Gubernur Melki Hadiri HUT PGRI ke-80, Tegaskan PGRI Adalah Organisasi Perjuangan
Abadikini.com, KUPANG – Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT), Emanuel Melkiades Laka Lena, menghadiri acara puncak Peringatan HUT PGRI ke-80 dan Hari Guru Nasional ke-31 Tahun 2025. Acara yang mengusung tema “Guru Bermutu Indonesia Maju Bersama PGRI Wujudkan Indonesia Emas” tersebut digelar di Auditorium Universitas Nusa Cendana (Undana), Kamis (27/11/2025).
Di hadapan sekitar 5.000 guru dari Kabupaten Kupang, Kota Kupang, dan Provinsi NTT, Gubernur Melki menyampaikan apresiasi mendalam dan menyoroti posisi historis PGRI.
“Tidak banyak organisasi di negeri ini yang sejak awal berdirinya berjalan seiring dengan perjuangan bangsa,” papar Gubernur Melki.
Beliau menegaskan bahwa sejak awal, PGRI tidak hanya berperan dalam mendidik anak-anak, tetapi juga menjadi wadah perjuangan bangsa.
“Sebagai organisasi perjuangan, PGRI tidak hanya menjadi ujung tombak dalam bidang pendidikan, tetapi juga berperan dalam berbagai aspek yang menyertai perjalanan Republik, termasuk dinamika yang dihadapi Nusa Tenggara Timur pada masa kini,” ujarnya.
Alokasi Anggaran dan Tugas Guru di Indonesia
Gubernur Melki menjelaskan bahwa tugas tambahan yang sering diterima guru di Indonesia bukanlah hal baru, sebab secara historis, Guru di Indonesia berbeda dengan di negara lain. Guru adalah bagian dari sejarah perjuangan dan kebangkitan bangsa, bahkan hingga kini masih banyak membantu masyarakat memahami pertanian dan peternakan.
Sebagai bentuk komitmen, Gubernur mengungkapkan bahwa Pemerintah Provinsi NTT mengalokasikan hampir setengah dari total anggaran provinsi, yakni Rp2,6 triliun dari total Rp5,6 triliun, untuk sektor pendidikan.
Selain itu, Gubernur berpesan agar para guru memperkuat pembentukan karakter dan moral peserta didik, serta mendorong penerapan nilai-nilai kewirausahaan melalui konsep one school, one product.
Penghargaan Pahlawan Pendidikan dan Perlindungan Profesi
Ketua PGRI Provinsi NTT, Semuel Haning, dalam sambutannya menekankan pentingnya perlindungan negara terhadap profesi Guru, serta mendesak agar guru honorer diperhatikan kesejahteraannya.
“Kita harus menyatakan dengan tegas bahwa negara harus hadir melindungi Guru, memberikan jaminan kesejahteraan, serta memastikan para Guru dapat bekerja tanpa rasa takut. Guru bukan objek kriminalisasi,” tegas Semuel.
Acara puncak ini juga diwarnai dengan pemberian gelar kehormatan “Pahlawan Pendidikan” kepada almarhumah Rosalia Rerek Sogen, guru asal Flores yang gugur saat bertugas di Papua akibat penyerangan KKB. Gubernur NTT dan Bupati Kupang menyerahkan langsung penghargaan dan santunan duka kepada keluarga almarhumah.



