Revolusi Kuba, Fidel Castro dan Che Guevara

Abadikini.com – 26 Juli 1953, kiprah Fidel Castro dalam revolusi Kuba dimulai. Ia melakukan serangan ke barak Moncada guna menggulingkan Presiden Fulgencio Batista. Kudeta terhadap pemimpin diktator itu gagal, ia bersama 25 orang dipenjara selama setahun.

Warren K. Leffler/wikipedia

Ketika bebas, Fidel Castro beserta beberapa rekannya pergi ke tanah Meksiko. Di negara yang berbatasan dengan Amerika Serikat tersebut ia mengenal Ernesto Guevara de la Serna.

Guevara yang memiliki nama pendek Che adalah sahabat dekat saudara Fidel, Raul. Ketiganya dekat karena kesamaan pandangan, yakni pemikiran sosialis yang dipengaruhi Marxisme-Leninisme.

Awal Pertemuan Che Guevara dengan Fidel Castro
Che yang berkebangsaan Argentina melakukan perjalanan di tahun 1950 dengan sepeda motor bersama sahabatnya, Alberto Granado. Mereka menyusuri Argentina, Chile, Peru, Ekuador, Kolombia, Venezuela, Panama, Miami, dan terakhir Florida.

Dalam perjalanan itulah Che menemukan pencerahan untuk membebaskan penderitaan rakyat Amerika Latin. Usai merampungkan pendidikan kedokterannya pada 1953, Che kembali berpetualang.

Ia berangkat ke Guatemala dan melihat revolusi agraria Presiden Jacobo Arbenz. Tidak sampai setahun, Arbenz dikudeta kelompok sayap kanan lewat dukungan badan intelijen Amerika Serikat (CIA).

Dari Guatemala, Che berjalan ke Meksiko. Di sanalah ia bertemu Castro bersaudara dan bergabung ke dalam kelompok Gerakan 26 Juli. Mereka bertiga kembali ke Kuba untuk satu tujuan, menggulingkan diktator Batista.

wikipedia

Bersama Raul dan Che, Fidel membawa 82 kombatan lalu kembali melakukan strategi perang gerilya di Kuba dan berjaya pada 1959. Batista ditendang dari kekuasaan, Fidel Castro menjadi pemimpin dan membuat Kuba bersistem sosialis (satu partai).

Ketika Perjuangan Che Guevara Terhenti

Bagaimana dengan Che? Seperti dilansir dari Telegraph, ia didaulat Fidel sebagai Menteri Industri dan Pemimpin Bank Sentral.

Jiwa revolusi Che rupanya masih lekat melihat ketidakadilan akibat sistem kapitalisme di negara lain. Di tahun 1965, bersama sekitar 100 kombatan, ia pergi ke Afrika guna membantu revolusi di Kongo.

Setelah sempat kembali secara diam-diam ke Kuba, ia melanjutkan perjalanannya ke Bolivia. Di sana Che ikut serta dalam operasi Militer Pembebasan Nasionalis Bolivia (ELN).

Ia membawa 50 kombatan Kuba. Sungguh ironis, kiprah Che berakhir saat ia ditangkap militer Bolivia dan dieksekusi pada 9 Oktober 1967. Kala itu usianya 39 tahun.

Che Guevara boleh pergi lebih dulu, namun semangat perjuangannya terus hidup dan menginspirasi. Wajahnya yang berjanggut seraya mengenakan baret dijadikan simbol perjuangan kelompok revolusioner, bahkan terpampang di baju kaus anak muda.

Fakta yang Disembunyikan
Dalam catatan harian tulisan tangan yang diterjemahkan Che Guevara Studies Centre di tahun 2011, terungkap salah satu fakta di balik hubungannya dengan Fidel Castro.

Catatan itu berkisah mengenai perjalanan Che yang melibatkannya dalam revolusi Kuba pimpinan Fidel sampai menjelang ujung usianya di Bolivia.

Seperti dikutip dari Fox News Latino, di salah satu bagian Che beberapa kali menulis, “Tak ada kontak dengan Manila”. Manila adalah nama panggilan Che terhadap Fidel Castro.

Di pameran buku internasional Buenos Aires April 2015 lalu, jurnalis asal Kuba, Alberto Mueller mengatakan sebelum Che tertangkap pasukan Bolivia, sudah ada unit kombatan di Havana yang siap bergerilya demi menyelamatkan Che.

“Namun Fidel tak pernah memberikan wewenang atas misi tersebut. Ia membiarkan Che menemui takdirnya. Tewas karena eksekusi mati di La Higuera, Bolivia,” kata Mueller yang menulis buku Che Guevara: Valvo Mas Vivo Que Muerto.

Terlepas dari teori konspirasi yang muncul, kedua gerilyawan itu pernah berjibaku bersama dalam revolusi Kuba. Dan pada 26 November 2016, Fidel Castro menyusul rekan yang ia senangi karena pemikirannya. Descansa en paz, Fidel Che.

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker