Kekhawatiran Merajalelanya Bahasa Gaul di Kalangan Anak Sekolah Dasar

Abadikini.com – Bahasa merupakan rangkaian kata yang memiliki makna atau arti untuk menyampaikan suatu maksud kepada orang lain. Bahasa harus dapat dimengerti oleh lawan bicara agar orang tersebut dapat memahami apa yang sudah kita sampaikan sehingga terjadi komunikasi yang baik.

Pertama, bahasa adalah alat yang dipakai untuk membentuk pikiran dan perasaan, keinginan dan perbuatan-perbuatan, alat yang dipakai untuk mempengaruhi dan dipengaruhi.

Kedua, bahasa adalah tanda yang jelas dari kepribadian yang baik maupun yang buruk, tanda yang jelas dari keluarga dan bangsa, tanda yang jelas dari budi kemanusiaan.

Dua pengertian diatas diungkapkan oleh (Syamsuddin, 1986). Singkatnya menurut (Wibowo, 2001), bahasa adalah sistem simbol bunyi yang bermakna dan berartikulasi (dihasilkan oleh alat ucap) yang bersifat arbitrer dan konvensional, yang dipakai sebagai alat berkomunikasi oleh sekelompok manusia untuk melahirkan suatu perasaan dan pikiran.

Sedangkan pengertian bahasa gaul adalah ragam bahasa Indonesia nonstandart yang lazim digunakan di Jakarta pada tahun 1980-an yang kemudian merambah ke kota-kota besar lainnya bahkan diadopsi sampai ke plosok kota melalui media elektronik seperti radio dan televisi (Oetomo, 2002).

Bahasa gaul awalnya dipakai oleh beberapa kelompok sosial yang bertujuan untuk menjaga kerahasiaan dan keakraban pembicaraan mereka.

Belakangan ini, penggunaan bahasa gaul mengalami pergeseran fungsi dari bahasa rahasia menjadi bahasa pergaulan di sejumlah lapisan masyarakat khususnya pada anak remaja.

Banyaknya anggapan yang menyatakan bahwa menggunakan bahasa gaul itu untuk mengikuti perkembangan zaman, hal tersebut dianggap kurang tepat.

Pada kenyataannya, penggunaan bahasa gaul secara terus-menerus akan berdampak besar pada panggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Pengguna bahasa gaul akan sukar dalam menulis atikel ilmiah atau berbicara di tempat yang formal karena mereka belum mengetahui dan belum terbiasa berbahasa Indonesia yang baik dan benar.

Jika kejadian ini tidak segera diatasi, maka akan menghilangkan eksistensi bahasa Indonesia. Sejatinya, kita sebagai Warga Negara Indonesia harus merasa bangga memiliki bahasa Indonesia yang kaya makna. Jangan sampai bahasa Indonesia hilang ditelan oleh perubahan zaman.

Rasa kepemilikan berbahasa Indonesia dalam diri Warga Negara Indonesia harus ditanamkan sejak kecil. Saat ini, sudah banyak anak Sekolah Dasar yang mengikuti ucapan anak remaja saat berbicara dalam bahasa gaul.

PEMBAHASAN

Bahasa Indonesia sebagai jati diri bangsa Indonesia harus digunakan dengan baik dan benar. Seluruh Warga Negara Indonesia harus bersikap baik terhadap bahasa Indonesia serta cermat menggunakan bahasa Indonesia sesuai dengan situasi dan kondisi.

Seharusnya budaya malu sudah tertanam sejak dini dalam sanubari seluruh Warga Negara Indonesia, sehingga kita tidak mudah menyepelekan saat kita tidak mampu berbahasa Indonesia dengan baik.

Dengan artian kita sudah menjunjung tinggi Bahasa Persatuan sebagaimana tercantum dalam ikrar Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 2018.

Eksistensi Bahasa di Kalangan Masyarakat

Bahasa Indonesia memiliki sifat arbitrer dan konvensional. Arbitrer yang dimaksud di sini adalah bahasa dapat berubah-ubah dengan sendirinya mengikuti perkembangan zaman.

Tidak ada hubungan wajib antara lambang bahasa (bunyi) dengan pengertian yang dimaksud oleh lambang tersebut. Misalnya, di antara ‘ayam’ dengan yang dilambangkannya yaitu [hewan unggas berbulu yang memiliki jengger dan dua kaki atau ceker].

Kita tidak dapat menjelaskan secara jelas mengapa hewan tersebut dilambangkan dengan bunyi ‘ayam’. Yang jelas kita paham bahwa ayam dengan yang dilambangkan adalah yang saat ini kita ketahui.

