul sama seperti durian umumnya. Hanya daun sedikit lebih kecil dan lebih menunduk. Selain itu, daging Si Gundul lebih tipis dan rasa manis.

Beberapa peneliti pernah datang ke kantor Maisin, ingin meneliti Si Gundul. Hingga kini, penyebab durian tak memiliki duri masih misteri.

Sayangnya, ketika peneliti-peneliti itu datang setiap musim durian, belum pernah ada yang jadi buah jadi tak ada yang bisa jadi sampel penelitian. Untuk itulah, ketika tahun ini ada buah rontok, Maisin menyimpan sebagai contoh.

“Kalau ada peneliti datang bisa meneliti. Harapan kami agar bisa diketahui kenapa durian ini bisa gundul.”

Dinas Pertanian NTB juga berkepentingan misteri Si Gundul ini terpecahkan dan akan menjawab rasa penasaran selama 12 tahun.

Dinas Pertanian juga menyebar bibit Si Gundul melalui teknik okulasi. Kalau ada buah yang sukses sampai matang, Dinas Pertanian, sudah menyiapkan media tanam terbaik untuk biji durian itu. “Hingga nanti bisa menyebar luas ke tengah masyarakat.”

Muhammad Sarjan, Guru Besar Fakultas Pertanian Universitas Mataram masih penasaran dengan Si Gundul. Dia menanam hasil okulasi di kebunnya. Kalau berbunga dan berbuah, Sarjan ingin meneliti. Sayangnya, pohon yang dia tanam sejak empat tahun silam tak kunjung berbunga.

Dia tidak bisa menduga penyebab durian di Mekar Sari itu gundul. Saat penemuan pohon indukan, hanya satu batang yang berbuah gundul. Kalau penyebab gundul ditemukan, pemerintah bisa mengambil kebijakan, baik akan mengembangbiakkan, atau justru hanya mempertahankan yang ada saat ini.

“Kalau sifat gundul ini karena genetis, kita akan produksi secara massal secara kultur jaringan. Jika karena penyimpangan akan percuma,’’ katanya.

Sumber Berita
Mongabay

Baca Juga

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker