Terpilih Sebagai Ketua PSSI Baru, Edy Rahmayadi didesak Segera Bekerja

abadikini.com, JAKARTA – Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) RI mengucapkan selamat atas terpilihnya Mayjend Edy Rahmayadi sebagai Ketua umum PSSI terpilih. Dia mengungguli pesaingnya, Jenderal TNI (Purn) Moeldoko yang hanya mengemas 23 suara.

Selain ucapan selamat, Kemenpora juga memberikan pesan-pesan terhadap Ketua Umum PSSI terpilih.

“Kami mengucapkan selamat pada Pak Edy Rahmayadi yang telah terpilih dan sudah kami hampiri langsung untuk sampaikan ucapan selamat langsung padanya. Dan juga kepada Pak Moeldoko yang secara ksatria bisa menerima kekalahan tersebut,” kata Depti IV Bidang Olahraga Prestasi, Gatot S Dewa Broto.

Menurut Gatot, Kongres PSSI berjalan sesuai dengan tata tertib dan aturan baik Statuta FIFA, AFC, maupun PSSI. Kongres itu pun dihadiri perwakilan dari AFC dan FIFA. 

Gatot tegaskan, dalam kongres itu pemerintah bersikap netral dan tidak mempengaruhi voters kepada kandidat tertentu.

“Poin utama yang ingin kami sampaikan adalah, Pemerintah netral dan tidak mendorong voters untuk harus memilih tokoh A atau B. Kami berikan sepenuhnya kebebasan pada mereka. Namun demikian, Pak Edy tak boleh terlalu lama bersuka cita, karena sejumlah PR sudah sangat mendesak untuk ditangani,” ujarnya.

Berikut pesan-pesan Kemenpora kepada ketua umum PSSI terpilih, Letnan Jenderal TNI Edy Rahmayadi

1. PSSI harus segera melakukan konsolidasi internal. Bahwasanya saat persaingan telah menimbulkan polarisasi pilihan, tetapi kini sudah harus disatukan kembali, apalagi proses pemilihan tidak diwarnai dengan interupsi dan apalagi gejolak.

2. Ketum baru dan jajarannya harus mencurahkan waktunya untuk PSSI. Untuk ini dibutuhkan dedikasi, integritas, dan komitmen yang ekstra tinggi untuk segera membenahi PSSI. Karena publik, pemerintah dan para pemangku kepentingan sangat besar berharap bagi percepatan reformasi PSSI. Jika tidak, tak tertutup kemungkinan publik hanya akan mem-bully pengurus baru jika tanpa visi, misi dan target yang jelas.

3. Salah satu poin utama tujuan FIFA sebagai disebut pada Pasal 1 butir (e) adalah untuk melawan tindakan yang berpotensi ke arah match manipulation. Ini fokus banyak pihak, dan Pak Edy dengan latar belakang militer yang dimilikinya harus segera mampu mengatasinya.

4. Salah satu persoalan klasik yang selalu berulang dalam persepakbolaan di Indonesia adalah masalah suporter. Seminggu lalu korban tewas muncul lagi di Palimanan. Meski kelompok suporter lebih menjadi domain klub, tetapi mulai saat ini PSSI harus lebih peduli pada suporter, karena bagaimanapun suporter itu bagian dari sepakbola, mengingat sepakbola tanpa suporter tidak ada artinya.

Poin utamanya adalah PSSI harus jelas dalam menggariskan hak dan kewajibannya terhadap klub dan suporter. Jika mereka perlu difasilitasi, ya harus dilakukan. Tetapi jika klub dan suporter salah, tidak perlu ragu untuk beri sanksi tegas. Jangan biarkan publik menyimpan stigma negatif terus tentang ulah sejumlah suporter, karena yang baik juga banyak.

5. Masih terkait suporter. PSSI harus mulai memikirkan pola kepemilikan saham suporter pada klub supaya mereka lebih punya sense of belonging dan tidak mudah bertindak yang anarkistis. Memang ini butuh investasi, tetapi bisa diawali dengan nilai yang paling minimimum sesuai kemampuan publik dan butuh waktu untuk itu.

6. PSSI diminta untuk proporsional dalam menjaga hubungan dengan pemerintah dan berbagai instansi terkait. Pemerintah sadar bahwa induk PSSI adalah FIFA, tetapi juga harus menyadari PSSI ini operasional di Indonesia. FIFA sendiri akhir-akhir ini respek pada pemerintah Indonesia, dan PSSI pun tentu diharapkan sama dengan tetap menghormati kemandirian PSSI sebagai diatur dalam statuta PSSI dan FIFA.

7. PSSI selama ini kurang peduli dengan pembinaan usia muda dibanding pada level profesional dan amatir. Beruntung bahwa cukup banyak perusahaan dan media yang peduli dengan pembinaan usia muda. Kali ini PSSI harus peduli, meski tanpa PSSI juara dunia U-15 bisa diraih belum lama ini di Gothia. Harus diingat, bahwa salah satu ketentuan dalam FIFA Club Licensing Regulation adalah tentang usia dini, dan ini belum konsisten dilakukan PSSI.

8. Sebentar lagi ada Asian Games 2018. Di Prima memang timnas belum termasuk yang sudah ditargetkan secara realistis berpotensi meraih emas. Tetapi rasanya tidak elok jika timnas tidak dapat emas di Asian Games. Masih ada waktu untuk itu.

9. PSSI sering dapat sorotan dalam akuntabilitas keuangannya, baik laporan keuangannya maupun distribusinya yang diperoleh dari FIFA, sponsor, hak siar maupun pemerintah kepada klub. Kini semuanya serba terbuka. Sayang jika di hari gini kadang masih kurang transparan, buktinya ketika ada LSM gugat via KIP, ternyata PSSI keberatan. PSSI itu badan publik, kemarin saja Rp1,4 miliar diterima dari Kemenpora untuk timnas U-19.

10. Saat pembahasan agenda tujuh dalam kongres PSSI tersebu pengakuan penerimaan klub dan penentuan status kompetisi, ternyata Kongres tidak sepakat di antaranya untuk restorasi Persebaya. Kemenpora sepenuhnya menghormati proses demokratisasi dalam Kongres, tetapi terasa inkonsisten sebagian besar voters ini karena saat KLB Kongres tanggal 3 Agustus sudah dicanangkan ide simpatik dari Waketum PSSI Hinca Pandjaitan untuk merangkul kembali mereka yang berseberangan. Ini ditambah lagi dengan dimasukkannya item tersebut dalam agenda ketujuh. Kemenpora berharap Pengurus PSSI yang baru segera merangkul kembali mereka-mereka yang berseberangan secara informal dulu, dan secepatnya diformalkan dalam kongres berikut. Kemenpora sengaja tidak interupsi karena memang tidak ingin intervensi jalannya Kongres.

11. Penyediaan infrastruktur selama ini domain pemerintah dan pemerintah tetap konsisten untuk itu. Namun pemerintah membuka peluang jika PSSI dan berbagai pihak terkait turut serta membantu penyediaan infrastruktur, karena tanpa sinergitas percepatan itu sulit akan diperoleh ketersediaan infrastruktur yang ideal. (sp.ak)

Baca Juga

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker