PBB Ingatkan Dunia: Jangan Biarkan Lapar Jadi Senjata di Abad Modern

Abadikini.com, JAKARTA – Di tengah kemewahan global dan kemajuan teknologi abad ke-21, sebanyak 673 juta orang di dunia masih tidur dalam keadaan lapar setiap malam. Lebih banyak lagi hidup dalam ketidakpastian tentang dari mana mereka akan mendapatkan makanan berikutnya.
Peringatan getir itu disampaikan Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres, seperti dilansir Jumat (17/10/2025), dalam pesannya memperingati Hari Pangan Sedunia yang jatuh setiap 16 Oktober.
Guterres mengingatkan bahwa delapan dekade silam, dunia pernah bersatu melawan kelaparan, dan dalam perjalanan waktu sempat menorehkan kemajuan besar. Namun kini, berbagai krisis global membuat capaian itu kembali terancam.
“Kita tidak boleh lengah jika ingin mempertahankan pencapaian itu,” ujar Guterres.
Ia menyebut tantangan baru terus bermunculan: lonjakan obesitas, guncangan iklim yang mengganggu ketahanan pangan, hingga penggunaan kelaparan sebagai senjata dalam konflik bersenjata.
“Tragisnya, di banyak wilayah konflik, kelaparan dijadikan alat penghancur manusia,” tegasnya.
Seruan untuk Bersatu Kembali
Dengan mengusung tema “Bergandengan Tangan untuk Pangan dan Masa Depan yang Lebih Baik” (Hand-in-hand for Better Foods and a Better Future), Hari Pangan Sedunia tahun ini menjadi panggilan solidaritas global lintas negara, sektor, dan komunitas.
Tema ini juga sejalan dengan hasil Food Systems Summit Stocktake pada Juli lalu serta United Nations Call to Action, yang menekankan enam bidang utama perbaikan sistem pangan dunia.
Guterres menegaskan, dunia sebenarnya telah memiliki alat, pengetahuan, dan sumber daya untuk mengakhiri kelaparan dan menyediakan pangan bergizi bagi semua.
“Yang kita butuhkan hanyalah kemauan dan persatuan,” katanya.
Ancaman Baru: Krisis Pendanaan dan Bencana Pangan
Ironisnya, seruan itu datang di tengah ancaman pemangkasan besar-besaran terhadap bantuan pangan global. Dalam laporan terbarunya, Program Pangan Dunia (World Food Programme/WFP) memperingatkan bahwa pengurangan dana bisa mendorong 13,7 juta penerima bantuan dari level krisis menjadi darurat kelaparan.
WFP juga memperkirakan pendanaan tahun 2025 akan berkurang hingga 40 persen, hanya tersisa sekitar 6,4 miliar dolar AS, yang berarti semakin sedikit piring yang bisa terisi di negara-negara miskin dan wilayah konflik.
Dari Puing Perang Menuju Harapan Baru
Sejarah mencatat, FAO (Food and Agriculture Organization) didirikan pada 16 Oktober 1945, di tengah puing-puing Perang Dunia II, sebagai bentuk tekad global untuk memberantas kelaparan dan malnutrisi.
Kemudian pada 1979, FAO menetapkan tanggal itu sebagai Hari Pangan Sedunia, untuk mengingatkan umat manusia bahwa pangan bukan hanya kebutuhan dasar, tetapi hak asasi setiap orang.
Kini, delapan puluh tahun kemudian, pesan itu bergema lagi. Dunia dihadapkan pada pilihan yang sama: terus membiarkan jutaan orang kelaparan, atau bergandengan tangan membangun masa depan yang berkeadilan dan berketahanan pangan.