Peringatan Hari Koperasi Nasional ke-78: Koperasi Siap Jadi Pilar Utama Ekonomi Indonesia Menuju Indonesia Emas 2045

Abadikini.com, JAKARTA – Lebih dari satu abad Koperasi telah menjadi denyut nadi perekonomian Indonesia. Berlandaskan asas kekeluargaan dan gotong royong, koperasi terus berevolusi dari gagasan awal untuk melawan praktik lintah darat hingga menjadi program strategis berskala nasional.
Hari ini, 12 Juli 2025, Bangsa Indonesia merayakan Hari Koperasi Nasional ke-78 dengan mengusung tema “Koperasi Maju Indonesia Adil Makmur”.
Peringatan ini menjadi momentum untuk menyegarkan kembali ingatan kolektif akan cita-cita luhur para pendiri bangsa dalam mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat.
Sejarah Panjang Koperasi: Dari Purwokerto hingga Puncak Nasional
Cikal bakal koperasi di Indonesia lahir dari keprihatinan Raden Aria Wiria Atmaja, Patih Purwokerto, pada tahun 1896. Melihat para pegawai negeri terjerat utang dengan bunga mencekik dari rentenir, ia terinspirasi model koperasi simpan pinjam di Jerman dan mendirikan Hulp- en Spaarbank (Bank Pertolongan dan Tabungan).
Inilah yang diakui sebagai koperasi pertama di Indonesia, dengan tujuan mulia menyediakan akses permodalan yang mudah dan murah bagi anggotanya.
Langkah visioner Raden Aria Wiria Atmaja mendapat dukungan pejabat Hindia-Belanda, dan semangat koperasi mulai menyebar ke berbagai daerah, diusung oleh organisasi pergerakan nasional seperti Budi Utomo dan Sarekat Islam sebagai alat perjuangan ekonomi.
Kongres Koperasi I dan Peran Bapak Koperasi Indonesia, Mohammad Hatta
Pasca-kemerdekaan, gerakan koperasi membutuhkan wadah pemersatu. Momen krusial tiba pada 12 Juli 1947, ketika para pegiat koperasi dari seluruh Jawa berkumpul di Tasikmalaya untuk menggelar Kongres Koperasi I. Kongres ini menghasilkan dua keputusan monumental: mendirikan Sentral Organisasi Koperasi Rakyat Indonesia (SOKRI) sebagai pusat koordinasi, dan menetapkan tanggal 12 Juli sebagai Hari Koperasi yang diperingati setiap tahun.
Peran koperasi semakin kokoh berkat dukungan penuh Mohammad Hatta, Wakil Presiden pertama RI. Bagi Bung Hatta, koperasi bukan sekadar badan usaha, melainkan “soko guru” atau pilar utama perekonomian nasional yang paling sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia. Atas jasa dan pemikirannya yang tak ternilai, Bung Hatta dianugerahi gelar Bapak Koperasi Indonesia pada Kongres Koperasi II di Bandung pada tahun 1953.
Gebrakan 80.000 Koperasi Desa Merah Putih: Menggerakkan Ekonomi Akar Rumput
Semangat yang diwariskan oleh para pendahulu kini mendapatkan momentum baru melalui kebijakan pemerintah di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto. Sebagai bagian dari program strategis nasional, pemerintah meluncurkan gebrakan untuk mendirikan 80.000 Koperasi Desa (Kopdes) Merah Putih di seluruh pelosok negeri.
Program yang dilandasi Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 9 Tahun 2025 ini merupakan langkah masif untuk merevitalisasi peran koperasi di tingkat akar rumput.
Tujuannya adalah untuk:
▪︎ Membangun kemandirian ekonomi desa dengan memotong rantai pasok yang terlalu panjang agar petani mendapatkan harga jual yang lebih baik.
▪︎ Memberantas praktik rentenir dan pinjaman ilegal dengan menyediakan akses keuangan yang mudah dan aman.
▪︎ Meningkatkan kesejahteraan para petani, nelayan, dan pelaku UMKM di desa.
▪︎ Mendorong kemandirian pangan dan stabilitas ekonomi nasional.
Program ini menjadi wujud nyata dari upaya pemerintah untuk menjadikan koperasi sebagai motor penggerak utama dalam mewujudkan visi Indonesia Emas 2045. Dengan bangkitnya koperasi, diharapkan pemerataan ekonomi dan keadilan sosial dapat terwujud secara nyata di seluruh pelosok negeri.
Sumber: RM.id