Bahlil Bicara Sejarah Golkar di MUSDA XI Partai Golkar Sulteng
Oleh Prof. Dr. Ali Mochtar Ngabalin, M.Si

Abadikini.com, JAKARTA – Musyawarah Daerah XI Partai Golkar Sulawesi Tengah menjadi momen penting bagi perjalanan panjang partai ini. Ia bukan sekadar konsolidasi organisasi, melainkan juga ruang untuk kembali menghidupkan ingatan sejarah yang mendasari eksistensi Golkar. Ketua Umum Bahlil Lahadalia mengingatkan kembali pada keputusan PPKI saat merdeka, di mana berbagai elemen kebangsaan bersatu.
Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama, ISEI, PDGI, IDI, IBI dan IAI adalah organisasi-organisasi yang tergabung dalam 97 organisasi yang mendirikan SEKBER GOLKAR termasuk HMI, Pelajar Islam Indonesia, hingga Pemuda Muhammadiyah di bawah Lukman Harun. Dari sinilah Sekber Golkar lahir, yang kemudian berkembang menjadi Partai Golkar dengan peran besar dalam perjalanan republik.
Sejarah Golkar penuh dinamika. Pada masa Orde Baru, Golkar hadir sebagai kekuatan politik yang menopang stabilitas negara. Namun ketika reformasi 1998 bergulir, badai besar mengguncang partai ini. Sekretariat dibakar, serangan politik datang bertubi-tubi, dan banyak yang memprediksi Golkar akan tamat. Kenyataannya berbeda.
Golkar tidak hanya bertahan, melainkan bangkit kembali. Akbar Tandjung menjadi simbol ketangguhan itu, turun ke jalan, masuk ke bus, menyapa rakyat, dan membuktikan bahwa partai ini tidak pernah mati. Jatuh bangun adalah hal biasa, tetapi keberanian untuk bangkit kembali adalah tanda keabadian sebuah partai besar.
Pada masa Orde Baru, Golkar dikenal luas dengan gagasan besar Trilogi Pembangunan yang menjadi dasar setiap Repelita (Rencana Pembangunan Lima Tahun). Trilogi ini berisi tiga pilar utama. Pertama, stabilitas nasional yang sehat dan dinamis untuk menjamin terciptanya ketertiban dan keamanan sebagai prasyarat pembangunan. Kedua, pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi agar bangsa ini mampu bangkit dari keterbelakangan. Dan ketiga, pemerataan pembangunan serta hasil-hasilnya menuju keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Tiga pilar ini bukan sekadar slogan, melainkan arah kebijakan yang dijalankan bertahun-tahun, membentuk wajah Indonesia modern yang lebih kuat.
Setelah reformasi, ketika Golkar berubah menjadi partai politik yang berdiri sejajar dengan partai lain dalam sistem demokrasi multipartai, semangat trilogi itu tidak ditinggalkan, tetapi ditafsir ulang sesuai dengan tuntutan zaman. Stabilitas nasional kini diterjemahkan dalam kerangka supremasi hukum, demokrasi, dan penghormatan terhadap hak asasi manusia. Pertumbuhan ekonomi diperluas maknanya menjadi pembangunan yang inklusif, berkelanjutan, dan ramah lingkungan. Sedangkan pemerataan pembangunan diperkuat melalui upaya menekan ketimpangan, mengurangi kemiskinan, serta memastikan bahwa pembangunan tidak hanya berpusat di kota besar tetapi juga menjangkau desa, daerah, dan kawasan perbatasan. Dengan begitu, nilai-nilai trilogi pembangunan tetap hidup, meski dalam wajah yang lebih demokratis dan terbuka.
Bahlil juga memberikan catatan yang sangat penting tentang kepemimpinan dalam tubuh Golkar setelah reformasi. Ia menyebut bahwa hanya ada dua ketua umum yang berhasil meningkatkan jumlah kursi partai di parlemen, yaitu Akbar Tandjung pada 2004 dan Airlangga Hartarto pada 2024. Dengan rendah hati Bahlil berkata, “Kalau ketua umum partai, kursinya turun, ya mohon maaf. Prestasinya tidak bagus. Dan kalau itu terjadi, saya juga harus tahu diri.” Kalimat ini menjadi pengingat bahwa ukuran prestasi politik harus jelas, terukur, dan membawa partai pada posisi yang lebih baik. Meningkatkan kursi bukan hanya angka, tetapi tanda bahwa partai semakin dipercaya rakyat.
Dalam kesempatan yang sama, Bahlil juga menyampaikan bahwa Presiden Prabowo adalah sosok yang memahami benar doktrin karya kekaryaan yang diperjuangkan Partai Golkar. Doktrin itu adalah kesejahteraan, kecerdasan, kesehatan, dan pemerataan. Empat hal tersebut menjadi inti perjuangan Golkar sejak lama, dan kini menemukan gaungnya dalam visi kepemimpinan nasional Presiden Prabowo. Itulah sebabnya, dukungan Partai Golkar kepada pemerintahan Prabowo–Gibran bersifat murni dan konsekuen, tanpa tawar menawar. Karena bagi Golkar, keberhasilan pemerintahan adalah keberhasilan bangsa, dan keberhasilan bangsa adalah keberhasilan partai yang lahir dari rahim rakyat.
Peran Golkar bagi republik tidak kecil. Dalam pembangunan ekonomi, Golkar melahirkan kebijakan yang membuka lapangan kerja dan mendorong pertumbuhan nasional. Dalam pendidikan, kader Golkar ikut merancang kebijakan yang mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam bidang hukum, Golkar turut memperkuat supremasi hukum. Dalam energi dan infrastruktur, kader Golkar berperan menjaga ketahanan nasional. Dalam politik luar negeri, Golkar ikut menguatkan posisi Indonesia di kancah internasional. Dari pusat hingga daerah, dari kabinet hingga parlemen, kader Golkar hadir untuk bekerja bagi rakyat.
Hari ini, di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, kader-kader terbaik Golkar kembali diberi kepercayaan untuk mengabdi di sektor strategis. Golkar berdiri sebagai mitra utama pemerintahan, memastikan pembangunan berjalan, menjaga arah kebijakan tetap berpihak pada rakyat, dan menjadi pilar penting dalam mewujudkan Indonesia maju.
Penulis adalah Guru Besar Hubungan Internasional
Busan University of Foreign Studies (BUFS) Korea Selatan
Ketua DPP Partai Golkar Bidang Kebijakan Politik Luar Negeri dan Hubungan Internasional