Misteri ‘Mr. J’ di PSI: Strategi Politik yang Gagal Mengundang Penasaran

Abadikini.com, JAKARTA – Sosok berinisial J, yang disebut-sebut menjabat sebagai Ketua Dewan Pembina Partai Solidaritas Indonesia (PSI), masih menyelimuti publik dengan tanda tanya besar. Namanya tercantum resmi dalam surat keputusan partai, namun hingga kini identitas sang tokoh tetap dikunci rapat.
Partai yang lekat dengan citra anak muda dan gaya komunikasi digital itu tampak sengaja menebar teka-teki seputar figur “Mr. J”. Upaya itu seolah dirancang sebagai strategi membangun sensasi politik. Tapi strategi misterius tersebut justru berbalik arah—alih-alih memantik rasa penasaran, publik justru terlihat acuh.
Analis komunikasi politik Hendri Satrio menilai manuver “Mr. J” gagal mencuri sorotan. “Sebesar apa pun PSI merawat misteri soal siapa Mr. J, selama Purbaya eksis, masyarakat gak akan peduli. Gak akan trending, kalah menarik dengan eksistensi Purbaya,” sindir pendiri Lembaga Survei Kedai Kopi itu lewat akun X miliknya, Minggu (12/10/2025).
Menurut pria yang akrab disapa Hensat itu, perhatian publik kini terpusat pada isu-isu ekonomi dan figur pejabat yang sedang hangat dibicarakan, bukan pada drama internal partai politik. Ia bahkan menyarankan PSI memanfaatkan momentum dengan cara yang lebih cerdas.
“Saya usul, PSI minta Purbaya yang ngumumin siapa Mr. J, biar sekalian trending,” ujarnya berkelakar.
Hingga berita ini diturunkan, pihak PSI belum memberikan pernyataan resmi terkait siapa sebenarnya “J” yang dimaksud.
Spekulasi pun terus bergulir di ruang publik mulai dari dugaan tokoh politik senior, pengusaha berpengaruh, hingga figur publik nasional. Namun tanpa konfirmasi resmi, semua masih sebatas gosip politik yang dirawat oleh rasa penasaran publik.
Pertanyaan pun menggelayut: apakah benar sosok berinisial J ini adalah nama besar di balik layar yang siap mengarahkan PSI ke jalur baru menjelang Pemilu 2029? Atau sekadar trik komunikasi politik yang gagal membaca selera publik?
Satu hal pasti, strategi misteri “Mr. J” menunjukkan bahwa di tengah hiruk-pikuk isu ekonomi dan politik nasional, tidak semua teka-teki layak dirawat terlalu lama.