Sedangkan pengertian konvensional menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah berdasarkan konvensi (kesepakatan umum seperti adat, kebiasaan, kelaziman).

Bahasa dapat terjadi karena adanya kesepakatan bersama di masyarakat setempat. Salah satu contohnya adalah penyebutan “kursi” untuk [sebuah benda yang lazim diduduki manusia, terbuat dari kayu, berkaki empat dan sebagainya].

Mengapa benda tersebut tidak dinamakan kulkas saja? Karena itu sudah menjadi kesepakatan bersama dari masyarakat pengguna bahasa tersebut.

Karena sifat bahasa tersebut ditambah dengan adanya anggapan bahwa bahasa gaul “lebih mudah dipahami” atau “lebih bagus daripada bahasa baku” menyebabkan munculnya pemakaian bahasa Indonesia sejenis bahasa plesetan dan jenis bahasa lainnya yang tidak sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia.

Hal seperti ini jika dibiarkan terjadi secara terus-menerus akan menggeser penggunaan dan perkembangan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Dengan sifat bahasa yang tadi telah disebut, memungkinkan terjadinya perubahan kata, makna, dan bahasa secara cepat.

Faktanya, keberadaan bahasa gaul sudah menjadi sarana komunikasi dalam kehidupan sehari-hari baik tulisan maupun lisan. Bukan hanya remaja, bahkan anak-anak di Sekolah Dasar juga sering menggunakan bahasa gaul untuk berkomunikasi dengan teman sebayanya.

Bahkan sering pula menggunakan bahasa gaul untuk berbicara kepada lawan bicara yang umurnya terpaut lebih tua darinya. Mereka menyerap penggunaan bahasa gaul dari percakapan pemain atau aktor di sinetron, film, iklan atau bahkan dari percakapan orang dewasa di sekitarnya.

Pendapat itu pula yang diungkapkan oleh (Sari, 2015) bahwa salah satu faktor yang mendukung maraknya perkembangan bahasa gaul adalah melalui peran media elektronik dan cetak.

Perkembangan Kemampuan Bahasa Individu

Menurut (Ali & Asrori, 2004), ada 6 tahapan perkembangan kemampuan bahasa individu yang dilihat dari perkembangan umur kronologisnya yaitu sebagai berikut.

  1. Tahap pralinguistik atau meraban(0.3-1.0 tahun)

Pada tahap ini anak hanya mampu mengeluarkan suara dan kata-kata pendek tanpa bisa kita mengerti makna jelasnya. Hal ini terjadi untuk melontarkan apa yang ia rasa atau ketahui dan untuk mencoba berkomunikasi dengan orang lain.

  1. Tahap Holofrastik atau kalimat satu kata(1,0-1,8 tahun)

Pada tahap ini anak sudah mulai mengucapkan kata-kata walaupun hanya satu kata saja. Namun dalam satu kata ini mereka memaknai sebagai satu kalimat utuh dan kata itu bisa memiliki banyak makna.

Contohnya seperti saat ia mengucap kata “susu”, bisa jadi maksudnya adalah “mama ingin minum susu”, “mama beli susu”, atau sebagainya.

  1. Tahap kalimat dua kata(1.6-2.0 tahun)

Pada tahap ini anak sudah mulai dapat berkomunikasi dengan menyatukan kata-kata sehingga menjadi kalimat yang sederhana namun dapat dimengerti dengan mudah.

  1. Tahap pengembangan tata bahasa awal(2.0-5.0 tahun)

Pada tahapan ini anak mulai bisa mengembangkan bahasanya. Kosakata yang ia miliki mulai bertambah banyak dan menghasilkan suatu kalimat yang lebih runtut dan jelas.

  1. Tahap pengembangan tata bahasa lanjutan(5.0-10.0 tahun)

Pada tahap ini bahasa anak makin jelas dan mudah dimengerti. Kosakata yang ia punya semakin banyak sesuai dengan kematangan umurnya.

Ia mampu menggabungkan kalimat-kalimat sederhana dengan sempurna. Di tahapan ini ia mulai belajar mengenai berbagai hal kecuali keteraturan tata bahasa.

  1. Tahap kompetensi lengkap(11,0 tahun – dewasa)

Pada tahap akhir masa kanak-kanak, pengasaan kosa kata terus meningkat, pelafalan bahasa maulai mengalami perubahan.

Bahasa yang diucapkan makin lancar dan fasih saat berkomunikasi dan mulai dapat menghubungkan dengan kata-kata yang rumit.

