Reklamasi Ngambang, Pengembang Reklamasi dari Johor Buka Kantor Pemasaran di Jakarta

abadikini.com, JAKARTA – Country Garden Pacificview Sdn Bhd, perusahan pengembang reklamasi di Johor, Malaysia, saat ini tengah gencar menawarkan property Forest City kepada konsumen di Indonesia.

Menurut Sales Manager Forest City Indonesia, Lee Zhi Wei mengatakan, pasar di Indonesia cukup potensial.

“Sudah ada beberapa konsumen Indonesia yang membeli unit-unit apartemen Forest City. Umumnya, untuk tujuan investasi,” kata Lee dalam siaran pers di Jakarta, Rabu (26/7/2017).

Untuk menggarap pasar di Indonesia, Country Garden Pacific View, sejak 17 Desember 2016 lalu sudah membuka kantor pemasaran di Jakarta.

“Hingga saat ini, pembeli dari Indonesia terus meningkat,” ujar Lee.

Menurut Lee, harga apartemen di Forest City relatif kompetitif bila dibandingkan dengan harga apartemen di pusat bisnis kota Jakarta. “Di Central Business District (CBD) Jakarta harganya sekitar Rp40 juta hingga Rp50 juta per meter persegi,” imbuhnya.

Di Forest City, menurut Lee, apartemen tipe terkecil dengan ukuran 59 meter persegi, saat ini harganya sekitar Rp2,1 miliar.

“Sementara untuk yang berukuran 72 meter persegi sekitar Rp3,5 miliar dan yang terluas  172 meter persegi sekitar Rp7,7 miliar,” jelas Lee.

Forest City merupakan proyek reklamasi empat pulau seluas 20 kilometer persegi di Iskandar, Johor, Malaysia. Kabarnya, ini adalah proyek reklamasi terbesar di Malaysia, dan bahkan Asia.

Di dalam Forest City terdapat beragam hunian menengah atas, properti komersial, pusat belanja, resor, hotel, perkantoran, taman, tempat rekreasi, dan lain-lain.

Untuk merealisasikan Forest City, pengembang menganggarkan dana hingga 100 miliar dolar AS atau sekitar Rp1.331 triliun. Seluruh pengembangan Forest City diproyeksikan akan rampung pada 2035 mendatang.

Menanggapi aksi pemasaran perusahaan Malaysia tersebut, pengamat perkotaan Rudy Tambunan menilai wajar jika akhirnya banyak konsumen dari Indonesia yang tertarik dengan proyek reklamasi yang ditawarkan oleh pengembang dari negeri tetangga, Malaysia.

“Bukan hanya karena daya tarik produk yang ditawarkan, juga karena di sini kelanjutan proyek reklamasi kurang jelas dalam satu tahun belakangan ini,” kata Rudy.

Secara konsep, menurut Rudy, produk properti  yang direncanakan di Pulau Reklamasi Pantura Jakarta tidak kalah dengan yang ditawarkan pengembang negeri jiran.

“Sayangnya, di sini proses realisasi reklamasi tidak lancar seperti di sana. Terlalu banyak pihak yang mempermasalahkan sehingga semakin hari semakin tidak jelas masa depannya,” imbuh Rudy.

Jika pada akhirnya realisasi reklamasi di Teluk Jakarta dibatalkan, dampaknya akan semakin negatif bagi Indonesia.

“Terlunta-lunta saja sudah memberi dampak negatif, apalagi jika dibatalkan,” katanya.

Rudy mengatakan, jika benar semakin banyak konsumen Indonesia yang membeli properti proyek reklamasi di Malaysia, itu saja artinya sudah menerbangkan devisa dari Indonesia ke luar negeri.

“Belum lagi kalau kita hitung kesempatan yang hilang untuk membangun perekonomian dalam negeri, termasuk di dalamnya adalah penyerapan tenaga kerja,” tambahnya.

Menurut Rudy, pendekatan reklamasi semakin banyak dimanfaatkan dalam pembangunan suatu negara. Bahkan karena persaingan, reklamasi di Johor Malaysia dipermasalahkan oleh Singapura.

“Reklamasi punya multi manfaat. Selain memperluas wilayah dan mempercantik kota, secara ekonomi, reklamasi akan menampung tenaga kerja yang cukup besar,” jelas Rudy. (beng.ak)

Baca Juga

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker