Whoosh Bikin Negara Mules: Proyek Raksasa, Utang Cina, dan Misteri Siapa yang Untung

Abadikini.com, JAKARTA – Proyek Kereta Cepat Jakarta–Bandung (KCJB) alias Whoosh kembali menjadi sorotan tajam publik. Setelah menelan investasi jumbo hingga 7,27 miliar dolar AS atau sekitar Rp120 triliun, kini proyek kebanggaan pemerintah itu justru menanggung kerugian triliunan rupiah.
Di tengah situasi ini, desakan untuk melakukan audit menyeluruh oleh auditor independen kian menguat. Tujuannya satu: membongkar aliran uang dan mencari tahu siapa yang sebenarnya diuntungkan dari proyek yang kini dianggap gagal secara bisnis dan finansial tersebut.
“Harus diaudit oleh auditor independen agar penggunaan anggarannya terang benderang,” tegas M. Jamiluddin Ritonga, pengamat komunikasi politik dari Universitas Esa Unggul dilansir Kamis (23/10/2025).
Menurutnya, hasil audit akan mengungkap siapa saja yang menikmati keuntungan finansial di balik proyek yang penuh tanda tanya ini. “Siapa pun yang terbukti mengambil untung, harus ditindak secara hukum,” tambahnya.
Proyek KCJB yang didanai lewat pinjaman dari China Development Bank (CDB) dengan bunga tahunan 2 persen itu sejak awal memang penuh drama. Mulai dari pembengkakan biaya, molor dari jadwal, hingga kini menanggung beban keuangan berat yang harus ditanggung negara.
Situasi makin panas setelah pernyataan mengejutkan datang dari Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Luhut Binsar Pandjaitan. Ia menyebut proyek kereta cepat ini “sudah busuk sejak awal”. Ironisnya, Luhut sendiri dulu adalah tokoh yang paling ngotot melanjutkan proyek tersebut dan bahkan turun langsung memimpinnya.
Ucapan Luhut sontak menjadi bahan gunjingan publik. Banyak yang menilai pernyataan itu seperti “cuci tangan” setelah proyek menunjukkan kegagalan besar. Netizen pun ramai mempertanyakan: jika sudah tahu busuk sejak awal, kenapa tetap dijalankan?
Kini, bola panas proyek KCJB berada di tangan pemerintah. Publik menanti langkah nyata — apakah benar-benar akan diaudit secara independen, atau kembali ditutup dengan alasan “rahasia negara” seperti proyek-proyek strategis lain yang berakhir tanpa kejelasan.
Satu hal yang pasti, kereta cepat yang dijanjikan membawa Indonesia melaju ke era modern justru tengah tersendat oleh beban utang, kerugian, dan dugaan permainan kotor di balik relnya.
Kalau proyek yang katanya simbol kemajuan ini “busuk sejak awal”, publik pun berhak bertanya siapa yang membusukkannya dan siapa yang menikmati aromanya?