Kesaksian Mengejutkan Korban Penganiayaan Bahar bin Smith di Pengadilan
Abadikini.com, JAKARTA – Salah satu korban penganiayaan hadir dalam persidangan Habib Bahar bin Smith di Pengadilan Negeri Bandung di Gedung Arsip dan Perpustakaan, Kamis (29/3). Tak hanya korban, orangtua korban juga hadir dalam persidangan itu.
Seperti diketahui, Bahar bin Smith tersangkut kasus dugaan penganiayaan terhadap dua remaja berusia 17 dan 18 tahun di Pondok Pesantren Tajul Alawiyyin milik Bahar di Bogor. Berikut kesaksian-kesaksian korban penganiayaan Habib Bahar bin Smith saat persidangan yang dikuitip Abadikini.com dari laman Merdeka.com:
1. Awal Sebelum Korban Dianiaya
Cahya Abdul Jabar hadir dalam persidangan di PN Bandung. Dalam kesaksiannya, ia mengaku dijemput oleh anak buah Bahar, Habin Basith Iskandar dan Habib Agil Yahya yang juga terdakwa.
Penjemputan dilakukan karena imbas dari aksi Cahya meniru gaya Bahar di Bali. Dalam sebuah foto diperlihatkan, gaya Cahya mirip Bahar. Sebagai bukti, foto Cahya juga diperlihatkan jaksa dalam persidangan.
2. Cahya Dibawa ke Aula Kecil
Setelah penjemputan, Cahya dibawa ke aula kecil. Di sana, Cahya diinterogasi oleh Bahar. Cahya diberikan banyak pertanyaan tentang peristiwa di Bali yang dilakukan olehnya dan Muhammad Khoerul Aumam Al Muzaki. Setelah diinterogasi, Cahya kemudian dibawa ke halaman belakang ponpes.
“Dari situ, saya diajak ke lapangan sama Habib Bahar, diajak duel sama beliau. Saya enggak mau, akhirnya terjadi peristiwa penganiayaan itu,” kata Cahya.
3. Ditantang Duel oleh Bahar bin Smith
Cahya mengaku ditantang duel oleh Bahar. Namun Cahya tak mau. Pada saat itu, Zaki belum datang ke ponpes tersebut. Karena Cahya menolak berduel, akhirnya Bahar mulai menganiaya remaja tersebut.
Bahar memukul menggunakan dengkul kaki kanan ke arah wajah Cahya. “Dipukul dengan dengkul tiga kali ke bagian hidung saya. Lalu rambut dijambak,” kata Cahya.
Saat penganiayaan itu, Cahya mengaku sempat meminta maaf pada Bahar. “Nggak bilang apa-apa (Habib Bahar). Kalau saya cuma minta maaf saja, Habib Bahar terdiam,” katanya.
4. Cahya Mengaku Kalau Temannya Juga Dianiaya Bahar
Dalam kesaksiannya, Cahya mengaku setelah dianiaya kemudian Cahya dibawa ke dalam dan kembali diinterogasi tentang peristiwa di Bali. Tak lama Zaki datang. Zaki juga ditanyakan tentang peristiwa di Bali.
Hakim lantas menanyakan soal Zaki diperlakukan seperti apa. “Zaki diapakan?” tanya hakim.
“Ditanya peristiwa Bali,” kata Cahya.
Kemudian Bahar memerintahkan Zaki untuk ke lantai atas. Cahya mengaku tak tahu apa yang terjadi pada Zaki. “Zaki lalu turun lagi,” kata Cahya.
Cahya melihat wajah Zaki sudah berdarah-darah. “Wajahnya berdarah-darah,” kata Cahya.
Setelah itu, Cahya dan Zaki diperintah oleh Bahar untuk berkelahi. “Di belakang kita diadu,” kata Cahya.
“Siapa yang suruh?,” tanya hakim.
“Habib Bahar,” jawab Cahya.
5. Diancam oleh Bahar
Cahya mengaku terpaksa menuruti perintah Bahar karena diancam. Keduanya diancam jika tak mau menuruti perintah, maka Bahar yang akan melakukan perkelahian terhadap keduanya.
“Di situ diancam oleh Habib Bahar kalau tidak berkelahi kita yang berkelahi (Bahar dan para korban),” kata Cahya.