Anak-anak yang berusia 5-10 tahun ini lah yang masih rentan akan informasi baru. Mereka akan dengan mudah menerima hal-hal baru yang didapatkannya.

Karena diusianya, mereka bisa dengan mudah meniru atau mempraktekkan sesuatu yang ia dapatkan dalam kehidupan sehari-hari. Mereka juga masih belum dapat memilah mana yang baik dan tidak untuk dirinya.

Seperti yang diungkap lagi oleh (Ali & Asrori, 2004), sungguh bahasa itu kompleks, namun pada umumnya berkembang pada individu dengan kecepatan luar biasa pada awal masa kanak-kanak.

Itu berarti masa kanak-kanak adalah masa yang paling emas, karena mereka dapat dengan mudah mengambil informasi baru disekelilingnya.

Hendaknya sebagai orang tua, lingkungan sekitar, dan lingkungan sekolah mampu mendukung perkembangan bahasa sang anak, jangan sampai bahasa gaul mendominasi otak mereka.

Tiap tahun tumbuh kembangnya, kosakata yang ia miliki akan terus bertambah dan meluas sejalan dengan bertambahnya kapasitas ingatannya.

Pergaulan yang baik akan melahirkan karakter anak yang baik. Begitu pula jika pergaulannya buruk maka akan melahirkan karakter anak yang buruk.

Orang tua harus memantau terus pergaulan anaknya, pihak sekolah harus mendidik siswanya, dan lingkungan harus membantu anak dari segi bergaul yang baik agar nantinya tercipta karakter yang baik pula.

Kita perlu menanamkan rasa kecintaan dan pemahaman dalam diri generasi bangsa terhadap bahasa Indonesia. Dengan demikian, pemakaian bahasa Indonesia yang baik dan benar tetap akan tergaja juga semakin meningkat.

Menurut (Basir, 2002), bahasa merupakan instrument penting dalam kehidupan manusia yang akan mencerminkan etos dan karakter pribadi serta ukuran budaya masyarakat suatu bangsa.

Maka dikhawatirkan dengan perkembangan bahasa gaul yang pesat dapat menggantikan eksistensi penggunaan bahasa Indonesia dan akan mencerminkan karakter buruk masyarakat Indonesia karena tidak dapat menjaga dan melestarikan bahasa persatuan negara Indonesia.

Kekhawatiran ini harus ada tindak lanjut dari pemerintah terutama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan karena menyangkut pembelajaran anak di sekolah.

Pembelajaran mata pelajaran Bahasa Indonesia di sekolah harus lebih menarik agar anak tidak bosan dengan bacaan di buku Lembar Kerja Siswa (LKS) yang banyak. Juga agar anak tidak malu untuk berbahasa Indonesia yang baik dan benar.

Keberadaan bahasa gaul dianggap kaum muda sebagai alat komunikasi paling mudah dalam pergaulan sehari-hari juga dianggap sebagai media untuk berekspresi, baik secara lisan maupun tulisan.

Namun, tanpa disadari jika bahasa gaul dibiarkan berlarut-larut bisa mengancam eksistensi bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan Negara Indonesia. Hal tersebut dapat terjadi karena kaidah bahasa gaul sangat berbeda dengan kaidah-kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Hal yang Melatarbelakangi Pemakaian Bahasa Gaul

Adapun hal-hal yang melatarbelakangi pemakaian bahasa gaul adalah sebagai berikut :

  1. Menyesuaikan dengan lingkungan sekitar

Bahasa gaul dianggap sebagai hal yang paling penting saat berbicara sehingga lingkungan tempat tinggal menjadi alasan utama terwujudnya bahasa gaul.

Semakin banyak masyarakat yang menggunakan bahasa gaul dalam percakapan sehari-hari, maka akan banyak pula bahasa gaul baru yang akan muncul dari masyarakat itu sendiri dan diakui keberadaannya.

  1. Mengikuti arah pembicaraan lawan bicara

Bahasa gaul timbul karena kebiasaan kita berbicara tergantung dengan orang yang diajak bicaranya.

Jika ia terlihat formal, maka secara otomatis akan terlihat formal juga. Jika ia terlihat santai, maka lawan bicarapun akan mengikutinya. Namun kebanyakan anak-anak zaman sekarang menggunakan bahasa gaul untuk berbicara.

  1. Mudah diucapkan

Perkembangan bahasa gaul terjadi sangat cepat karena para pengguna merasa mudahnya pengucapan bahasa gaul tersebut. Serta kemunculan bahasa gaul yang barupun mudah diserap dan diakui oleh para penggunanya.

