Nitri, Pengawal Soekarno yang Ogah Jadi Ajudan Tien Soeharto

Abadikini.com – Di rumah sederhana milik Ni Luh Putu Sugianitri, terpajang beberapa foto Presiden Pertama Indonesia Soekarno. Di antara sekian banyak foto Bung Karno, ada satu yang menarik. Yaitu foto Nitri mengenakan kebaya bersama Bung Karno. Di foto tersebut, Bung Karno mengenakan kopiah berpose duduk santai sambil tersenyum.

“Nitri di belakangku berdiri, bikin foto. Aku sekarang pakai baju ini, besok sudah tidak boleh lagi,” kata Ni Luh Putu Sugianitri menirukan perkataan Bung Karno saat mengajaknya berfoto di Istana Merdeka.

Nitri kini berusia 71 tahun. Dia semangat menceritakan fotonya bersama Bung Karno. Saat itu Ni Luh Putu menjadi ajudan Bung Karno di Istana. Dia akrab disapa Nitri oleh Bung Karno saat menyiapkan segalah keperluan di istana.

Nitri. Foto: Merdeka

Nitri adalah wanita kelahiran Denpasar, Bali, saat ditemui di rumah kontrakannya di Jalan Drupadi, Denpasar, dia menceritakan selama setahun menjadi ajudan Bung Karno.

“Saya tidak menyangka kalau foto itu menjadi saksi hidup, kalau saya pernah jadi ajudan beliau (Bung Karno),” kata Nitri membuka perbincangan dengan merdeka.com, Kamis (16/8) lalu, yang dilansir Abadikini.

Nitri menceritakan awal dia bisa menjadi ajudan Bung Karno. Saat itu dia masih berumur 16 tahun baru lulus SMP. Kemudian ia mendengar pengumuman pendaftaran Polisi Wanita (Polwan) sekitar 40 orang. Dia lantas mendaftar dan lulus.

“Saya cuman tamat SMP dan mengikuti polisi wanita di Sukabumi (Jawa Barat). Mendaftarnya dari Bali tahun 1964 dan mencuri umur 2 tahun. Karena waktu itu belum umur 18 baru 16 tahun dan mengakunya baru 18,” ucapnya sambil tersenyum.

“Yang ikut testing di Bali 55 (calon Polwan) dan jatah hanya lima dan yang lulus empat dan semua anak polisi. Zaman dulu kan tidak ada sogok menyogok jadi kekeluargaan. Omnya polisi, ponakannya jadi polisi, bapaknya polisi (anaknya jadi polisi) dan kebanyakan begitu. Nah cuma saya bekingnya tidak polisi saja, ada yang kasihan jadi bisa masuk dan testing lulus. Saya ke Sukabumi pendidikan satu tahun,” jelasnya.

Setelah tamat mengikuti pendidikan polisi di Sukabumi, Nitri menjelaskan bahwa Polwan harus kembali ke daerah masing-masing. Dan saat itu semua Polwan mengambil keputusan untuk balik ke daerah. Namun Nitri dipertahankan di Sukabumi dan tidak boleh kembali ke Bali. Dia sering diminta tampil menari di acara-acara resmi Kepresidenan.

Nitri. Foto: Merdeka

“Sekolah angkatan Kepolisian itu punya satu perangkat alat gamelan Bali. Polisi Bali banyak, penari tidak ada. Saya jadi penarinya,” ujarnya.

Setelah itu ia menuturkan, pengawal Bung Karno yang bernama Cakra Birawa dibubarkan dan diganti pengawal Kepolisian dan Nitri dipilih menjadi pengawal atau ajudan anak-anak Bung Karno. Seiring berjalannya waktu, Nitri menjadi ajudan Bung Karno.

Nitri mengaku sebagai ajudan, hanya sebagai tukang beli kue, makanan yang disenangi Bung Karno. “Saya menjadi tukang belikan kue dan tukang menyediakan minum beliau,” ungkap wanita asal Desa Babatan, Penebel, Tabanan, Bali ini.

