Israel Melawan Dunia: Netanyahu Tolak Campur Tangan Internasional di Gaza

Abadikini.com, YERUSALEM – Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu kembali menegaskan sikap kerasnya terhadap tekanan internasional. Dalam rapat kabinet pada Minggu (26/10), Netanyahu menyatakan bahwa Israel akan tetap melakukan serangan di Gaza maupun Lebanon tanpa perlu meminta restu dari siapa pun—termasuk sekutu terdekatnya, Amerika Serikat.
“Israel adalah negara merdeka. Kami akan mempertahankan diri dengan kekuatan kami sendiri dan mengendalikan nasib kami sendiri,” tegas Netanyahu di hadapan para menterinya.
Pernyataan itu menjadi sinyal terang bahwa Tel Aviv tidak akan tunduk pada intervensi pihak luar, bahkan setelah menyetujui kesepakatan gencatan senjata yang tengah diuji di lapangan. Netanyahu menegaskan, keputusan keamanan Israel sepenuhnya akan diambil oleh Israel, bukan hasil kompromi diplomatik.
“Kita tidak memerlukan izin siapa pun. Keamanan Israel berada di tangan kita sendiri,” ujarnya dengan nada menantang.
Netanyahu juga menolak rencana penempatan pasukan penjaga perdamaian internasional di Jalur Gaza, yang sempat diusulkan dalam pertemuan antara pejabat tinggi AS dan Israel. Ia menegaskan, hanya Israel yang berhak menentukan negara mana yang boleh atau tidak boleh menempatkan pasukan di wilayah Palestina itu.
“Kami sudah menyampaikan dengan jelas, Israel akan menentukan pasukan mana yang tidak dapat diterima oleh kami, dan kami akan bertindak sesuai keputusan itu,” tegasnya lagi.
Sikap keras Netanyahu muncul di tengah meningkatnya tekanan global terhadap Israel untuk menghentikan operasi militernya di Gaza, yang telah menimbulkan korban sipil dalam jumlah besar. Namun, alih-alih melunak, Netanyahu justru menunjukkan bahwa Tel Aviv siap berjalan sendiri, bahkan bila dunia menentangnya.
Langkah ini memperlihatkan bahwa gencatan senjata yang baru saja disepakati bisa sewaktu-waktu runtuh, tergantung pada kalkulasi politik dan militer Israel. Dunia kini menanti: apakah pernyataan Netanyahu hanyalah gertakan politik, atau tanda bahwa babak baru perang di Timur Tengah sebentar lagi dimulai.