Bahasa gaul yang mudah diingat memunculkan kesan santai menjadi suatu gambaran yang menarik, komunikatif, dan akan menghadirkan suasana yang santai pula.

  1. Tidak kaku

Banyaknya anggapan bahwa menggunakan bahasa resmi terlihat kaku memudahkan bahasa gaul lebih sering dipakai oleh masyarakat. Para pengguna merasa lebih bebas berekspresi.

Para pengguna merasa lebih akrab dengan lawan bicara jika menggunakan bahasa gaul yang akan menjadi ciki khas atau kebiasaan gaya hidupnya.

  1. Mudah dimengerti

Bagi para penggunanya, alasan kemunculan bahasa gaul saat berbicara karena lebih mudah dimengerti dan terasa lebih efektif ketimbang bahasa baku.

Bahasa gaul yang lebih sering dipakai berkesan lebih mudah dimengerti. Sebenarnya bahasa resmi itu sendiri yang semakin lama semakain memudar sehingga banyak dilupakan oleh pengguna bahasa gaul dan digantikan oleh bahasa gaul itu sendiri.

Dampak Penggunaan Bahasa Gaul

Karena penggunaan bahasa gaul yang membludak saat ini, maka muncul lah beberapa dampak yang ditimbulkan oleh penggunaan bahasa gaul pada anak Sekolah Dasar. Dampak yang ditimbulkan oleh penggunaan bahasa gaul adalah sebagai berikut.

  1. Dampak positif
  2. Meningkatkan kreativitas

Perkembangan teknologi menyembabkan perkembangan bahasa gaul semakin cepat. Hal tersebut menunjukkan bahwa bahasa berkembang secara dinamis dan menyesuaikan masyarakat penggunanya. Anak-anak di Sekolah Dasar meningkatkan kreativitas mereka dengan menggunakan bahasa gaul dalam berkomunikasi.

  1. Menunjukkan identitas diri

Dalam pergaulan, bahasa gaul bukan hanya sebagai alat komunikasi, namun juga sebagai identitas. Para pengguna bahasa gaul menjadikan bahasa ini sebagai identitas diri mereka. Bahasa ini digunakan sebagai bahasa singkatan agar kata-kata menjadi unik dan digunakan oleh orang lain lagi.

  1. Menciptakan suasana akrab

Karena perkembangan zaman yang semakin canggih, anak-anak sudah banyak yang menggunakan smartphone atau jejaring sosial seperti Facebook, Instagram, WhatsAppuntuk berkomunikasi dengan temannya.

Bercengkrama dengan teman bukan lagi secara langsung namun bisa menggunakan perantara. Hal tersebut terjadi untuk menciptakan suasana akrab dan hangat antar teman.

  1. Dampak negatif
  2. Menyulitkan diri sendiri

Penggunaan bahas gaul dalam kehidupan sehari-hari dapat menjadi sebuah kebiasaan berbahasa. Dengan dibiasakannya berbahasa gaul seseorang akan menyulitkan dirinya sendiri.

Dengan demikian pengetahuannya mengenai kosa kata baku menjadi terbatas. Saat dewasa nanti, mereka akan kesulitan mengerjakan tugas kuliah atau membuat tulisan ilmiah karena kesulitan memilih bahasa baku.

  1. Masyarakat Indonesia tidak mengenal lagi bahasa baku

Anak-anak di Sekolah Dasar anak tumbuh menjadi remaja. Sedangkan remaja adalah cikal bakal penerus bangsa. Disaat remaja malah menggunakan bahasa gaul di setiap situasi dan kondisi.

Hal tersebut berakibat masyarakat tidak akan mengenal bahasa baku. Dulu anak-anak kecil biasa menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, namun sekarang lebih sering menggunakan bahasa gaul karena mengikuti orang yang lebih tua darinya.

  1. Mudah masuknya bahasa asing

Karena kosa kata yang kurang dan penggunaan internet yang meningkat memudahkan bahasa asing masuk ke Indonesia. Anak-anak akan lebih mudah menggunakan bahasa asing dan melupakan bahasa baku.

  1. Dapat menghilangkan budaya berbahasa Indonesia

Masyarakat Indonesia dianggap enggan mempelajari Bahasa Indonesia karena merasa dirinya telah menguasai bahasa Indonesia yang baik dan benar. Masyarakat Indonesia menganggap jika mempelajari bahasa asing itu lebih penting.

