Trump Ancam Naikkan Tarif Impor India, Soroti Hubungan Dagang dengan Rusia

Abadikini.com, WASHINGTON – Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali melontarkan ancaman dagang, kali ini ditujukan kepada India. Dalam pernyataannya di media sosial, Senin (4/8/2025), Trump menuduh India mengambil keuntungan besar dari ekspor ulang minyak Rusia di tengah agresi Moskwa ke Ukraina.
“Mereka tidak peduli berapa banyak orang terbunuh di Ukraina akibat mesin perang Rusia,” tulis Trump, seraya menyebut India sebagai mitra dagang yang tak jujur.
Trump menyatakan akan menaikkan tarif impor terhadap produk India secara “substansial” dari tarif 25 persen yang telah lebih dulu dikenakan. Langkah itu menjadi bagian dari strategi tekanan dagang terbarunya, yang mulai berlaku Kamis ini, lewat perintah eksekutif yang ia teken pekan lalu.
Meski selama ini AS menyebut India sebagai mitra strategis dalam upaya membendung pengaruh China di Indo-Pasifik, Trump mengisyaratkan kekecewaannya terhadap New Delhi yang belum juga menyepakati kerja sama dagang baru dengan Washington.
Tak seperti Jepang, Korea Selatan, atau Uni Eropa yang telah meneken kesepakatan dengan AS India justru terkesan menjaga jarak. Penangguhan kebijakan “tarif resiprokal” pun berakhir Jumat pekan lalu tanpa kemajuan berarti.
Merespons langkah AS, Kementerian Luar Negeri India dalam pernyataan resmi menyebut tindakan Trump “tak beralasan dan tak dapat dibenarkan”.
“India, sebagai salah satu ekonomi besar dunia, akan mengambil semua langkah yang diperlukan demi melindungi kepentingan nasional dan keamanan ekonomi kami,” ujar juru bicara Kemlu India.
New Delhi juga menyinggung fakta bahwa AS sendiri masih mengimpor produk asal Rusia, termasuk uranium heksafluorida untuk industri nuklir serta bahan-bahan kimia dan pupuk.
Ketegangan dagang ini bukan yang pertama. Pada akhir Juli lalu, Trump telah lebih dulu mengeluhkan pembelian alat utama sistem persenjataan (alutsista) India dari Rusia. Ia menilai kebijakan perdagangan India penuh hambatan dan “menjengkelkan”, sembari mengancam akan menetapkan tarif tambahan yang tidak dirinci.
Sikap Trump terhadap Rusia juga makin keras. Ia mengancam tarif tinggi hingga 100 persen terhadap Moskwa bila tidak menghentikan invasi ke Ukraina. Negara-negara lain yang masih membeli minyak atau komoditas Rusia pun disebut-sebut bisa dikenai sanksi dagang serupa.
Dengan nada tinggi, Trump memperingatkan bahwa “setiap negara yang membantu ekonomi Rusia akan menanggung konsekuensi serius”.
Ketegangan ini memperlihatkan betapa rumitnya peta geopolitik dan perdagangan global saat ini, ketika kepentingan ekonomi, keamanan, dan aliansi strategis saling berbenturan. India kini berada di persimpangan, memilih antara mempertahankan hubungan tradisional dengan Rusia atau menghadapi tekanan ekonomi dari mitra strategis barunya: Amerika Serikat.