Indonesia Tempati Posisi Terhormat, Partai Golkar Jadi Wakil Tetap Komite Internasional
Abadikini.com, JAKARTA – DPP Partai Golkar resmi menugaskan Prof. Dr. Ali Mochtar Ngabalin memimpin delegasi partai dalam Simposium Internasional dan Komite Tetap Gerakan Internasional untuk Kemerdekaan Bangsa-Bangsa yang digelar di Sochi, Federasi Rusia, pada 13–16 November 2025. Penugasan ini tertuang dalam Surat Mandat Nomor SM-29/DPP/GOLKAR/XI/2025 yang ditandatangani Wakil Ketua Umum Idrus Marham dan Sekretaris Jenderal Muhammad Sarmuji.
Ngabalin, Ketua Bidang Kebijakan Politik Luar Negeri dan Hubungan Internasional DPP Partai Golkar, menyebut kehadiran Indonesia dalam forum ini sebagai kelanjutan dari tradisi diplomasi progresif yang diwariskan Presiden Soekarno. Menurutnya, hubungan historis Indonesia terutama kedekatan pemikiran antara Soekarno dan para pemimpin Rusia menjadi fondasi kuat bagi kolaborasi lintas bangsa dalam memperjuangkan keadilan global.
“Persahabatan itu bukan lahir dari transaksi politik, melainkan dari kesamaan visi tentang kemerdekaan dan pengetahuan. Jejak itu masih hidup dalam diplomasi Indonesia hari ini,” ujar Ngabalin dalam keterangan rilisnya Minggu (16/11/2025).
Tahun ini, Indonesia menempati posisi istimewa karena hadir sebagai representasi resmi Asia Tenggara. Lebih jauh, Partai Golkar menjadi satu-satunya partai politik yang mendapatkan kepercayaan internasional untuk membawa suara Asia Tenggara dalam gerakan global ini sebuah pengakuan terhadap konsistensi partai dalam memperjuangkan nilai kebebasan dan diplomasi berkeadaban.
Di bawah kepemimpinan Ketua Umum Bahlil Lahadalia, Golkar mencatat sejarah baru: untuk pertama kalinya partai ini diterima sebagai anggota tetap Gerakan Internasional untuk Pembebasan Bangsa-Bangsa, sekaligus diakui sebagai representasi politik Asia Tenggara di forum tersebut.
Ngabalin yang juga Guru Besar Hubungan Internasional di Busan University of Foreign Studies (BUFS), Korea Selatan akan dikukuhkan sebagai Anggota Komite Tetap Gerakan Internasional “For the Freedom of Nations”. “Ini bukan penghormatan pribadi, tetapi penghargaan bagi Indonesia. Diplomasi bagi kita bukan perebutan pengaruh, tetapi jalan pendidikan antarbangsa,” tegasnya.
Ngabalin menambahkan kepercayaan internasional ini sejalan dengan arah diplomasi Presiden Prabowo Subianto yang mengedepankan ketegasan, persahabatan, dan penghormatan terhadap martabat bangsa lain sebuah pendekatan yang tumbuh dari akar budaya Nusantara.
Gerakan Internasional “For the Freedom of Nations” sendiri berpijak pada prinsip bahwa setiap bangsa memiliki hak untuk hidup setara dan saling menghormati. Sochi menjadi ruang dialog untuk merefleksikan kembali nilai kebebasan, kebajikan, dan keseimbangan yang lahir dari pengalaman sejarah.
Ngabalin menutup dengan mengutip falsafah diplomasi Soekarno bahwa kebebasan dan pendidikan adalah dua sisi dari mata uang yang sama. “Kemerdekaan adalah jembatan emas menuju kehidupan bermartabat. Di bawah langit Sochi, Indonesia kembali menegaskan perannya sebagai bangsa yang menjaga jembatan itu bagi seluruh umat manusia.” pungkasnya.