Jika hal ini terus berlangsung, dikhawatirkan akan menghilagkan budaya berbahasa Indonesia di kalangan remaja bahkan di kalangan anak-anak. Karena bahasa Indonesia merupakan bahasa resmi negara dan juga sebagai identitas negara.

PENUTUP

Bahasa adalah sistem tanda bunyi yang telah disepakati untuk digunakaan oleh sekelompok masyarakat, itu berarti bahasa merupakan hal yang penting dalam kehidupan masyarakat.

Manusia sudah menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi sejak berabad-abad silam. Dengan komunikasi menggunakan bahasa kita mampu berbicara, mengekspresikan diri, mengemukakan pendapat, atau menyampaikan sesuatu kepada orang lain.

Penggunaan bahasa gaul yang terus meningkan disebabkan oleh sifat baahsa yang abritret dan konvensional. Hal tersebut ditunjukkan dengan munculnya kosakata baru dan masyarakat pun tidak harus menunggu lama untuk memahami kosakata baru tersebut. Bahasa gaul boleh saja digunakan asal tidak melenceng dari moral, tepat sasaran dan dalam waktu yang tepat.

Masa kanak-kanak adalah masa yang paling mudah untuk menerima hal baru yang ia dapatkan. Maka lingkungan sekitar harus mampu menciptakan suasana yang baik bagi perkembangan bahasa anak.

Agar nantinya mereka tumbuh menjadi remaja yang baik pula. Lemahnya berbahasa Indonesia yang baik nantinya akan menyulitkan mereka dalam menyusun suatu karya ilmiah atau berbicara di tempat yang formal.

Kebanyakan remaja kurang menerapkan penggunaan bahasa Indonesua yang baku sesuai dengan kaidah karena tidak terbiasa dan dirasa terlalu kaku.

Media cetak dan elektronik harus tetap menggunakan tatanan bahasa Indonesia yang baku dalam menyajikan suatu informasi untuk tetap menyadarkan masyarakan Indonesia bahwa Bahasa Indonesia harus tetap diutamakan kegunaannya.

Peranan orang tua, lingkungan sekolah dan lingkungan sekitar juga berdampak pada penggunaan bahasa khususnya pada perkembanagan bahasa anak.

Berdasarkan simpulan dari penjelasan diatas, dampak yang ditimbulkan oleh bahasa gaul terhadap pergaulan anak Sekolah Dasar ada dua, yaitu dampak positif dan dampak negatif. Dampak inilah yang sangat mempengaruhi perkembangan bahasa gaul di kalangan remaja khususnya pada anak Sekolah Dasar.

Hasil dari artikel ini diharapkan dapat menjadi acuan agar mahasiswa khususnya mahasiswa Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah bisa mengambil langkah baru dalam mendidik dan mengajar mata pelajaran Bahasa Indonesia siswa dikelas.

Para siswa dapat diberi tugas praktis berbahasa Indonesia dalam bentuk dialog atau monolog pada kegiatan pementasan drama, penulisan pengalaman pribadi, cerpen atau puisi. Dengan demikian, siswa mampu menggunakan bahasa sesuai dengan kondisi dan situasi.

REFERENSI

Ali, M., & Asrori, M. (2004). Psikologi Remaja.Jakarta: Bumi Aksara.
Basir, U. (2002). Sosiolinguistik: Pengantar Kajian Tindak Berbahasa.Surabaya: Unesa University Press.
Hapsari, E. D. (2018). Analisis Pengaruh Bahasa Alay (Gaul) Dalam Penulisan Pesan Melalui SMS/WA Mahasiswa Teknik Informatika Universitas PGRI Madiun. 2-3.
Oetomo, D. (2002). Indonesia Tanda yang Retak.Jakarta: Wedatama Widya Sastra.
Sari, B. P. (2015). Dampak Penggunaan Bahasa Gaul di Kalangan Remaja Terhadap Bahasa Indonesia. Prosiding Seminar Nasional Bulan Bahasa UNIB, (pp. 171-176).
Syamsuddin, A. R. (1986). Sanggar Bahasa Indonesia.Jakarta: Universitas Terbuka Jakarta.
Wibowo, W. (2001). Manajemen Bahasa.Jakarta: Gramedia.
Yana, A., Nurlela, & Gustianingsih. (2017). Kosakata Bahasa Gaul Siswa Sekolah Dasar kelas Tinggi. 2.

Oleh : Nellareta Pratiwi – Mahasiswa Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Ummul Quro Al-Islami Bogor

Editor
Muhammad Saleh
Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker