Operasi Berdarah di Rio de Janeiro: 128 Tewas dalam Serbuan Melawan Geng Narkoba
Abadikini.com, JAKARTA – Rio de Janeiro kembali diselimuti duka. Kota yang dikenal dengan pantainya yang indah itu berubah menjadi medan perang setelah operasi besar-besaran polisi Brasil terhadap jaringan narkoba Comando Vermelho menewaskan sedikitnya 128 orang pada Selasa (28/10/2025) waktu setempat.
Aksi yang dimulai sejak dini hari itu berlangsung di kawasan utara Rio, tepatnya di kompleks Alemão dan da Penha — dua wilayah yang lama dikenal sebagai markas utama geng narkoba paling berpengaruh di Brasil. Sekitar 2.500 personel kepolisian dikerahkan, lengkap dengan 32 kendaraan lapis baja, dalam operasi yang digambarkan sebagai yang terbesar sepanjang sejarah keamanan kota tersebut.
Suara tembakan menggema di gang-gang sempit. Warga yang ketakutan berlindung di rumah masing-masing, sementara di luar, bentrokan berlangsung sengit antara aparat dan anggota geng bersenjata. Gubernur Rio de Janeiro, Claudio Castro, mengungkapkan bahwa para pelaku bahkan menggunakan granat yang diluncurkan lewat drone untuk menyerang petugas.
> “Pasukan kami menghadapi perlawanan ekstrem, termasuk serangan udara menggunakan granat,” ujar Castro dalam konferensi pers.
Menjelang malam, jumlah korban tewas terus bertambah. Portal berita G1 melaporkan, warga membawa puluhan jenazah ke lapangan terbuka untuk diidentifikasi. Banyak di antaranya diduga anggota Comando Vermelho, namun ada pula korban sipil yang terjebak di tengah baku tembak.
Polisi melaporkan telah menangkap sedikitnya 81 orang dan menyita 42 senapan dari lokasi kejadian. Selain itu, ditemukan pula sejumlah besar narkotika serta perlengkapan militer yang digunakan kelompok kriminal tersebut untuk mempertahankan wilayah kekuasaannya.
> “Operasi ini adalah langkah tegas untuk menghentikan dominasi geng yang selama ini menebar ketakutan,” tegas Gubernur Castro, dikutip dari Anadolu.
Namun, keberhasilan aparat menekan jaringan narkoba dibayar mahal. Situasi di wilayah utara Rio berubah mencekam. Warga mengevakuasi sedikitnya 64 jenazah dari area pertempuran dan membawanya ke lapangan umum untuk menunggu proses identifikasi.
Foto-foto yang beredar memperlihatkan deretan tubuh tak bernyawa di jalanan, diselimuti kain seadanya, sementara keluarga korban menangis di sekitarnya. Suasana ini mengingatkan publik pada tragedi penggerebekan di Jacarezinho pada 2021, yang menewaskan 28 orang dan sempat memicu kecaman internasional.
Namun kali ini, skalanya jauh lebih besar. Dengan 128 korban jiwa, operasi tersebut kini tercatat sebagai tindakan kepolisian paling mematikan dalam sejarah Brasil modern — bahkan melampaui tragedi Carandiru tahun 1992 di São Paulo yang menewaskan 111 narapidana.


