Kesaksian Aktivis yang Dideportasi Israel: Greta Thunberg Diduga Diseret dan Dipaksa Cium Bendera Zionis

Abadikini.com, ANKARA – Tindakan keras Israel terhadap kapal bantuan kemanusiaan Global Sumud Flotilla (GSF) yang menuju Jalur Gaza memicu kesaksian mengejutkan dari para aktivis yang dideportasi. Sejumlah saksi mata menuduh pasukan Israel melakukan perlakuan tidak manusiawi, bahkan diklaim melakukan penyiksaan terhadap aktivis lingkungan terkemuka asal Swedia, Greta Thunberg.
Puluhan aktivis, politisi, dan jurnalis internasional yang berada dalam armada GSF yang dibajak Israel saat hampir tiba di Gaza kini telah ditahan dan dideportasi. Setibanya di Bandara Istanbul pada Sabtu (4/10/2025), para aktivis membeberkan perlakuan brutal yang mereka alami.
Jurnalis Turki, Ersin Celik, mengaku menyaksikan sendiri insiden penyiksaan terhadap Thunberg. Celik menggambarkan bahwa Thunberg ‘diseret di tanah’ dan ‘dipaksa mencium bendera Israel’ oleh tentara Zionis.
Kesaksian serupa diperkuat oleh aktivis Malaysia Hazwani Helmi dan aktivis Amerika Serikat Windfield Beaver. Keduanya menuturkan Thunberg didorong dengan kasar dan dipamerkan sambil diselimuti bendera Israel, menjadikannya alat propaganda oleh pasukan keamanan Israel.
“Itu bencana. Mereka memperlakukan kami seperti binatang,” ungkap Helmi dengan nada getir, menambahkan bahwa para tahanan sama sekali tidak diberi makanan, air bersih, maupun obat-obatan esensial.
Diperlakukan ‘Seperti Anjing’ dan Dipajang ‘Layaknya Trofi’
Jurnalis Italia, Lorenzo Agostino, yang turut berada di kapal, turut menegaskan perlakuan buruk terhadap aktivis muda tersebut. “Greta Thunberg, seorang perempuan pemberani, baru berusia 22 tahun. Ia dihina, dililit dengan bendera Israel, dan dipertontonkan layaknya sebuah trofi,” ujar Agostino kepada Anadolu Agency seperti dikutip, Senin (6/10/2025).
Beaver juga menceritakan bagaimana Thunberg ‘diperlakukan sangat buruk’ dan buru-buru didorong masuk ke ruangan saat Menteri Keamanan Nasional Israel, Itamar Ben-Gvir, masuk.
Pernyataan yang lebih parah datang dari presenter televisi Turki, Ikbal Gurpinar, yang menuturkan bahwa para pasukan Israel “memperlakukan kami seperti anjing.”
“Mereka membiarkan kami kelaparan selama tiga hari. Mereka tidak memberi kami air; kami terpaksa minum dari toilet… Hari itu sangat panas, dan kami semua hampir terbakar,” kata Gurpinar, yang menyimpulkan pengalaman buruk itu justru memberinya ‘pemahaman lebih baik tentang kondisi Gaza’.
Total 137 penumpang armada GSF, termasuk 36 warga negara Turki, bersama aktivis dari AS, Italia, Malaysia, dan negara-negara lain, telah mendarat dengan selamat di Istanbul. Peristiwa pencegatan dan penahanan sekitar 450 orang di 40 kapal ini semakin memperkuat kecaman internasional terhadap ilegalitas blokade Israel di tengah krisis kemanusiaan di Gaza.