Nitri juga mengingat kue kesukaan Bung Karno adalah lemper dan hunkwe. “Cari itu di Cikini lempernya itu harus lemper dibungkus pakai daun pisang muda, isinya itu lemper ketan yang dalamnya opor ayam yang disuwir-suwir. Terus hunkwe harus carinya di Pencenongan, tepung kue yang tidak boleh dikasih warna, pisangnya, pisang kepo. Itu kalau kita ganti dengan tempat lain belinya, beliau tahu,” ujarnya.

“Kalau sarapan pagi cuman nasi putih sedikit, terus telur ayam kampung dua biji direbus (ditambah) kecap manis dari Blitar (Jawa Timur) itu saja, dan beliau tidak pernah sakit setahu saya,” sambungnya.

Nitri juga menjelaskan, dia menjadi ajudan Bung Karno setelah tragedi tanggal 30 September atau 30S PKI.

“Saya menemani beliau, pas saya jadi polisi setelah 30S. Jadi saya menemani saat sudah tidak jadi Presiden, sudah tidak boleh ke mana-mana, beliau mau bicara politik mau bicara apa saja, saya tidak mengerti tidak ada yang diajak bicara tidak boleh mengudang tamu tidak boleh,” ujarnya.

“Waktu diberhentikan menjadi Presiden tidak ada kegiatan, beliau kan tetap ada di Istana tidak boleh ke mana-mana. Saya tinggal di Istana Merdeka dan di situ polisi wanita ada lima. Saya saja yang mengawal Bung Karno di Istana Merdeka,” tambahnya.

Nitri juga menjelaskan, bahwa saat itu Bung Karno ditahan di Istana dan tidak boleh ke mana-mana dan tidak boleh menerima tamu. Namun dari pengakuan Nitri, hanya ada satu tamu yang boleh menemuinya yakni tamu itu bernama Dasaad (konglomerat di masanya).

“Kegiatan beliau tidak ada, cuman diam saja dan terima tamu tidak boleh. Yang boleh temannya tertentu ada satu yang paling sering datang itu namanya Bapak Dasa’ad. Kalau itu (tamu) itu datang terus Bapak ngomong (Bung Karno),”Ad, aku jaluk duwe’e aku ora duwe duwek,” kata Nitri menirukan bicara Bung Karno saat meminta uang pada tamu bernama Dasa’ad.

“Itu saja tamunya tidak ada yang lain. Beliau (Bung Karno) tidak pernah pegang duit, saya disuruh cari kue, saya minta duit dia tidak pegang duit, saya juga tidak pernah lihat dia buka dompet,” jelas Nitri.

Nitri juga mengaku sering mengawal Bung Karno ketika malam Minggu untuk menonton keroncong di Bogor, Jawa Barat.

“Bung Karno pada malam Kamis ke Bogor, Minggu malam keroncong, pokoknya sudah di nonaktifkan (jadi Presiden). Tapi tidak langsung dikurung, saya masih bisa mengawal masih bisa tinggal di Istana masih bisa ketemu melayani kue setiap hari,” ujarnya.

Nitri juga pernah bertanya pada Bung Karno terkait serah terima kekuasaan dengan Jenderal Soeharto. Namun Bung Karno berkata “Kalau aku tidak serah terima bagaimana jadinya negeri ini. Daripada negeri ini hancur lebih baik kurobek diri sendiri biar aku yang mati, negara ini aman,” Itu kata-kata beliau.

Setelah peristiwa G30S, Nitri diminta untuk ikut menjadi ajudan Ibu Tien Soeharto namun ia menolak.

“Saya diminta jadi ajudan Ibu Tien, saya langsung lari kawin, karena saya tidak mau. Saya tidak mau jadi ajudan Soeharto, saya tau apa yang dia lakukan,” ujarnya.

Editor
M saleh
Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker